Abstract
This study aims to describe the implementation of internalization of Islamic values in learn- ing activities in the Mathematics Education program FKIP University Of Muhammadiyah Pringsewu Lampung. The type of research is descriptive research, subject is lecturer of Mathematics Education program, data collection technique is observation and data anal- ysis using qualitative descriptive with percentage. The result of this research is the lecturer in internalizing the moral value of Allah SWT belongs to the category of Very Good and the lecturer in internalizing the personal morals including the Good category, with the process done through 3 stages: transformation stage, transaction and value transinternalisasi by using some techniques that is modeling, disciplinary coaching and motivation in learning activities.
Pendahuluan
Pendidikan Tinggi Muhamaadiyah merupakan salah Amal Usaha Muhammadiyah sebagai lahan dakwah Muhammadiyah. Sasaran dakwahnya diantaranya adalah mahasiswa melalui pembelajaran AIK yang menjadi salah satu ciri khas PTMA. Ketercapaian dakwah Muhammadiyah di PTMA bukan hanya beban bagi AIK, tetapi juga perlu didukung oleh mata kuliah non-AIK yang terintenalisasi nilai-nilai Islam dalam aktivitas belajarnya. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk mensukseskan dakwah Muhammadiyah di PTMA.
AIK menjadi ciri khas pada penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah untuk membentuk manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlakul karimah, berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan tajdid dakwah amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan amanah yang tertuang dalam Putusan Muktamar Muhammadiyah ke-46 tentang Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah. Visi tersebut secara tidak langsung mewajibkan seluruh PTM untuk meningkatkan mutu dalam berbagai aspek termasuk Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai salah satu misi Muhammadiyah dalam dakwah.
Untuk mendukung visi yang termaktub dalam putusan tersebut dan merujuk pada Pedoman Pendidikan AIK Majelis Dikti PP Muhammadiyah Kemuhammadiyahan (2013) menyatakan bahwa Al-Islam dan Kemuhammadiyahan idealnya menjadi ruh/spirit dan visi bagi mata kuliah lain, bukan semata-mata beridiri sendiri secara terpisah sebagai salah satu mata kuliah. Bagi PTMA, sifat kurikulum AIK yang saat ini masih terpisah (separated) perlu diubah menjadi suatu kurikulum yang bersifat integratif (integrated) dan interkonektif dengan mata kuliah lain. Nilai AIK tersebut selanjutnya diinternalisasikan sebagai value yang menjiwai seluruh mata kuliah dan seluruh aspek masalah kehidupan. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan dalam pandangan pendiri Muhammadiyah –KH. Ahmad Dahlan- dengan rumusan formal tujuan pendidikan Muhammadiyah. Sedikitnya ada tiga tali yang menghubungkan keduanya, yaitu religiusitas (kyai-manusia Muslim), pertumbuhan pribadi secara optimal (kemajuan-berakhlak, cakap, percaya diri) dan berguna (bermanfaat-berfungsi-pragmatis) atau mengamalkan agama dan ilmu penge- tahuan untuk memahami dan memecahkan kehidupan sosial sehingga ada kemajuan masyarakat.Ali (2014)
PTMA yang mampu menerapkan nilai-nilai ke-Islaman dari sisi aktivitas belajar dan goal pada peserta didik berupa sifat dan sikap religiusitas, pertumbuhan pribadi, dan berguna menjadi salah satu indikator keberhasilan pendidikan yang sesuai dengan tujuan awal pendidikan Muhammadiyah.
Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung mempunyai visi yaitu Unggul, Dinamis dan Berwawasan Global. Makna Unggul dalam visi tersebut adalah unggul dalam aspek akademik dan non akademik, nilai AIK dapat terintegrasi pada kedua aspek tersebut. Terintegrasi dalam kegiatan akademik diantaranya adalah nilai-nilai AIK terintegrasi dalam aktivitas belajar mata kuliah non-AIK dan salah satu tujuannya adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan social. Berdasarkan tujuan tersebut, salah satu yang turut tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan itu adalah dosen.
Permasalahan yang dihadapi Universitas Muhammadiyah Pringsewu khususnya FKIP antara lain kurangnya akhlaq ‘iffah pada mahasiswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, mahasiswi dalam berpakaian tidak sesuai dengan syariat (memakai pakaian yang menampakkan lekuk tubuhnya-ketat-, transparan, dan jilbab yang belum menutup dada). Selain itu masih banyak mahasiswa yang belum bertanggung jawab terhadap masalah kebersihan (membuang sampah sembarangan) di lingkungan kampus, hubungan mahasiswa dengan lawan jenis masih ditemukan berbaur bebas, tingkat disiplin mahasiswa juga tergolong rendah (terlambat mengikuti kegiatan belajar di kelas dan pengumpulan tugas), dan hal-hal lain yang berhubungan dengan akhlak mahasiswa yang dirasa perlu pembinaan dan pendampingan berupa internalisasi nilai-nilai AIK dalam setiap mata kuliah pada aktivitas belajarnya.
Upaya meningkatkan akhlak dapat diberikan pada aktivitas belajar mata kuliah AIK dan non-AIK yang dilakukan oleh dosen, karena dosen merupakan salah satu unsur civitas akademika yang berperan melaksanakan visi perpendidikan tinggi yaitu dengan menginternalisasikan nilai-nilai AIK dalam aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2011) mengatakan bahwa internalisasi yaitu upaya menghayati dan mendalami nilai, agar tertanam dalam diri setiap manusia. Tahapan-tahapan internalisasi nilai dalam pendidikan karakter atau akhlak menurut Mulyasa (2011) mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut: 1) Transformasi nilai, pada tahap ini pendidik sekedar menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik kepada siswa yang semata- mata merupakan komunikasi verbal; 2) Transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan karakter dengan jalan melakukan komunikasi dua arah antara pendidik dan siswa dengan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari; 3) Transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dari sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan pendidik dihadapan peserta didik bukan lagi sosok pisiknya, melainkan sikap mental dan kepribadiannya.
Teknik-teknik internalisasi bisa dilakukan dengan peneladanan, pembiasaan, pembinaan disiplin, dan pemotivasian. 1) Peneladanan, Keteladanan seorang pendidik sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), serta mensejahterakan, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya Mulyasa (2011) . 2) Pembiasaan, Mulyasa (2011) berpendapat bahwa “pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan”. 3) Pembinaan Disiplin, Pendidik harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni sikap demokratis, sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, oleh, untuk peserta didik. Mulyasa (2011) . 4) Pemotivasian, Mc. Donald Sardiman (2011) mengatakan “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Motivasi kegiatan belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Tahapan internalisasi yang dilakukan seorang pendidik mempunyai tujuan, yaitu pembentukan akhlak pada diri peserta didik. Akhlak merupakan salah satu tujuan utama dalam pendidikan. Akhlak yang terimplementasi dalam kehidupan pada peserta didik menjadi salah satu indikator keberhasilan dunia pendidikan. Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti budi pekerti, tabi’at, perangai, tingkah laku dan kejadian, buatan, ciptaan. Ilyas (2009) menjelaskan beberapa akhlaq dalam islam sebagai berikut: a) Akhlaq terhadap Allah SWT meliputi: Taqwa, Cinta dan Ridha, Ikhlas, Khauf dan Raja’ atau takut dan harap Tawakkal, Syukur, Muraqabah, Taubat; b) Akhlaq Pribadi meliputi: shidiq, amanah, istiqomah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadhu’, malu, sabar dan pemaaf.
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir.Sardiman (2011)
Paul B. Diedrich di dalam Sardiman (2011) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di FKIP Universitas Muhammadiyah Pringsewu, pada program studi Pendidikan Matematika semester genap tahun ajaran 2017-2018. Subjek penelitian adalah dosen program studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Objek penelitian ini adalah proses internalisasi nilai-nilai AIK yang diberikan para dosen program studi pendidikan matematika melalui aktivitas belajar. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan observasi. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan prosentase.
Penelitian ini merupakan data kuantitatif yang akan dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah-langkah menurut Ridwan (2010) sebagai berikut: 1) Menghitung nilai responden dan masing-masing aspek. 2) Merekap nilai. 3) Menghitung nilai rata-rata. 4) Menghitung persentase dengan rumus:
DP= nN×100%
Keterangan:
DP = Deskriptif Persentase (%)
n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N = Skor maksimal item pertanyaan
Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut:
a. Menentukan angka persentase tinggi
skor maksimal× 100% skor maksimal = 44×100%= 100%
b. Menentukan angka persentase terendah
skor minimal × 100%skor maksimal=14×100%=25%
Tingkat kriteria proses internalisasi nilai-nilai islam dalam aktivitas belajar, dilengkapi dengan 4 kriteria sebagai berikut :
Presen nN×100%ase | Kriteria |
76% - 100% | Sangat Baik |
51% - 75% | Baik |
26% - 50% | Cukup Baik |
1% - 25% | Kurang Baik |
Hasil dan Pembahasan
Konsep internalisasi nilai-nilai AIK pada mata kuliah non-AIK FKIP Universitas Muhammadiyah Pringsewu terdapat tahapan-tahapan yang dilalui, diantaranya sebagai berikut:
Tahap Transformasi Nilai
Aktivitas belajar yang masuk kedalam tahap ini adalah pemberian motivasi dengan prosentase 100% (sangat baik). Beberapa dosen memberikan nasehat atau motivasi kepada mahasiswa antara lain mengajarkan mahasiswa untuk bersabar, tidak mudah putus asa, memiliki jiwa pejuang dan tidak mudah menyerah dengan permasalahan yang dihadapi.
Selanjutnya dalam tahap ini adalah memberikan tugas rumah, yaitu upaya mengajarkan sikap adil, karena memberikan contoh kepada mahasiswa bagaimana memberikan kesempatan yang sama kepada setiap mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Artika and dkk (2017) mengatakan bahwa “Pendidik memberikan pujian yang dapat memotivasi belajar siswa serta menciptakan kondisi atau proses belajar yang membuat siswa tertarik dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar yang meliputi: pemberian tugas sebagai alat untuk memperbaiki tingkah laku siswa yang disesuaikan dengan tingkat kesalahan siswa dan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar pendidik juga memberikan bimbingan atau motivasi kepada siswa serta dorongan siswa untuk bekerja sama dengan teman”. Berdasarkan hasil penelitian, prosentase dosen memberikan tugas rumah kepada mahasiswa adalah 56,25% (cukup baik).
Aktivitas yang termasuk tahap ini selanjutnya adalah dosen melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang negatif dan mengingatkan mahasiswa untuk tidak melakukan kecurangan. Hal ini agar mahasiswa senantiasa menjauhi hal-hal negatif, seperti duduk berdekatan dengan yang bukan mahramnya, mencontek, berkata kasar, kurang sopan kepada yang lebih tua atau yang lain sebagainya. Melakukan pencegahan inilah yang termasuk dalam penanaman nilai muraqabah dan shidiq, artinya mahasiswa merasa diawasi, walaupun dosen tidak mengetahui tetapi Allah Maha Melihat, sehingga dalam diri mahasiswa akan timbul akhlak jujur atau shidiq. Aktivitas ini memiliki presentase 100% (sangat baik).
Penanaman nilai dalam tahap ini selanjutnya adalah mengingatkan mahasiswa untuk mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Proses mengingatkan inilah yang termasuk dalam tahap ini, dengan mengingatkan pengumpulan tugas inilah akan menimbulkan rasa tanggung jawab kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa akan menjadi amanah jika mahasiswa menumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Aktivitas ini memiliki presentase 25% (cukup baik).
Tahap Transaksi Nilai
Aktivitas dalam tahap ini adalah salam. Salam adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang muslim kepada muslim lain, yang bertujuan untuk mendoakan agar mendapat keselamatan dan kesejahteraan dari Allah SWT. Proses memberikan dan menjawab salam dari dosen ke mahasiswa inilah yang merupakan transaksi nilai, karena menyebarkan salam mempunyai beberapa hikmah, salah satunya yaitu bisa menumbuhkan rasa saling mencintai antar sesama muslim, mengajarkan sikap sopan santun kepada mahasiswa.
Selanjutnya adalah aktivitas do’a. Berdo’a dosen mengajarkan kepada mahasiswa untuk taqwa kepada Allah SWT karena, memohon kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam proses belajar, agar dimudahkan dalam menghafal dan mampu menyerap isi mata kuliah yang dipaparkan oleh dosen. Berdasarkan hasil penelitian, dosen mengingatkan berdo’a kepada mahasiswa dapat diketahui presentase hasil penelitian adalah 100% (sangat baik).
Membaca Al Qur’an merupakan contoh selanjutnya dalam tahap ini. Membaca Al-Qur’an merupakan program rutinitas sebelum pembelajaran di FKIP Universitas Muhammadiyah Pringsewu, dengan membaca makna dari ayat-ayat yang dilantunkan itu, mahasiswa akan mentadabburi dan juga menghayati nilai- nilai AIK. Membiasakan membaca al-qur’an salah satu upaya membentuk dan menumbuhkan karakter mulia, sehingga mahasiswa diharapkan dapat membersihkan jiwanya dan mencari hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya sebagai pedoman hidup dan jika mahasiswa sering membaca al-qur’an maka akan membuat hati tenang dan merasa dekat dengan Allah SWT. Dosen mengingatkan membaca Al-Qur’an kepada mahasiswa dapat diketahui presentase hasil penelitian adalah 68,75% (baik).
Aktivitas selanjutnya adalah mengungkapkan ide gagasannya atau menanggapi ide mahasiswa lain. Dosen mempersilahkan mahasiswa untuk mengajukan argumen atau ide gagasan inilah yang akan terjadinya proses transaksi dengan dosen. Mengajarkan kepada mahasiswa untuk memiliki sifat pemberani, yaitu berani mengatakan ide gagasan yang dia miliki. Presentase pada aktivitas ini adalah 93,75% (sangat baik).
Selanjutnya adalah melibatkan mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam aktivitas belajar. Berdasarkan presentasenya yaitu 93,75% (sangat baik). Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar mahasiswa sehingga ia mau belajar. Oleh karena itu kegiatan belajar harus dirancang yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar secara aktif, aktif mendengar, aktif melihat, aktif bertanya, aktif menemukan informasi, aktif melakukan dan aktivitas lainnya yang memungkinkan terjadi perubahan pada diri mahasiswa. Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu ketika pendidik mengajukan pertanyaan, mahasiswa dituntut untuk menjawab pertanyaan tersebut sehingga akan muncul partisipasi mahasiswa di dalam pembelajaran dan terjadi komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa.
Tahap Trans-internalisasi
Aktivitas dalam tahap ini adalah kedisiplinan. Kedisiplinan perlu dipraktikan dalam kegiatan pembelajaran. Mahasiswa yang sudah memberikan kedisiplinan dalam kegiatan belajar akan terbiasa disiplin ketika hidup dalam masyarakat. Dosen yang memberikan contoh kedisiplinan akan ditiru kepribadiannya oleh mahasiswa. Kepribadian yang disiplin akan melahirkan mahasiswa yang memiliki integritas dan loyalitas tinggi dalam dunia kerja maupun masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa presentase dosen menunjukan keteladanan disiplin waktu adalah 75% (baik).
Selain itu, yang termasuk dalam tahapan ini adalah memakai pakaian yang sesuai dengan syariat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa, yang mengatakan bahwa ”tidak semua dosen memperhatikan pakaian yang dipakai oleh mahasiswa, namun dari beberapa dosen ada yang menegur mahasiswinya yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan syariat”. Memberikan penanaman nilai ‘iffah, diharapkan mahasiswa selalu memakai pakaian yang menutupi aurat, sehingga terhindar dari fitnah. Memakai jilbab yang harus menutupi dada, memakai pakaian yang tidak menampakkan lekukan tubuhnya tidak hanya di lingkungan kampus, melainkan hal tersebut menjadi kebiasaan baik dimanapun mahasiswa berada. Presentase dosen mengingatkan mahasiswa untuk memakai pakaian sesuai dengan syariat adalah 12,5% (kurang baik).
Teknik-teknik internalisasi bisa dilakukan dengan peneladanan, pembiasaan, pembinaan disiplin, pemotivasian, berikut penjelasannya; a) Peneladanan,Rohman (2012) mengatakan bahwa “dalam proses penanaman nilai- nilai akhlak tersebut memerlu-kan keteladanan (modelling). Sebab nilai- nilai (values) tidak bisa diajarkan, nilai- nilai hanya bisa dipraktekkan; maka sebagai pendidik, pendidik harus bisa menjadikan keteladanan bagi muridnya, sehingga pendidikan dilakukan dengan “aura pribadi”. Murdiono (2010) mengatakan bahwa “nilai moral religius berupa ketaqwaan, kejujuran, keikhlasan, dan tanggungjawab dapat ditanamkan kepada mahasiswa melalui keteladanan, baik keteladanan internal maupun eksternal”. Keteladanan internal yang dilakukan oleh dosen, misalnya dilakukan dengan cara mengawali dan mengakhiri setiap perkuliahan dengan berdoa. Dosen senantiasa memberi contoh untuk disiplin dalam beberapa hal seperti kebersihan ruang kelas, datang tepat waktu, dan memiliki komitmen terhadap kontrak belajar yang telah disepakati bersama. Seorang dosen melalui kebiasaan-kebiasaan baik yang selalu dia lakukan didalam kelas dapat diteladani oleh mahasiswa; b) Pembiasaan, Adanya tata tertib dan aturan yang menuntut adanya pelaksanaan secara rutin, hal ini menunjukkan adanya metode pembiasaan dan latihan sebagai sarana untuk mewujudkan pribadi yang terbiasa dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Program Studi Pendidikan Matematika selalu membiasakan berpakaian rapi baik di dalam maupun diluar kelas, membiasakan mengucapkan salam, jika bertemu dengan orang lain menebar senyum, salam dan sapa dan membiasakan mahasiswa untuk berdo’a sebelum memulai dan mengakhiri perkuliahan maupun membiasakan mahasiswa untuk membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alam (2016) mengatakan bahwa “pembinaan keagamaan dalam kegiatan dakwah kampus merupakan suatu usaha untuk membimbing, mempertahankan, mengembangkan serta menyempurnakan dalam segala prilaku keagamaan, baik segi akidah, ibadah, dan akhlak mahasiswa”; c) Pembinaan disiplin, Beberapa hal yang sudah diberikan penanaman nilai oleh dosen dalam pembinaan disiplin yaitu dosen mengingatkan mahasiswa untuk patuh/taat aturan kampus seperti penyelesaian urusan pembuatan Kartu Rencana Studi (KRS), dan juga menunjukan keteladanan disiplin waktu kepada mahasiswa; d) Pemotivasian, Memberi motivasi merupakan metode yang penting dalam pendidikan. Metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh baik kedalam jiwa seseorang digunakan dengan cara yang dapat mengetuk jiwa melalui pintunya yang tepat. Dengan nasehat-nasehat yang baik ketika mengajar diperkuliahan. Berdasarkan analisis data, dosen sudah menginternalisasikan nilai-nilai AIK tergolong baik. Akan tetapi beberapa mahasiswa dalam mengamalkan nilai akhlak yang sudah diberikan belum maksimal. Hal ini bisa terjadi ketika kegiatan perkuliahan sedang berlangsung mahasiswa tidak memperhatikan penjelasan dosen, perbuatan seperti ini sebenarnya dapat menjadikan perbedaan pemahamam yang terjadi diantara mahasiswa. Jadi tingkat pemahaman mahasiswa tergantung pada tingkat perhatian mahasiswa terhadap penjelasan yang disampaikan.
Kesimpulan
Berdasarkan penyajian data dan analisis masalah yang telah penulis sajikan, kesimpulan penelitian ini adalah dosen dalam menginternalisasikan nilai akhlak terhadap Allah SWT termasuk kategori Sangat Baik dan dosen dalam menginternalisasikan nilai akhlak pribadi termasuk kategori Baik. Dosen dalam menginternalisasikan nilai-nilai islam dalam aktivitas belajar melalui 3 tahapan yaitu tahap transformasi nilai, transaksi nilai dan transinternalisasi nilai dimana dalam tahapan itu menggunakan beberapa teknik yaitu peneladanan, pembiasaan, pembinaan disiplin dan pemotivasian.
References
- Kemuhammadiyahan Tim Pedoman Pendidikan Al-Islam dan, Majelis Pendidikan Tinggi PP muhammadiyah: Yogyakarta; 2013.
- Ali M, Membedah tujuan pendidikan muhammadiyah. Jurnal Profetika. 2014; 17(1):43-56.
- Mulyasa E, Rosdakarya: Bandung; 2011.
- Sardiman A M, Rajawali Press: Jakarta; 2011.
- Ilyas Yuhanar, Lembaga Pengkajiandan Pengamalan Islam (LPPI): Yogyakarta; 2009.
- Ridwan Alfabeta: Bandung; 2010.
- Artika Dessy, dkk Upaya Pendidik Memberikan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar Negeri Unggul Lampeunerut Aceh Besar. 2017; 2:150-155.
- Rohman Abdul, Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Remaja. Jurnal Nadwa. 2012; 6(1)
- Murdiono Mukhamad, Cakrawala Pendidikan: Yogyakarta; 2010.
- Alam Lukis, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Perpendidikan Tinggi Umum Melalui Lembaga Dakwah Kampus. Jurnal Pendidikan Islam. 2016; 1(2)