Al Ma’un Values in Developing Social Attitudes of Muhammadiyah Students

Nilai-nilai Al Ma’un dalam Pembentukan Sikap Sosial Mahasiswa Muhammadiyah

Authors

  • Latiefa Diah Abdullah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Muhlasin Amrullah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

DOI:

https://doi.org/10.21070/jims.v7i2.1646

Keywords:

Al-Ma’un, Social Attitudes, Religious Character, Muhammadiyah Education, Elementary Students

Abstract

General background: Education plays a crucial role in shaping balanced human character that integrates intellectual, emotional, and social dimensions. Specific background: In the context of Islamic education, QS. Al-Ma’un emphasizes empathy, caring, tolerance, and social responsibility, values highly relevant for elementary education within Muhammadiyah schools. Knowledge gap: Although studies on Islamic character education exist, few specifically explore the implementation of QS. Al-Ma’un in primary Muhammadiyah schools. Aims: This study aims to analyze how the values of QS. Al-Ma’un are applied to strengthen students’ social attitudes and religious character. Results: Using a qualitative case study approach with interviews, observations, and documentation, the findings reveal that students consistently demonstrated empathy, cooperation, tolerance, politeness, and environmental responsibility in daily school activities. Novelty: The research highlights the integration of QS. Al-Ma’un values into school routines as a practical framework for nurturing social character at an early educational stage, with a focus on Muhammadiyah schools. Implications: These findings suggest that embedding Al-Qur’anic values through habituation and teacher modeling not only reinforces religious behavior but also cultivates harmonious social interactions, offering practical insights for strengthening Islamic character education in contemporary elementary settings.
Highlights:

  • Strengthening students’ religious character through QS. Al-Ma’un values.

  • Developing empathy, tolerance, and responsibility in daily school life.

  • Habituation as an effective strategy for shaping social attitudes.

Keywords: Al-Ma’un, Social Attitudes, Religious Character, Muhammadiyah Education, Elementary Students

Pendahuluan

Pendidikan adalah cara utama untuk membentuk kepribadian manusia yang seimbang, baik secara intelektual, emosional, maupun sosial. Di zaman yang terus berkembang ini, pendidikan tidak bisa hanya fokus pada prestasi akademik saja. Pendidikan juga harus bisa membentuk individu yang punya karakter baik dan sikap sosial yang positif. Sikap sosial seperti peduli, bekerja sama, dan empati sangat penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga bisa memberi manfaat bagi masyarakat [1]. Dalam dunia pendidikan formal, terutama di sekolah dasar, sikap sosial bisa dibentuk melalui pembelajaran kooperatif. Pendekatan ini bisa menanamkan nilai-nilai sosial lewat kurikulum, kegiatan belajar, dan lingkungan sekolah. Sekolah dasar adalah tahap awal yang sangat penting karena di usia ini anak- anak mulai membentuk pola pikir, sikap, dan kebiasaan sosial yang akan mereka bawa sampai dewasa.

Namun, tantangan dalam membentuk sikap sosial semakin besar karena perubahan gaya hidup masyarakat. Globalisasi dan kemajuan teknologi membuat anak-anak sekarang lebih jarang berinteraksi langsung. Banyak dari mereka jadi lebih individualis, kurang empati, dan jarang terlibat dalam kegiatan sosial [2]. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin sudah memberi pedoman yang jelas dalam membentuk sikap sosial lewat ajaran dan nilainya [3] Salah satu ajaran yang sangat relevan adalah nilai-nilai yang ada dalam Surat Al-Ma’un. Surat ini mengajarkan pentingnya peduli kepada fakir miskin, memberi sedekah, dan menghindari sikap tidak peduli. Kalau nilai-nilai ini diterapkan secara konsisten dalam pendidikan, maka bisa membantu membentuk siswa yang peduli terhadap sesama dan bertanggung jawab secara sosial [4]. Pendidikan karakter dalam Islam mencakup dua hubungan penting: dengan Allah (ḥablun min Allāh)

dan dengan sesama manusia (ḥablun min an-nās). Keduanya perlu diintegrasikan dalam pendidikan agar terbentuk

generasi yang berakhlak mulia dan bisa menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan sosial [5].

Surat Al-Ma’un mengandung beberapa nilai utama yang cocok untuk membentuk sikap sosial siswa. Pertama, pentingnya peduli pada kaum dhuafa dan anak yatim (ayat 2-3), yang menekankan perlunya memberi perhatian dan bantuan kepada mereka . Kedua, larangan bersikap tidak peduli terhadap kebaikan (ayat 4-5), yang menunjukkan bahwa ibadah harus terlihat dalam tindakan nyata. Ketiga, menjauhi sikap riya dan tidak peduli secara sosial (ayat 6-7), yang mengajarkan bahwa kebaikan harus dilakukan dengan tulus. Keempat, pentingnya sedekah dan kegiatan sosial sebagai wujud keimanan, yang bisa diterapkan melalui kegiatan seperti program sedekah bersama dan bakti sosial di sekolah.

SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo sebagai sekolah Islam punya misi untuk membentuk siswa yang Islami dan peka terhadap lingkungan sosialnya. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengintegrasikan nilai-nilai Al-Ma’un ke dalam kegiatan belajar dan aktivitas sekolah. Namun, dalam pelaksanaannya masih ada beberapa tantangan, seperti kurangnya pemahaman siswa terhadap makna Al-Ma’un [6]. kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan sosial berbasis Islam, serta peran guru yang belum maksimal dalam mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam pembelajaran harian. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai Al-Ma’un bisa diterapkan secara efektif dalam membentuk sikap sosial siswa di sekolah dasar [7].

Penelitian tentang pendidikan karakter di Indonesia memang sudah banyak, tetapi kebanyakan masih membahas teori atau penerapan nilai-nilai umum. Penelitian yang secara khusus membahas nilai-nilai Al-Ma’un untuk membentuk sikap sosial siswa di sekolah Muhammadiyah masih sangat jarang [8]. Misalnya, penelitian Umma Lathifah (2024) menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai Al-Ma’un dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Surakarta bisa meningkatkan kepedulian siswa lewat kegiatan sosial, meskipun penelitian ini fokusnya di tingkat SMP [9]. Penelitian Anul Fitri (2024) juga menunjukkan bahwa QS. Al-Ma’un mengajarkan tentang peduli, berbagi, dan tanggung jawab. Di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta, nilai-nilai ini diterapkan dalam kegiatan berinfaq. Kebiasaan ini membantu siswa belajar peduli terhadap sesama, walaupun tantangan seperti pengaruh teknologi tetap ada [10]. Suherman (2024) juga menemukan bahwa pelaksanaan nilai Surah Al-Ma’un melalui kegiatan infak di SDN Grogol Selatan 09 berdampak baik bagi pembentukan karakter sosial siswa. Temuan ini sejalan dengan pendapat Djatnika (2023) yang mengatakan bahwa infak bukan hanya ibadah, tetapi juga bisa menumbuhkan empati dan sikap toleransi [11].

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa penelitian mendalam tentang penerapan nilai-nilai Al-Ma’un di sekolah dasar, khususnya di sekolah Muhammadiyah, masih terbatas. Padahal, jenjang sekolah dasar punya karakteristik sosial yang berbeda dari SMP. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai Al- Ma’un diterapkan di SD Muhammadiyah dan dampaknya ter2qqhadap karakter sosial siswa. Penelitian ini difokuskan pada SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo agar bisa memahami lebih dalam peran pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Al- Ma’un dalam membentuk sikap sosial siswa sejak dini.

kajian teori pendidikan karakter, penelitian ini mengacu pada pemikiran KH Ahmad Dahlan yang menekankan pentingnya menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, mengajarkan bahwa QS. Al-Ma’un bukan hanya untuk dibaca, tapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata seperti peduli terhadap fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang membutuhkan [12]. Gagasan ini sesuai dengan pandangan bahwa pendidikan tidak hanya untuk mengisi pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter lewat pengalaman langsung dan keterlibatan dalam masyarakat. Karena itu, pendidikan karakter berdasarkan QS. Al-Ma’un di sekolah Muhammadiyah bisa dilihat sebagai cara untuk menumbuhkan rasa empati, tanggung jawab, dan kesadaran sosial siswa, seperti yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan. Penelitian ini diharapkan bisa ikut menyumbang pemikiran dan praktik pendidikan karakter Islam yang lebih kuat serta menjawab tantangan pembentukan sikap sosial di masa sekarang [13].

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini memiliki dua rumusan masalah utama. Pertama, bagaimana penerapan nilai-nilai Al-Ma’un dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo? Kedua, bagaimana peran guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai Al-Ma’un untuk membentuk sikap sosial siswa?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi nilai-nilai QS. Al-Ma’un dalam membentuk akhlak mulia siswa kelas IV Ibnu Sina SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Penelitian ini berfokus pada bagaimana siswa menumbuhkan empati, kepedulian, toleransi, sopan santun, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui kegiatan sehari-hari di sekolah. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa pendidikan berbasis nilai Al-Qur’an tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga menanamkan perilaku positif yang tercermin dalam kehidupan sosial siswa.

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya kajian pendidikan Islam, khususnya terkait penerapan QS. Al-Ma’un dalam pembentukan akhlak mulia. Penelitian ini juga menambah literatur tentang strategi penanaman nilai religius yang kontekstual di tingkat sekolah dasar. Dari sisi praktis, penelitian ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk merancang program pembiasaan yang menekankan perilaku positif, seperti kepedulian, kerja sama, dan tanggung jawab sosial. Bagi guru, penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang pentingnya pembinaan akhlak melalui kegiatan harian, misalnya morning routine, kerja kelompok, dan kegiatan menjaga kebersihan. Bagi siswa, penelitian ini mendorong terbentuknya perilaku positif yang konsisten, sehingga nilai QS. Al-Ma’un tertanam sejak dini dan terwujud dalam sikap sehari-hari. Sementara itu, bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam mengembangkan studi sejenis yang mengkaji integrasi pendidikan agama dengan pembentukan karakter sosial.

Dalam praktiknya, pembentukan akhlak mulia melalui nilai QS. Al-Ma’un dilakukan dengan strategi

pembiasaan, keteladanan, dan penguatan. Siswa dibiasakan untuk berperilaku sopan, saling menolong, menjaga kebersihan, serta menghormati seluruh warga sekolah. Guru berperan sebagai teladan dengan menunjukkan sikap ramah, sabar, dan konsisten dalam menanamkan nilai-nilai tersebut. Penguatan karakter dilakukan melalui kegiatan rutin seperti doa bersama, shalat dhuha, infaq, dan kerja bakti, sehingga siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mengalami langsung proses internalisasi nilai dalam keseharian mereka. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis Al-Qur’an mampu secara efektif membentuk perilaku positif sekaligus menumbuhkan kesadaran sosial sejak usia dini.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan memahami makna dan mendeskripsikan secara mendalam implementasi nilai QS. Al-Ma’un dalam sikap sosial siswa. Jenis studi kasus digunakan sebab penelitian difokuskan pada satu subjek terbatas, yaitu siswa kelas IV Ibnu Sina di SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, sehingga memungkinkan pengkajian fenomena dilakukan secara intensif dalam konteks nyata.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19–21 Mei 2025 dengan subjek penelitian sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Selain itu, guru kelas serta pihak sekolah juga dilibatkan sebagai informan pendukung untuk memperkuat keabsahan data.

Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara mendalam dilakukan dengan guru kelas dan beberapa siswa untuk menggali pemahaman serta pengalaman mereka terkait penerapan nilai QS. Al-Ma’un. Observasi partisipatif dilaksanakan di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah guna melihat perilaku siswa secara langsung, terutama yang mencerminkan aspek empati, toleransi, sikap hormat, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dokumentasi berupa foto kegiatan, catatan guru, dan dokumen sekolah digunakan untuk melengkapi serta memperkuat hasil wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama (human instrument) yang terlibat secara langsung dalam perencanaan, pengumpulan, analisis, dan penafsiran data. Untuk menunjang hal tersebut, digunakan pedoman wawancara, lembar observasi, serta format dokumentasi yang disusun berdasarkan indikator sikap sosial sesuai dengan nilai QS. Al-Ma’un.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan model interaktif dari Miles, Huberman, dan Saldaña (2014), yang terdiri atas tiga tahap utama, yaitu kondensasi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada tahap kondensasi data, peneliti menerapkan tiga jenis proses, yakni memilih (selecting) data yang relevan dengan 14 indikator QS. Al-Ma’un, menyederhanakan (simplifying) data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi agar lebih fokus pada aspek penelitian, serta mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk tabel triangulasi dan diagram indikator sehingga lebih sistematis dan mudah dianalisis. Kondensasi data ini sebagaimana ditegaskan Miles, Huberman, dan Saldaña (2014), merupakan proses selecting, focusing, simplifying, abstracting, and transforming data lapangan menjadi informasi yang bermakna untuk penelitian. Setelah itu, data disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan diagram. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi dengan cara merumuskan makna dari data yang diperoleh sekaligus memastikan kesesuaian antara data dan kondisi nyata di lapangan [14].

Untuk menjamin keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan metode. Data hasil wawancara diperbandingkan dengan hasil observasi dan dokumentasi, sehingga temuan yang diperoleh lebih valid, konsisten, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

Untuk memperjelas tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, berikut disajikan pola analisis data interaktif menurut Miles, Huberman, dan Saldaña (2014). Pola ini menegaskan bahwa proses analisis dilakukan secara berulang dan saling berkaitan, dimulai dari tahap kondensasi data, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Figure 1. Pola Analisis Data Model Miles& Huberman

Gambar tersebut menunjukkan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berulang. Tahap pertama adalah kondensasi data, yaitu proses memilih, menyederhanakan, dan mentransformasikan data lapangan agar sesuai dengan fokus penelitian. Tahap kedua adalah penyajian data dalam bentuk narasi, tabel, atau diagram sehingga informasi lebih terstruktur dan mudah dipahami. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu merumuskan makna data sekaligus mengecek konsistensinya dengan kondisi nyata di lapangan.

Untuk lebih memperjelas indikator yang digunakan dalam penelitian ini, berikut disajikan aspek sosial beserta indikatornya yang menjadi fokus pengamatan:

No Aspek Sosial Indikator
1 Hormat & Sopan Santun Bersikap ramah dan menghargai warga sekolahTidak memotong pembicaraan dan mendengarkan temanTidak mengejek teman yang sedang mengalami kesulitan
2 Toleransi & Inklusif Tidak membeda-bedakan teman berdasarkan latar belakangBekerja sama dengan teman yang berbeda pendapatTidak membeda-bedakan teman berdasarkan suku, agama, atau latar belakangBekerja sama dengan teman yang memiliki kemampuan berbeda
3 Peduli & Empati Membantu teman yang mengalami kesulitanMengenali tanda-tanda teman yang membutuhkan bantuanMembagikan makanan atau barang kepada teman
4 Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan Ikut serta menjaga kebersihan dan ketertiban sekolahMenjaga fasilitas sekolah agar tetap bersih dan terawatMemisahkan sampah organik dan anorganikMengingatkan orang lain agar tidak membuang sampah sembarangan
Table 1. Aspek Sosial dan Indikator Penelitian

Penjelasan Aspek Sosial dan Indikator Penelitian

Aspek Hormat dan Sopan Santun dipilih karena sikap ini mencerminkan adab dasar dalam interaksi sosial, khususnya di lingkungan sekolah. Nilai QS. Al-Ma’un menegaskan bahwa ibadah tidak hanya berupa ritual, tetapi juga perilaku menghormati sesama. Indikator seperti bersikap ramah, mendengarkan tanpa memotong pembicaraan, serta tidak mengejek teman menjadi tolok ukur penting dalam menilai keterinternalisasian nilai tersebut pada siswa.

Aspek Toleransi dan Inklusif berhubungan dengan kemampuan siswa menghargai perbedaan latar belakang, pendapat, maupun kemampuan akademik. Hal ini sejalan dengan nilai QS. Al-Ma’un yang menolak sikap acuh dan diskriminatif. Indikator yang digunakan, seperti bekerja sama meskipun berbeda pendapat dan tidak membeda-bedakan teman berdasarkan suku maupun agama, memperlihatkan sejauh mana siswa mampu membangun lingkungan belajar yang adil dan inklusif.

Aspek Peduli dan Empati merupakan inti dari QS. Al-Ma’un yang menekankan pentingnya perhatian terhadap orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Oleh karena itu, indikator membantu teman yang kesulitan, mengenali tanda-tanda teman yang membutuhkan bantuan, dan berbagi makanan atau barang dipakai untuk mengukur bagaimana empati tumbuh menjadi perilaku nyata dalam keseharian siswa.

Aspek Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan menggambarkan kepedulian siswa terhadap ketertiban dan keberlanjutan lingkungan sekolah. QS. Al-Ma’un tidak hanya mengajarkan kepedulian individual, tetapi juga mengarah pada tanggung jawab kolektif. Indikator seperti menjaga kebersihan, merawat fasilitas sekolah, memilah sampah, serta mengingatkan orang lain agar tidak membuang sampah sembarangan menjadi ukuran keterlibatan siswa dalam menjaga harmoni sosial dan lingkungan sekolah.

Dengan keempat aspek tersebut, penelitian ini tidak hanya menilai perilaku sosial siswa secara umum, tetapi juga menghubungkannya dengan nilai-nilai keislaman dalam QS. Al-Ma’un. Hal ini menjadikan instrumen penelitian lebih relevan, kontekstual, dan sesuai dengan tujuan penelitian yang berfokus pada pembentukan karakter sosial siswa di SD Muhammadiyah.

Hasil dan Pembahasan

A. Pembahasan Sikap Sosial Berdasarkan Nilai QS. Al-Ma’un

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas IV Ibnu Sina di SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo telah

menginternalisasi nilai-nilai QS. Al-Ma’un dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Internalisasi ini tercermin melalui

pembiasaan, bimbingan guru, serta interaksi sosial antarsiswa yang menghasilkan berbagai sikap positif. Nilai-nilai yang diamalkan dapat dikelompokkan dalam empat aspek besar, yaitu empati dan kepedulian, toleransi dan inklusif, hormat dan sopan santun, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan. Keempat aspek tersebut saling melengkapi dan menunjukkan bahwa implementasi QS. Al-Ma’un di sekolah dasar tidak hanya bersifat konseptual, tetapi benar-benar diwujudkan dalam perilaku nyata siswa.

Pertama, aspek empati dan kepedulian. Empati merupakan fondasi utama tumbuhnya sikap sosial yang baik, sebagaimana QS. Al-Ma’un menekankan pentingnya memperhatikan kaum lemah, anak yatim, dan orang miskin. Nilai ini tercermin dari kebiasaan siswa membantu teman yang kesulitan, baik di dalam kelas maupun dalam kegiatan sehari- hari. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa 16 siswa seringkali saling menolong, misalnya meminjamkan alat tulis kepada teman yang lupa membawa, membantu teman yang kesulitan memahami pelajaran, atau menolong saat piket kelas ketika ada yang kesulitan menyapu. Observasi juga menunjukkan adanya kepedulian spontan, misalnya ketika seorang siswa terkena bola di lapangan, teman-temannya segera menolong. Selain itu, kepekaan emosional terlihat ketika siswa mampu mengenali teman yang sedang sedih atau bingung, lalu menanyakan kabar dan menawarkan bantuan. Sikap empati ini dipertegas dengan kebiasaan berbagi makanan saat jam istirahat. Dokumentasi memperlihatkan bahwa siswa kerap saling bertukar lauk atau minuman. Hal ini bukan sekadar kebiasaan sederhana, melainkan cerminan solidaritas dan kebersamaan yang sejalan dengan nilai QS. Al-Ma’un. Dengan demikian, keempat indikator pada aspek empati dan kepedulian, yakni membantu, mengenali kebutuhan, tidak mengejek, dan berbagi, telah tampak jelas dalam perilaku siswa.

Kedua, aspek toleransi dan inklusif. QS. Al-Ma’un menegaskan larangan bersikap abai terhadap sesama. Dalam konteks sekolah, hal ini bermakna menumbuhkan suasana kebersamaan tanpa diskriminasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa siswa tidak membeda-bedakan teman berdasarkan latar belakang keluarga, suku, agama, maupun kemampuan akademik. Dua siswa yang mengalami keterlambatan belajar tetap dihargai dan tidak diejek, bahkan dibantu dalam memahami pelajaran. Sikap toleran juga tercermin ketika siswa bekerja dalam kelompok. Walaupun ada perbedaan pendapat, mereka berusaha mendengarkan, berbagi tugas, dan saling menghargai. Beberapa siswa memang masih merasa bingung atau canggung, namun pembiasaan yang konsisten dari guru membuat mereka mulai terbiasa bersikap inklusif. Dokumentasi kegiatan kelompok memperlihatkan interaksi yang sehat, di mana siswa dengan kemampuan lebih membantu yang lain. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan tidak menjadi penghalang, melainkan peluang untuk saling melengkapi. Sejalan dengan penelitian Fitri (2024), pembiasaan berbasis Al-Ma’un terbukti efektif dalam membangun suasana inklusif di sekolah Muhammadiyah. Dengan demikian, ketiga indikator toleransi dan inklusif, yakni tidak membeda-bedakan, bekerja sama meskipun berbeda pendapat, serta bekerja sama dengan teman yang berbeda kemampuan, telah berhasil diwujudkan.

Ketiga, aspek hormat dan sopan santun. QS. Al-Ma’un menegur keras orang yang beribadah namun lalai terhadap hak sosial. Salah satu bentuk hak sosial di lingkungan sekolah adalah sikap hormat terhadap guru, sesama siswa, maupun warga sekolah lainnya. Penelitian ini menemukan bahwa siswa terbiasa bersikap ramah dengan menyapa, mengucapkan salam, dan bersalaman ketika bertemu guru, satpam, maupun petugas kebersihan. Kebiasaan ini terbentuk melalui morning routine yang dilaksanakan setiap hari, meliputi doa bersama, shalat dhuha, serta pembiasaan perilaku sopan santun. Guru juga melatih siswa untuk mendengarkan orang lain berbicara tanpa memotong. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 12 siswa sudah terbiasa mendengarkan dengan baik, sementara 4 siswa lain masih merasa kesal jika pembicaraan mereka dipotong. Namun, guru terus memberikan penguatan agar mereka menghargai komunikasi. Sikap hormat juga tampak dari perilaku siswa yang tidak mengejek teman yang sedang kesulitan. Beberapa siswa menyatakan bahwa mereka merasa kasihan jika ada teman yang tidak bisa menjawab pertanyaan, sehingga mereka lebih memilih memberi semangat. Dokumentasi foto kelas memperlihatkan suasana diskusi di mana siswa mendengarkan dengan penuh perhatian. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak mulia yang diajarkan Islam mulai melekat dalam keseharian mereka. Dengan demikian, kedua indikator hormat dan sopan santun, yakni bersikap ramah kepada warga sekolah serta mendengarkan dengan baik tanpa memotong pembicaraan, sudah terinternalisasi.

Keempat, aspek tanggung jawab sosial dan lingkungan. QS. Al-Ma’un menekankan bahwa kepedulian tidak hanya terbatas pada bantuan materi, tetapi juga mencakup menjaga ketertiban sosial. Dalam penelitian ini, aspek tanggung jawab sosial tercermin dari kepedulian siswa menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Sebanyak 13 siswa disiplin melaksanakan piket kelas, menyapu, merapikan bangku, dan membuang sampah pada tempatnya, sementara 3 siswa lainnya sudah mampu membedakan sampah organik dan anorganik. Dokumentasi foto memperlihatkan kelas yang bersih, meja kursi tertata rapi, serta adanya poster ajakan menjaga fasilitas sekolah. Tidak hanya itu, seluruh siswa mengaku pernah mengingatkan teman maupun keluarga yang membuang sampah sembarangan. Hal ini membuktikan bahwa kebiasaan menjaga kebersihan di sekolah terbawa ke lingkungan keluarga. Guru menilai bahwa inisiatif ini merupakan indikator penting dari keberhasilan pembiasaan tanggung jawab sosial. Penelitian Ma’ruf, Isroqunnajah, & Kawakip (2023) juga menegaskan bahwa budaya sekolah yang konsisten, seperti menjaga kebersihan dan disiplin, mampu membentuk karakter tanggung jawab siswa secara berkelanjutan. Dengan demikian, keempat indikator tanggung jawab sosial dan lingkungan, yaitu menjaga kebersihan, merawat fasilitas sekolah, memilah sampah, dan mengingatkan orang lain, telah terwujud dalam keseharian siswa.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi QS. Al-Ma’un berhasil membentuk

sikap sosial siswa secara komprehensif. Empati menumbuhkan kepedulian, toleransi melahirkan suasana inklusif,

hormat menegakkan akhlak mulia, dan tanggung jawab sosial memastikan terciptanya lingkungan yang sehat serta harmonis. Hasil triangulasi dari wawancara, observasi, dan dokumentasi memperlihatkan konsistensi perilaku siswa yang bukan sekadar pengakuan verbal, tetapi benar-benar tercermin dalam tindakan nyata. Dengan demikian, pendidikan berbasis nilai QS. Al-Ma’un di SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo terbukti efektif dalam menginternalisasi karakter religius sekaligus memperkuat hubungan sosial siswa sejak dini.

Uraian pembahasan di atas telah menggambarkan secara detail bagaimana nilai-nilai QS. Al-Ma’un diinternalisasikan oleh siswa kelas IV Ibnu Sina SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo melalui empat aspek besar, yaitu empati dan kepedulian, toleransi dan inklusif, hormat dan sopan santun, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan. Masing- masing aspek terwujud melalui indikator-indikator yang tampak dalam perilaku nyata siswa, baik melalui interaksi dengan teman sebaya, sikap terhadap guru dan warga sekolah, maupun kepedulian terhadap lingkungan. Seluruh uraian ini menegaskan bahwa implementasi QS. Al-Ma’un tidak hanya berhenti pada tataran konsep, tetapi benar-benar tercermin dalam praktik keseharian siswa. Untuk memberikan gambaran yang lebih ringkas, sistematis, dan mudah dipahami, keempat aspek beserta 14 indikator yang telah diuraikan sebelumnya kemudian disajikan dalam bentuk diagram indikator sikap sosial siswa berdasarkan nilai-nilai QS. Al-Ma’un. Penyajian diagram ini diharapkan dapat memperjelas keterkaitan antar aspek sekaligus menunjukkan konsistensi internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam pembentukan karakter sosial siswa.

Figure 2. "Diagram Indikator Sikap Sosial Siswa Berdasarkan Nilai-Nilai QS. Al-Ma’un"

Hasil dari presentase indikator menunjukkan bahwa sebanyak 25% siswa menunjukkan sikap ramah dan menghargai warga sekolah, 25% lainnya aktif dalam membantu teman yang mengalami kesulitan, serta 25% siswa juga terbiasa menjaga fasilitas sekolah dengan baik. Di sisi lain, sebanyak 18% siswa menunjukkan kemampuan dalam memisahkan sampah organik dan anorganik, dan 7% siswa sudah mampu mendengarkan teman berbicara tanpa memotong pembicaraan.

Di SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2024) di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa penerapan nilai-nilai Surah Al-Ma’un tidak cukup hanya diajarkan lewat konsep ., tetapi harus dilatih dalam kegiatan nyata sehari-hari. Melalui pembiasaan seperti infaq bersama, saling menyapa, menjaga kebersihan, dan membantu teman yang kesulitan, siswa terbukti lebih mudah menanamkan sikap peduli, tolong-menolong, dan menghargai sesama. Cara ini juga membuat nilai-nilai yang diajarkan menjadi bagian dari kebiasaan mereka, bukan sekadar pengetahuan di kela [6]. Temuan ini dikuatkan lagi oleh penelitian Ma’ruf, Isroqunnajah, & Kawakip (2023) di MI Ar Rahmah Jabung – Malang, yang menunjukkan bahwa karakter siswa bisa terbentuk dengan baik jika sekolah memiliki budaya yang mendukung. Budaya sekolah ini diwujudkan lewat kegiatan rutin seperti salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, menjaga kebersihan, disiplin waktu, dan saling bekerja sama. Kegiatan tersebut dilakukan secara konsisten, baik dalam program resmi sekolah maupun kegiatan sehari-hari, sehingga nilai-nilai karakter menjadi kebiasaan yang mengakar pada siswa [15].

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV Ibnu Sina di SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai QS. Al-Ma’un memiliki kontribusi yang signifikan dalam membentuk sikap sosial siswa. Melalui pembiasaan yang dilakukan guru dan warga sekolah, siswa mampu menunjukkan perilaku yang mencerminkan empati, peduli terhadap sesama, toleran terhadap perbedaan, sopan santun, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pertama, aspek empati dan kepedulian tercermin dari kebiasaan siswa membantu teman yang mengalami kesulitan, mengenali teman yang sedang sedih, serta berbagi makanan dan barang. Kedua, aspek toleransi dan inklusif terlihat dari sikap siswa yang tidak membeda-bedakan teman berdasarkan latar belakang, suku, maupun kemampuan belajar, serta kesediaan untuk bekerja sama dalam kelompok meskipun terdapat perbedaan pendapat. Ketiga, aspek

hormat dan sopan santun tampak melalui kebiasaan siswa dalam menyapa, memberi salam, dan menghormati guru, satpam, maupun petugas kebersihan, serta tidak memotong pembicaraan ketika teman atau guru sedang berbicara. Keempat, aspek tanggung jawab sosial-lingkungan ditunjukkan melalui kepatuhan siswa menjaga kebersihan, melaksanakan piket kelas, memisahkan sampah organik dan anorganik, serta berinisiatif mengingatkan teman atau keluarga agar tidak membuang sampah sembarangan.

Dengan demikian, implementasi nilai QS. Al-Ma’un di lingkungan sekolah terbukti efektif dalam menginternalisasi karakter religius siswa sekaligus memperkuat hubungan sosial yang harmonis. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berbasis nilai Al-Qur’an tidak hanya membentuk kesalehan individual, tetapi juga melahirkan sikap sosial yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan bersama.

References

Shofwan, I. (2019). Pengembangan instrumen penilaian akhlak mulia berbasis Al-Qur’an. Jurnal Madaniyah, 8(2), 199–208.

Fitri, A. (2024). Implementasi pendidikan nilai Surah Al-Ma’un dalam membentuk karakter sosial peserta didik di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta. Jurnal Pendidikan Islam, 15(1), 41–47.

Amaniyah, I. F., & Nasith, A. (2022). Upaya penanaman karakter peduli sosial melalui budaya sekolah dan pembelajaran IPS. Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(2), 81–95. https://doi.org/10.18860/dsjpips.v1i2.1377

Bukoting, S. (2023). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengembangkan karakter siswa sekolah dasar. Jurnal Inovasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan, 3(2), 70–82.

Lathifah, U., & Mustofa, T. A. (2024). Keselarasan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Ismuba dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP PK Muhammadiyah Kottabarat Surakarta. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 13(2), 1413–1424. https://doi.org/10.58230/27454312.585

Fitri, A. (2024). Implementasi pendidikan nilai Surah Al-Ma’un dalam membentuk karakter sosial peserta didik di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta. Jurnal Pendidikan Islam, 15(1), 41–47.

Jaksa, S., et al. (2025). Implementasi isi kandungan Surat Al-Ma’un dalam membentuk karakteristik sosial peserta didik di SDN Grogol Selatan 09. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2.

Akbaro, M. A. (2023). Implementasi Surah Al-Ma’un dalam aktivitas keseharian guru dan murid di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Pekanbaru: Analisis pembentukan karakter siswa (Living Qur’an). Jurnal Pendidikan Islam, 16(61).

Ilham. (2021, June). Al-Maun dan Al-Ashr: Inspirasi Kiai Dahlan membangun amal usaha Muhammadiyah. Muhammadiyah.or.id. https://muhammadiyah.or.id/2021/06/al-maun-dan-al-ashr-inspirasi-kiai-dahlan-membangun-amal-usaha-muhammadiyah/

Ginting, R. (2019). Bab III metode penelitian Miles and Huberman. Naspa Journal, 42(4), 1.

Ma’ruf, M. K. A., Isroqunnajah, I., & Kawakip, A. N. (2023). Penerapan nilai-nilai karakter melalui budaya sekolah di MI Ar Rahmah Jabung - Malang. Journal of Education, 5(2), 1769–1778. https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/818

Published

2025-08-12

How to Cite

Abdullah, L. D., & Amrullah, M. (2025). Al Ma’un Values in Developing Social Attitudes of Muhammadiyah Students: Nilai-nilai Al Ma’un dalam Pembentukan Sikap Sosial Mahasiswa Muhammadiyah. Journal of Islamic and Muhammadiyah Studies, 7(2), 10.21070/jims.v7i2.1646. https://doi.org/10.21070/jims.v7i2.1646

Issue

Section

Study Of Muhammadiyah Studies