Teacher-Student Relationship and Learning Motivation at SMP Muhammadiyah 5 Tulangan
Hubungan Guru-Murid dan Motivasi Belajar di SMP Muhammadiyah 5 Tulangan
DOI:
https://doi.org/10.21070/jims.v7i1.1639Keywords:
Teacher-Student Relationship, Learning Motivation, Correlational Study, Junior High School, Muhammadiyah EducationAbstract
General background: Motivation is a crucial factor influencing student learning outcomes, as it drives persistence and engagement in the classroom. Specific background: In Muhammadiyah schools, teacher-student relationships are assumed to play a central role in shaping students’ motivation, yet empirical evidence remains limited. Knowledge gap: While previous studies have explored external factors such as family or environment, fewer have examined how teacher-student relational quality contributes directly to students’ learning motivation in the Muhammadiyah context. Aims: This study investigates the relationship between teacher-student relationships and learning motivation among students at SMP Muhammadiyah 5 Tulangan. Results: Using a quantitative correlational design with 200 students selected from 338 through Slovin’s formula, data were collected via Likert-scale instruments and analyzed with Product Moment correlation. Normality and linearity tests met statistical assumptions, and the correlation analysis revealed a positive though weak association (r = 0.178, p < 0.05), with teacher-student relations explaining 3.2% of learning motivation variance. Novelty: The study expands prior research by situating the relational dynamics within Muhammadiyah education, offering insight into a psychosocial variable not often highlighted. Implications: Strengthening teacher-student relationships may serve as a practical pathway for fostering sustainable learning motivation in Islamic-based schooling.
Highlights:
-
Teacher-student relationship shows a positive correlation with motivation.
-
Relational quality explains a small yet meaningful portion of variance.
-
Novel contribution within Muhammadiyah educational settings.
Keywords: Teacher-Student Relationship; Learning Motivation; Correlational Study; Junior High School; Muhammadiyah Education
Pendahuluan
Salah satu faktor yang dapat menentukan keefektifan pembelajaran adalah motivasi belajar. Jika ada komponen pendorongnya, peserta didik dapat belajar dengan baik. Motivasi belajar yang tinggi dapat membuat peserta didik belajar secara tekun. Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak yang ada pada diri siswa sehingga terdapat kegiatan belajar yang menjamin keberlajutan dari kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan oleh pebelajar dapat dicapai [1]. Motivasi belajar adalah proses internal yang ada dalam diri seseorang yang menumbuhkan semangat untuk belajar, memotivasi untuk mencapai tujuan,dan memungkinkan pemahaman dan pengembangan dalam belajar [2]. Mengenai uraian di atas, yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah daya penggerak psikis keseluruhan, yang mencakup harapan, nilai, dan afektif yang ada pada diri siswa. Daya penggerak ini memiliki potensi untuk membuat kegiatan belajar lebih terarah sehingga siswa tidak hanya belajar, tetapi juga dapat menghargai dan menikmati proses belajar mereka.
Suatu motivasi dapat mendorong seseorang untuk mbelajar adalah motivasi belajar. Ukurannya bahwa semakin tinggi motivasi seseorang untuk belajar, semakin baik hasil belajarnya. Motivasi belajar adalah komponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Belajar membutuhkan motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan optimal, apabila siswa termotivasi. Jika motivasi yang diberikan dirasa sudah tepat, maka pelajaran tersebut juga akan berhasil. Pada awalnya siswa tidak ada keinginan untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, maka dapat membangunn minat untuk belajar. Hal tersebut sejalan dengan rasa keingintahuannya yang tinggi, sehingga mendorong siswa untuk belajar. Melalui sikap inilah yang akhirnya menjadi dasar seta mendorong untuk semangat belajar. Oleh karena itu, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini memiliki potensi untuk mempengaruhi cara siswa bertindak saat belajar. Siswa biasanya tidak memiliki motivasi untuk belajar dikelas, ini mungkin karena guru belum membuat pendekatan atau strategi pembelajaran yang menarik untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. Motivasi belajar sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Seorang siswa dapat dimotivasi untuk mengembangkan aktifitas 1, 2 dan inisiatif. Ini dapat membantu mereka mempertahankan ketekunan untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa dapat menjadi sangat malas atau tidak tertarik untuk belajar jika mereka tidak memiliki motivasi. Motivasi belajar sangat penting untuk mendorong siswa untuk berhasil.
Motivasi belajar, yang terpenting adalah cara mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan cara ini, peran guru sudah sangat penting. Bagaimana guru berusaha untuk mendorong dan mendorong anak didiknya untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik. Selain meningkatkan keinginan untuk belajar dengan cara (i) Siswa diberi tugas membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca hal-hal penting dari bahan tersebut dicatat. (ii) Guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara memecahkannya. (iii) Guru mengajarkan cara memecahkan serta mendidik keberanian kepada siswa untuk mengatasi kesukaran. (iv) Guru mengajak siswa mengalami serta mengatasi kesukaran. (v) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu memecahkan masalah serta mungkin akan membantu rekannya yang mengalami kesulitan. (vi) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan belajarnya sendiri. (vii) Guru menghargai pengalaman serta kemampuan siswa supaya belajar secara mandiri [3].
Psikologi pendidikan mulai berfokus pada proses dan motivasi yang baik untuk belajar dengan baik. Namun, perlu diingat bahwa motivasi tidak pernah dikatakan baik jika tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Selama kegiatan pembelajaran, motivasi siswa untuk belajar sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar mereka dalam mata pelajaran tertentu. [4]. Peserta didik mampu memahami apa yang meraka pelajari dan yang meraka kuasai lalu tersimpan untuk didalam pikiran waktu yang lama. Siswa mulai menghargai apa yang telah mereka pelajari ketika mereka melihat manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari mereka di masyarakat.
Siswa memiliki dorongan belajar yang tinggi dan dapat mencapai hasil yang baik. Ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi, intensitas usaha, dan upaya yang dilakukan siswa, semakin baik hasil belajar yang mereka peroleh [5]. Siswa berusaha keras untuk mencapai keberhasilan akademik yang diharapkan. Motivasi juga mendukung upaya siswa dan memastikan proses belajar terus berlanjut. Siswa menjadi tekun dalam belajar karena hal ini. Berdasarkan hasil wawancara pribadi pada (10 april 2020) dengan beberapa orang siswa yang berusia 12-14 tahun diantaranya adalah 3 perempuan terkait motivasi belajardi SMP Muhammadiyah 5 Tulangan. Hasil wawancara subjek menunjukkan bahwa sering mengalami penurunan dalam motivasi belajar.
Subjek I (perempuan, 12 tahun) mengatakan :
“Terlalu banyak tugas yang diberikan bapak dan ibu guru.Waktu istarahat yang kurang. Mangkanya ketika saya di kelas ada jam kosong itu rasanya saya senangan sekali, untuk meluapkan kejenuhan saat berada di kelas. Tapi kadang juga saya tekun mengerjakan tugas supaya nilai saya bagus. Kadang juga saya sering di marahin kerna tidak pernah mengerjakan tugas”.
Wawancara selanjutnya subjek II (perempuan, 14 tahun) mengatakan :
“kadang saya merasa jenuh saat banyak tugas yang di berikan, mungkin jaga saya kurang paham apa yang di sampaikan saat pelajaran, dan mengakibatkan saya males mengerjakan tugas, tapi kadang pula saya juga takut nanti kalau saya tidak tekun mengerjakan tugas akan membawa dampak buruk terhadap nilai saya, makanya saya kadang-kadang juga sering mengumpulkan tugas juga. Kadang juga saya sering jengkel kepada guru saya yang terlalu banyak memberikan tugas”.
Wawancara selanjutnya subjek III (perempuan, 13 tahun) mengatakan :
“kalau saya sih tergantung kadang males kadang juga saya semangat dalam mengerjakan tugas yang di berikan bapak ibu guru, karena tujuan saya sekolah kan untuk mencari ilmu makanya saya semngat dalam pelajran yang di berukan bapak ibu guru. Malahan saya kalau di beri tugas sering selesai duluan”.
Karena banyak siswa yang mengalami kejenuhan dalam menerima pelajaran . Dan juga kadang pula siswa merasa terbebani oleh banyak tugas yang di berikan bapak ibu guru, yang berdampak menurunya motivasi siswa terhadap pelajaran di kelas. Masalah ini mungkin banyak bapak dan ibu guru kurang memahami apa yang di rasakan siswa. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ada 2 yaitu faktor internal dan eksternal, Faktor internal terdiri dari kebutuhan fisik dan psikis individu, persepsi diri sendiri yang akan mendorong dan mengarahkan perilaku mereka, harga diri dan prestasi, cita-cita dan harapan masa depan, minat dan kepuasan kinerja. Faktor eksternal terdiri dari hal-hal yang ada di luar individu, seperti hadiah, kompensasi, dan keinginan untuk maju.[6]. Oleh karena itu motivasi belajar juga di pengaruhi oleh relasi guru siswa. Jika hubungan guru siswa itu baik, maka motivasi belajar untuk siswa akan meningkat. Dalam beberapa dekade terakhir, para peneliti pendidikan dan psikologi telah menyelidiki hubungan guru-siswa. Hubungan timbal balik antara dua orang tersebut adalah subjek beberapa penelitian. Interaksi antara guru dan siswa untuk menciptakan hubungan yang baik di dalam kelas [7]. Peran relasi guru—siswa dapat mempengaruhi perkembangan, hubungan sosial, dan perilaku. [8]. Hubungan guru-siswa adalah hubungan yang sangat kompleks dan bertingkat, yang mencakup tidak hanya guru dan siswa tetapi juga lingkungan sekitar. Hubungan guru-siswa yang baik membantu menciptakan lingkungan kelas yang lebih baik dan efektif. [9]. Perilaku positif siswa baik di kelas maupun di rumah dapat menunjukkan hubungan guru-siswa yang baik. [10].
Relasi guru-siswa adalah pengalaman emosional yang dihasilkan dari interaksi guru-siswa. [10]. Relasi guru-siswa terdiri dari ketergantungan, konflik, dan kedekatan. Konflik mengacu pada hubungan kurang baik dan perselisihan, sedangkan kedekatan mengacu pada pengaruh positif, kehangatan, komunikasi terbuka, dan kenyamanan. Ketergantungan, yang memerlukan ikatan dan kepercayaan [11]. Pada kenyataannya zaman saat ini banyak siswa yang memiliki suatu konflik dengan guru, dikarenakan kurangnya hubungan yang baik atau relasi antara guru siswa yang masih rendah. Sehingga terdapat kejadian banyaknya siswa yang menghakimi guru ataupun banyak guru yang menghakimi siswa dikarenakan adanya suatu konflik antara guru dan siswa. Oleh karenanya hubungan siswa dan guru sangatlah penting guna membangun suatu motivasi dalam meningkatkan prestasi siswa. Hal tersebut dibangun melalui interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Sehingga timbul suatu motivasi yang dapat siswa capai sesuai dengan tujuan dari adanya relasi yang positif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Devikenshi tahun 2021 meneliti akan “Hubungan Relasi Guru Siswa dengan Motivasi Belajar Matematika di SMP X Surabaya” dengan hasil semakin rasa ingin mempelajari matematika sangat tinggi, maka memungkinkan untuk menjadi alasan untuk motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika [12]. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Fefri Indah Azra dan Husnan Jamil pada tahun 2015 yang meneliti tentang “Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Solok Selatan” dengan hasil lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang mana itu semua berkat dorongan dan motivasi dari keluarga [13]. Melalui penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini memiliki suatu kelebihan yakni meneliti secara luas bukan hanya dalam pembelajaran akan tetapi mengenai interaksi atau relasi hubungan antar guru siswa serta bukan melibatkan antar orang tua dan bukan hanya dalam lingkup keluarga yang memberikan suatu motivasi belajar tetapi juga dalam lingkup dewan guru yang ada di sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan ini dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Relasi Guru Siswa dengan Motivasi Belajar Pada Siswa di Sekolah SMP Muhammadiyah 5 Tulangan”.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif ini menganalisis data numerikal dan diolah dengan metode statistik [14]. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih [15]. Korelasional ialah salah satu teknik analisis dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan atau korelasi antara dua variable atau lebih [16]. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara relasi guru siswa dengan motivasi belajar siswa pada smp muhammadiyah 5 tulangan. Dalam penelitian ini, ada dua kategori variabel yang digunakan: (1) variabel independen (bebas), yang berfungsi sebagai faktor yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain; dan (2) variabel dependen (terikat), yang berfungsi sebagai faktor yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel independen adalah faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan perubahan atau munculnya variabel dependen atau independen. [16]. Dalam penelitian ini, hubungan guru-siswa (X) adalah variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. [16]. Motivasi belajar (Y) adalah variabel dependen penelitian ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 5 Tulangan yang berjumlah 365 siswa. Sugiyono mengemukakan sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel peneliti menggunakan rumus slovin dengan taraf kesalahan 5%, maka hasil dari penghitungan rumus slovin penelitian ini membutuhkan sampel sebanyak 200 siswa. Kemudian mengemukakan juga bahwa sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel peneliti menggunakan rumus slovin dengan taraf kesalahan 5%, maka hasil dari penghitungan rumus slovin penelitian ini membutuhkan sampel sebanyak 200 siswa [16].
Peneliti menemukan bahwa populasi yang ada sangat besar dan sulit untuk mengetahui berapa banyak sampel yang ada. Karena itu, peneliti memilih metode pengambilan sampel tanpa kemungkinan, yang berarti memberi setiap anggota populasi peluang atau kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. [16]. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik stratified random sampling yaitu melalui cara pengambilan secara acak untuk jenis populasi bertingkat atau berjenjang. Peneliti akan mengambil sampel per kelas adalah 30%, dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Jumlah siswa kelas 7 adalah 126 siswa dan jumlah siswa kelas 8 ialah 121 siswa serta kelas 9 yakni 91 siswa dengan total populasi sebanyak 338 siswa. Oleh karenanya, peneliti mengambil sampel sampel sebanyak 200 siswa. Menurut Sugiyono bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat strategis dalam dunia penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian yakni mendapatkan data [16]. Pengambilan data yang dilakukan penelitian ini dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan secara online. Dalam membuat kuisioner menggunakan dua skala psikologi yaitu skala relasi guru-siswa dan motivasi belajar. Skala yang digunakan adalah skala likert yaitu skala pengukuran yang dikembangkan oleh likert tahun 1932.
Metode penelitian ini menggukan alat ukur berupa skala, skala berfungsi sebagai alat untuk memperoleh data penelitian. Skala yang digunakan oleh peneliti terbagi menjadi 2 bagian, yaitu skala relasi guru dan siswa dengan skala motivasi belajar, pada skala relasi terdiri dari 15 aitim sedangkan angket motivasi belajar terdiri dari 14 aitem. Berdasarkan angket yang digunakan dalam penelitian ini yakni untuk mengukur aspek dari relasi guru siswa dan aspek dari motiovasi belajar. Relasi guru siswa adalah persepsi guru terhadap relasi mereka dengan siswa berdasarkan dua indikator, yaitu konflik, kedekatan [17]. Kedekatan Konflik adalah Indikator konflik mengukur derajat dimana seorang guru berpendapat bahwa hubungannya dengan seorang siswa tertentu bernilai negatif serta mengandung unsur konflik. Nilai konflik yang tinggi menunjukkan bahwasannya guru tersebut terdapat pertikaian dengan siswa, mempersepsikan siswa marah atau tidak bisa diprediksi, serta akibatnya guru merasa terkuras emosinya serta meyakini bahwa dia sendiri tidak efektif . Nilai rendah pada indikator ini merupakan indikasi relasi guru siswa yang positif [18]. Kemudian Konflik adalah indikator untuk mengukur derajat dimana seorang guru mempersepsikan hubungannya dengan seorang siswa tertentu dengan negatif dan konfliktual. Skor konflik yang tinggi menunjukkan bahwa guru tersebut bersitegang dengan siswa, mempersepsikan siswa marah atau tidak bisa diprediksi, dan akibatnya guru merasa terkuras emosinya dan meyakini bahwa dia sendiri tidak efektif [19]. Skor rendah pada indikator ini merupakan indikasi relasi guru siswa yang positif. Kemudian mengenai aspek motivasi belajar, diantaranya: (1) Tekun menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi kesulitan; (3) menunjukkan minat terhadap berbagai masalah untuk orang dewasa; (4) lebih senang bekerja mandiri; (5) Cepat bosan dengan tugas yang rutin; (6) dapat mempertahankan pendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan sesuatu yang dianggap benar, dan (7) senang mencari dan memecahkan masalah [20]. Teknik analisis data ini digunakan untuk mengungkap hipotesis penelitian yaitu mencari hubungan antara variabel relasi guru Siswa dengan variabel motivasi belajar
Hasil dan Pembahasan
Uji normalitas ialah uji yang dilakukan yang bertujuan untuk menilai dari sebaran data dalam sebuah kelompok data maupun variabel dalam sebuah model regresi, variabel penganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak [21]. Berdasarkan hasil uji normalitas pada output SPSS uji Kolmogorov-Smirnovmenunjukkan:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
Unstandardized Residual | ||
N | 200 | |
Normal Parametersa,b | Mean | .0000000 |
Std. Deviation | 6.11530076 | |
Most Extreme Differences | Absolute | .063 |
Positive | .063 | |
Negative | -.044 | |
Test Statistic | .063 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | .051c | |
a. Test distribution is Normal. | ||
b. Calculated from data. | ||
c. Lilliefors Significance Correction. |
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas variabel relasi guru siswa dan motivasi belajar. Nilai signifikan 0,05 > sig. (2-tailed) 0,051 maka data tersebut berdistribusi normal. Uji linieraitas merupakan suatu uji data yang bertujuan untuk mengetahui dari dua variabel yang ada dalam penelitian memiliki suatu hubungan yang liner atau tidak secara signifikan[20]. Berdasarkan hasil uji linieritas pada output SPSS menunjukkan bahwa:
ANOVA Table | |||||||
Sum of Squares | df | Mean Square | F | Sig. | |||
Motivasi Belajar * Relasi Guru Siswa | Between Groups | (Combined) | 940.065 | 26 | 36.156 | .927 | .570 |
Linearity | 242.411 | 1 | 242.411 | 6.218 | .014 | ||
Deviation from Linearity | 697.654 | 25 | 27.906 | .716 | .836 | ||
Within Groups | 6744.330 | 173 | 38.985 | ||||
Total | 7684.395 | 199 |
Dengan uji linieritas yang dilakukan seperti yang ditunjukkan dalam tabel diatas, diperoleh hasil dengan F deviation from liniearity sebesar 0,836 dan signifikansi sebasar 0,05. Oleh karena itu, data tersebut dapat disimpulkan bahwa linear. Peneliti kemudian menguji hipotesis tentang hubungan antara relasi guru-siswa dan motivasi belajar siswa setelah mendapatkan data dari uji asumsi yang dinyatakan lolos. Tabel 4.13 merupakan koefisien pearson corelation :
Correlations | |||
Relasi Guru Siswa | Motivasi Belajar | ||
Relasi Guru Siswa | Pearson Correlation | 1 | .178* |
Sig. (2-tailed) | .012 | ||
N | 200 | 200 | |
Motivasi Belajar | Pearson Correlation | .178* | 1 |
Sig. (2-tailed) | .012 | ||
N | 200 | 200 | |
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). |
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bawah hasil analisis tersebut diperoleh nilai signifikan (2-tailed) yaitu 0,012 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat hubungan antara relasi guru siswa dan motivasi belajar. Sedangkan Correlation Coeficient yang terdapat pada tabel memperoleh 0,178 yang memiliki arti bahwa korelasi antara dua variabel yang positif yang artinya ada korelasi antara relasi guru siswa dengan motivasi belajar.
Model Summary b | ||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .178a | .032 | .027 | 6.131 |
a. Predictors: (Constant), Relasi Guru Siswa | ||||
b. Dependent Variable: Motivasi Belajar |
Berdasarkan hasil uji koefisien determinan menunjukkan sebesar 0,032 (R square) yang menjelaskan bahwa variabel relasi guru siswa memberikan pengaruh efektif sebesar 3,2% terhadap motivasi belajar. Hasil yang diperoleh dari R square yaitu sebesar 0,032 x 100% = 0,032 sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lain yang tidak bisa menjadi fokus dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian stastistik dengan dengan Pearson Correlation diperoleh bahwa terdapat hubungan antara relasi guru siswa dengan motivasi belajar siswa. Berdasarkan koefisien korelasi antara kedua variabel menunjukkan angka 0,178 yang artinya ada hubungan yang renda antara variabel dependen tepatnya relasi guru siswa dan variabel independen tepatnya motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil pengujian stastistik dengan dengan Pearson Correlation diperoleh bahwa terdapat hubungan antara relasi guru siswa dengan motivasi belajar siswa. Berdasarkan koefisien korelasi antara kedua variabel menunjukkan angka 0,178 yang artinya bahwa ada hubungan yang renda antara variabel dependen tepatnya relasi guru siswa dan variabel independen tepatnya motivasi belajar siswa.
Arah pada penelitian ini menunjukkan arah yang hubungannya positif (+). Yang artinya semakin tinggi relasi antara guru dengan siswa, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa dan sebaliknya [23]. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, bahwa ada hubungan antara relasi guru siswa dengan motivasi belajar. Hubungan yang terjalin antara guru dan siswa berdampak positif pada prestasi akademik siswa. Sehingga relasi yang terjalin antara guru dan siswa terdapat dua bagian yakni kedekatan dan konflik. Melalui kedekatan antara guru dan siswa berkaitan dengan tingkatan afeksi, kehangatan, serta komunikasi terbuka anatar guru dan siswa. Sehingga dalam hal ini diharapkannya siswa merasa aman dan nyaman bersama guru yang memiliki tingkat kedekatannya sesuai dengan yang diharapkan oleh siswa. Kemudian merujuk kepada konflik, dimana pada hal tersebut merupakan kondisi siswa yang memiliki suatu permasalahan, sehingga mengalami ketidaknyamanan saat bertemu guru. Sumber adanya suatu konflik sering timbul dan terbawa dengan adanya permasalahan di rumah. Sehingga siswa ingin memiliki suatu relasi yang nyaman dengan guru [24]. Berdasarkan hal tersebut, maka ada kaitannya dengan yang namanya motivasi. Motivasi memang sangat berperan penting dalam pendidikan di sekolah untuk mengarahkan dan menuntun perilaku siswa untuk mencapai tujuannya di sekolah.
Oleh karena itu sekolah harus menekan guru agar guru disetiap pembelajaran memberikan motivasi kepada siswa agar siswa dapat mencapai tujuannya. Adapun cara untuk memberikan motivasi kepada siswa pada pembelajaran disekolah yaitu dengan cara memberikan 1) pujian, apabila siswa berhasil dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran maka guru memberikan pujian terhadap siswa tersebut sehinga suasana terasa menyenangkan dan selanjutnya agar dapat mempertinggi gairah belajar siswa. 2) memberikan hadiah, siswa akan terpacuh jika dalam proses pembelajaran guru memberi hadiah jika siswa dapat menjawab pertannyaan yang diberikan, akan tetapi tidak semua siswa bisa mendapatkan hadiah karena ada beberapa siswa yang tidak berminat pada mata pelajaran tertentu. 3) memberikan hukuman, jika diberikan pada saat yang tepat hukuman kepada siswa bisa beruba menjadi alat motivasi akan tetapi sebaliknya jika hukuman tersebut diberikan bersifat membully atau membuat siswa malu maka akan berdampak siswa tidak termotivasi sehingga siswa akan malas. 4) menumbuhkan minat, jika siswa termotivasi oleh guru maka akan timbul minat untuk belajar dengan guru tersebut, maka minat merupakan alat motivasi yang pokok dalam proses pembelajaran. 5) mengadakan ulangan, siswa akan giat belajar jika besok ada ulangan, oleh karena itu ulangan merupakan bentuk motivasi kepada siswa agar belajar, akan tetapi jika guru memberikan banyak ulangan maka siswa akan cepat bosan sehingga siswa tidak akan termotivasi untuk belajar 6) memberi nilai atau angka, jika nilai diraport angkanya tinggi merupakan harapan bagi setiap siswa, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dan mempertahankan capaian yang diperolehnya, akan tetapi pada kenyataannya memberikan angka bukanlah satu-satunya cara memberikan motivasi karena ada beberapa anak yang sekedar naik kelas atau lulus dan tidak mengejar nilai yang tinggi 7) kompetisi merupakan persaingan siswa dalam memperoleh nilai yang tinggi, ini juga bisa dijadikan sebagai alat motivasi agar siswa giat belajar setiap hari, persaingan ada dua yaitu persaingan individu dan kelompok, persaingan sudah banyak dilakukan dimanapun seperti di sekolah, di pabrik, di pasar untuk meningkatkan kualitas.
Oleh karena itu relasi guru siswa dengan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar, jika guru memberikan motivasi yang tepat maka siswa dapat membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa agar tercapai tujuannya. Akan tetapi sebaliknya, jika siswa tidak termotivasi oleh guru maka siswa tidak akan mendapat nilai yang baik dan mereka sekolah hanya yang terpenting lulus tanpa ada prestasi [25]. Berdasarkan hal tersebut, di SMP Muhammadiyah 5 Tulangan peneliti menemukan adanya suatu relasi yang positif antara guru dan siswa yang mana hal ini bedampak pada motivasi siswa untuk selalu giat mengikuti pembelajaran dan hasil akhir mendapat suatu nilai yang baik.
Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara relasi guru siswa dan motivasi belajar. Semakin tinggi relasi guru siswa maka semakin tinggi pula motivasi belajar pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Tulangan. Semakin rendah relasi guru dan siswa maka semakin rendah pula motivasi belajar siswa. Dari penelitian yang sudah kami lakukan saat ini, harapan kami peneliti selanjutnya bisa mengembangkan penelitian ini sesuai dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan. Terutama bagi seorang guru alangkah baiknya untuk lebih mengenal karakteristik siswa. Karena dengan hal tersebut seorang guru dapat memahami dan menjalin suatu hubunngan yang baik dengan siswa. Kemudian bagi seorang siswa, kedepannya lebih bisa dalam bekerjasama ataupun berkolaborasi dengan guru saat pembelajaran berlangsung. Agar dalam pembelajaran guru siswa memiliki relasi yang sangat erat dan bisa meningkatkan motivasi belajar pada diri pribadi masing-masing siswa.
Sampel pada penelitian ini sangat terbatas hanya 200 siswa yang terdiri dari kelas VII, VIII dan IX dan ada beberapa kelas yang tidak diambil sampel sehingga peneliti berharap untuk penelitian berikutnya agar melakukan penelitian dengan menambah sampel dengan memakai semua sampel disekolah tersebut agar hasilnya maksimal. Selahin variabel independen hanya satu yakni relasi guru siswa sedangkan banyak yang mempengaruhi motivasi belajar siswa seperti lingkungan, keluarga, dan teman dekat dan lain sebagainya.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih tidak lupa peniliti sampaikan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini terutama SMP Muhammadiyah 5 Tulangan yang telah memberi ruang dan waktu, dan subjek pada penelitian siswa kelas VII, VIII, dan IX yang telah membantu dalam penelitian ini. Diharapkan penelitian ini bisa menambah pengetahuan bagi orang lain.
References
S. A. M. (2011). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wlodkowski, R., & Jaynes, J. (2004). Motivasi belajar. Depok: Pustaka.
Suprihatin, S. (2015). Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3, 73–82.
Nashar. (2004). Motivasi belajar. Jakarta: Delia Press.
Hamdu, G., & Agustina, L. (2011). Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA di sekolah dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), 25–33.
Pongoh, F. D. (2023). Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar pendidikan agama Kristen. Paedagoria: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Kependidikan, 6356. Retrieved from http://journal.ummat.ac.id/index.php/paedagoria/article/view/11826
Che Ahmad, C. N., Shaharim, S. A., & Abdullah, M. F. N. L. (2017). Teacher-student interactions, learning commitment, learning environment and their relationship with student learning comfort. Journal of Turkish Science Education, 14(1), 57–72. https://doi.org/10.12973/tused.10190a
Baker, J. A. (2006). Teacher-student relationships and students’ academic and behavioral adjustment. Journal of School Psychology, 44(3), 211–229.
Cholilalah, A. I. H., & Arifin, R. (1967). Teacher–student relationship climate and school outcomes: Implications for educational policy initiatives. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Koca, F. (2016). Assessing child-teacher relationships: A review study. International Journal of Social Sciences and Educational Studies, 2(1), 96–119.
L. G. W., & B. K. B. (2001). Charting the relationship trajectories of aggressive, withdrawn, and aggressive/withdrawn children during early grade school. Developmental Psychology, 37(2), 293–310.
D. M. S. U. (2021). Hubungan relasi guru siswa dengan motivasi belajar matematika di SMP X Surabaya. Universitas Surabaya Repository. Retrieved from http://repository.ubaya.ac.id
Azra, F., & Jamil, H. (2015). Pengaruh lingkungan keluarga dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar akuntansi siswa kelas X SMK Negeri 1 Solok Selatan. Jurnal Pendidikan. Retrieved from http://ejournal.upgrisba.ac.id
Arum, D., & Riza, N. K. (2021). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa psikologi pengguna e-commerce Shopee. Jurnal Penelitian Psikologi, 8, 92–102. Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/42541
Permatasari, L. P. (2016). Pengaruh sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap intensi berhenti merokok sebagai dampak peraturan gambar peringatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 1689–1699.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan RnD. Yogyakarta: Alfabeta.
P. R. C. (2001). Student-Teacher Relationship Scale-Short Form. Lutz, FL: Psychological Assessment Resources Inc.
Pianta, R. C., & Steinberg, M. (1992). Teacher-child relationships and the process of adjusting to school. New Directions for Child and Adolescent Development, 57, 61–80.
Pianta, R. C., Steinberg, M. S., & Rollins, K. B. (1995). The first two years of school: Teacher-child relationships and deflections in children’s classroom adjustment. Development and Psychopathology, 7(2), 295–312.
Nasrah, & Muafiah, A. (2020). Analisis motivasi belajar dan hasil belajar dari mahasiswa pada masa pandemi Covid-19. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 2(1), 1–10.
Hidayat, T. A., & Sugiyono, S. (2017). The effect of capital structure, dividend policy, profitability on firm value in manufacturing companies. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 6(5), 1689–1699.
Sari, F. M., & Harini, E. (2015). Hubungan persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika, minat belajar dan kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika. UNION: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 3(1), 61–68. https://doi.org/10.30738/.v3i1.280
Anggraini, A. M. Y., & Syaf, A. (2017). Hubungan antara berpikir positif dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa. Psychopolytan: Jurnal Psikologi, 1(1), 31–38.
Hapsari, P. N. F., Rahmawati, A., & Jumiatmoko, J. (2020). Hubungan antara relasi guru-anak dengan kemampuan keaksaraan anak usia 5–6 tahun. Kumara Cendekia, 8(3), 253–261. https://doi.org/10.20961/kc.v8i3.42603
Mamang, E., Danardana, M., Imanuel, H., & Hetti, R. (2021). Motivasi berprestasi siswa di sekolah, bagaimana peran relasi guru dan siswa? Jurnal Psikologi Pendidikan, 19(2), 1047–1056.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Noval Budi Hariyanto, Eko Hardi Ansyah

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.