Abstract
The General background strengthening students' religious character is crucial for cultivating individuals with strong moral values and behavior. Schools are responsible for integrating these values into the daily lives of students. Specific background SD Muhammadiyah 1 Krembung has actively implemented a religious character education program, aiming to instill positive habits such as prayer, gratitude, tolerance, and worship. Knowledge gap while various studies have focused on character education, few have explored the systematic implementation of religious character-building practices in elementary schools. Aims this study aims to examine how school culture, through habitual religious practices, can strengthen the religious character of students. Results the implementation of religious habits such as the 5S (Smile, Greet, Salute, Polite, and Courteous), regular prayers, and recitation has positively influenced the students' behavior, promoting religious values in their daily lives. Novelty the study highlights the structured approach to religious character education through habitual practices as a consistent and planned effort within the school’s culture. Implications the findings suggest that embedding religious values in daily school routines can significantly strengthen students’ religious character, providing a model for other schools seeking to implement similar programs.
Highlights:
- Religious character education is integrated into daily school activities.
- The 5S approach (Smile, Greet, Salute, Polite, and Courteous) is key to promoting religious values.
- Consistent and planned religious practices positively influence student behavior.
Keywords: Religious Character Education, School Culture, Elementary Students, Habitual Practices, Moral Values
Pendahuluan
Pendidikan harus sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 yang berbunyi, "Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang" [1]. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya masyarakat. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan menjadi dasar utama dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang akan membentuk karakter penerus bangsa yang siap menghadapi situasi apa pun. Pemerintah perlu melakukan perbaikan secara berkesinambungan terhadap semua komponen yang ada pada pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional dapat tercapai dengan disusunnya suatu strategi yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia meliputi permasalahan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen pendidikan [2]. Pendidikan karakter manusia merupakan jawaban bagi kelestarian bumi dan lingkungan serta terwujudnya manusia dan masyarakat yang berkarakter yang nantinya berkontribusi secara positif kepada pembangunan bangsa dan negara [3]. Pendidikan karakter religius adalah landasan awal untuk menciptakan generasi muda yang bermoral dan berakhlak mulia [4].
Dalam dunia pendidikan saat ini banyak ditemukan berbagai permasalahan, salah satunya adalah permasalahan karakter para siswa yang di antaranya ditunjukkan dengan adanya bullying antar sesama siswa, maraknya kenakalan siswa, serta masalah kedisiplinan siswa yang begitu kurang baik. Hal ini menandakan bahwa moral para siswa yang semakin memburuk. Moral para siswa sekarang ini mengalami penurunan yang sangat memprihatinkan. Hal ini karena adanya arus globalisasi yang semakin hari semakin pesat. Dengan adanya arus globalisasi ini, banyak sekali dampak buruk yang mengakibatkan moral para siswa generasi sekarang merosot drastis.
Oleh karena itu, pendidikan karakter ini sangat penting diterapkan dalam pendidikan di Indonesia untuk mengatasi penurunan moral yang dialami para siswa di generasi sekarang ini. Seorang siswa tidak cukup hanya dibekali materi pembelajaran saja, melainkan juga harus dibekali oleh pendidikan karakter yang baik, yang tentunya agar berguna bagi kehidupannya kelak untuk menjadi individu yang berkarakter baik. Pendidikan karakter sebaiknya diberikan seiring dengan perkembangan intelektualnya. Hal ini berarti pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini yang pertama kali diberikan oleh keluarga [5].
Karakter religius perlu dibudayakan dalam lingkungan sekolah, karena masih ada tindakan siswa yang tidak mencerminkan karakter religius, seperti kurangnya sikap tawaduk siswa, kurang menghargai teman, kurangnya sikap toleransi, kurang sopan santun terhadap guru, bahkan sering kali terjadi pertengkaran antar teman di lingkungan sekolah. Adanya perilaku yang berkaitan dengan karakter religius menunjukkan bahwa terdapat hal serius dalam pembentukan karakter religius siswa [6]. Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang berbunyi, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Pendidikan karakter adalah konsep pendidikan untuk membentuk dan menumbuhkan kepribadian.
Jannah [4] mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan secara sistematis untuk memahami perilaku yang berhubungan dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan dalam berpikir, bersikap, dan berbuat sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku. Selaras dengan itu, Susilo [7] mendefinisikan pendidikan karakter dari segi agama Islam sebagai Muslim secara keseluruhan yang menekankan karakter khas yang dimiliki oleh setiap Muslim, serta menciptakan generasi muda yang beretika, bertanggung jawab, dan peduli terhadap orang lain dan lingkungan melalui pengajaran yang baik. Pendidikan karakter di dunia Islam juga dikenal sebagai pendidikan moral yang berorientasi pada pemurnian jiwa dan ketaatan kepada Tuhan [8]. Penguatan pendidikan karakter religius perlu ditanamkan di lingkungan sekolah melalui budaya sekolah. Membangun budaya sekolah melalui pembiasaan menjadi lebih mudah karena penguatan karakter religius siswa telah didapatkan melalui pembiasaan yang ada di sekolah. SD Muhammadiyah 1 Krembung menjadi salah satu sekolah dasar yang menerapkan penguatan pendidikan karakter religius melalui budaya sekolah [2].
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak, dengan tujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati [9]. Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dipengaruhi oleh budaya sekolah yang positif [10]. Budaya sekolah disesuaikan dengan nilai setiap sekolah dan berperan penting dalam membangun karakter siswa [11]. Pembiasaan di sekolah akan membentuk tindakan yang, jika konsisten, akan menjadi budaya dan identitas sekolah itu sendiri [12]. Lingkungan sekolah yang didasarkan pada kedisiplinan, kejujuran, dan kasih sayang akan menghasilkan karakter yang baik. Para pendidik juga merasa nyaman di lingkungan sekolah ini, sehingga kualitas manajemen pembelajaran meningkat [13]. Norma sosial, peraturan sekolah, dan kebijakan pendidikan lokal menjadi dasar pola perilaku dan cara bertindak di sekolah. Ketiganya bukan hanya hasil ekspresi formal melalui peraturan, tetapi juga terlihat dari spontanitas anggota sekolah dalam bertindak, berpikir, dan mengambil keputusan sehari-hari [14]. Huda (2019) menjelaskan bahwa religius adalah nilai karakter yang terkait dengan Tuhan, menunjukkan bahwa setiap tindakan didasarkan pada nilai-nilai keagamaan atau sesuai dengan syariat Islam. Religius adalah sikap yang tertanam dalam diri seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud iman dan takwa kepada Tuhan [15]. Menurut Muhammad (2020) dan Sitti Hasnidar (2019), karakter religius adalah pondasi utama dalam ajaran agama bagi individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Karakter religius juga mengacu pada upaya membentuk kepribadian berdasarkan internalisasi nilai-nilai kebajikan yang bersumber dari ajaran agama Islam [16]. Integrasi karakter yang menyeluruh diperlukan dengan menggabungkan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh mata pelajaran dan kegiatan sekolah, termasuk ekstrakurikuler [18]. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hasil studi literatur tentang penguatan karakter religius siswa melalui budaya di Sekolah Dasar. Penelitian ini juga diharapkan dapat menyajikan referensi kepada peneliti lain mengenai permasalahan yang serupa.
Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan model kualitatif, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap kegiatan keagamaan di tingkat sekolah dasar untuk menemukan potensi penguatan karakter religius siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Objek penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Krembung, sedangkan subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas 4 di SD Muhammadiyah 1 Krembung. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka peneliti bertindak sebagai instrumen utama dan sekaligus pengumpul data dalam rangka memperoleh data yang valid sesuai dengan tujuan penelitian [19].
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan alur Miles dan Huberman, adapun alur penelitian sebagai berikut:
Karakter religius kemudian diukur berdasarkan indikator-indikator yang ada dalam pedoman penguatan pendidikan karakter. Adapun indikator karakter religius yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku Padepokan Karakter: Lokus Pengembangan Karakter, yang digunakan sebagai pedoman dan panduan dalam pelaksanaan penelitian, sebagaimana pada tabel indikator berikut:
Karakter | Indikator |
---|---|
Religius | 1. Memberikan senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. 2. Berdoa setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan atau melaksanakan tugas. 3. Bersyukur kepada Tuhan atas nikmat dan karunia-Nya. 4. Mengembangkan toleransi beragama. 5. Melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut. |
SD Muhammadiyah 1 Krembung merupakan sekolah dasar swasta Muhammadiyah yang berdiri pertama kali pada 28 Februari 2017. Pada saat ini SD Muhammadiyah 1 Krembung memakai panduan kurikulum belajar pemerintah yaitu Kurikulum 2013. SD Muhammadiyah 1 Krembung dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bernama Bapak Izuddin Karim, S.Pd.I dibantu oleh operator bernama Nur Ridha Aulia Rahma, S.Pd. SD Muhammadiyah 1 Krembung memiliki visi dan misi yang bertujuan membentuk peserta didik yang memiliki perilaku yang menunjukkan akhlak mulia, memiliki dan menjunjung nilai harmonisasi keragaman dan kegotongroyongan, memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai mengembangkan kecakapan hidup, memiliki kecerdasan dengan kemampuan kreativitas, kemandirian dan inovatif, membentuk individu sebagai pembelajar sepanjang hayat yang berpikir global dengan tetap menjunjung nilai budaya bangsa.
Implementasi pembiasaan karakter religius di SD Muhammadiyah 1 Krembung terbukti efektif, ditandai dengan pelaksanaan kegiatan religius yang rutin dan terencana sesuai dengan visi dan misi sekolah. Kegiatan ini konsisten dilakukan untuk membentuk perilaku positif pada peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan pembiasaan rutin memiliki peran penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekolah [20]. Di SD Muhammadiyah 1 Krembung, variasi kegiatan pembiasaan yang diterapkan meliputi 5S, doa sebelum dan sesudah pembelajaran, pembiasaan bersyukur, toleransi, serta ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
Lingkungan sekolah di SD Muhammadiyah 1 Krembung menerapkan kegiatan pembiasaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) secara rutin, dimulai pada pagi hari sebelum memasuki lingkungan sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih peserta didik dalam berinteraksi sosial yang baik. Tujuan ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Krembung yang menyatakan bahwa budaya 5S menjadi salah satu indikator dalam QA (Quality Assurance), yaitu 'berperilaku sosial yang baik', sehingga peserta didik terbiasa untuk berinteraksi dengan baik, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi, pembiasaan kegiatan 5S dilakukan dengan cara guru menyambut kedatangan peserta didik di pintu gerbang sekolah dengan berjabat tangan dan mengucapkan salam dengan ramah. Guru yang datang lebih awal akan menyambut kedatangan peserta didik antara pukul 06.30-06.45 pagi.
Budaya 5S mendorong peserta didik untuk berjabat tangan dengan guru-guru dan kepala sekolah guna menanamkan nilai-nilai religius dalam karakter mereka. Sehingga, ketika berangkat sekolah, mereka terbiasa mengucapkan salam dan mencium tangan orang tua mereka [21]. Kegiatan 5S ini selalu diimplementasikan pada awal pembelajaran di modul ajar, dengan guru menyapa peserta didik dengan sopan dan santun. Hal ini membiasakan guru dan peserta didik untuk berperilaku demikian. Diharapkan, budaya 5S ini akan membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Hasil dan Pembahasan
SD Muhammadiyah 1 Krembung merupakan sekolah dasar swasta Muhammadiyah yang berdiri pertama kali pada 28 Februari 2017. Pada saat ini SD Muhammadiyah 1 Krembung memakai panduan kurikulum belajar pemerintah, yaitu Kurikulum 2013. SD Muhammadiyah 1 Krembung dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bernama Bapak Izuddin Karim, S.Pd.I, dibantu oleh operator bernama Nur Ridha Aulia Rahma, S.Pd. SD Muhammadiyah 1 Krembung memiliki visi dan misi yang bertujuan membentuk peserta didik yang memiliki perilaku yang menunjukkan akhlak mulia, memiliki dan menjunjung nilai harmonisasi keragaman dan kegotongroyongan, memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai pengembangan kecakapan hidup, memiliki kecerdasan dengan kemampuan kreativitas, kemandirian, dan inovatif, serta membentuk individu sebagai pembelajar sepanjang hayat yang berpikir global dengan tetap menjunjung nilai budaya bangsa.
Implementasi pembiasaan karakter religius di SD Muhammadiyah 1 Krembung terbukti efektif, ditandai dengan pelaksanaan kegiatan religius yang rutin dan terencana sesuai dengan visi dan misi sekolah. Kegiatan ini konsisten dilakukan untuk membentuk perilaku positif pada peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan pembiasaan rutin memiliki peran penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekolah [20]. Di SD Muhammadiyah 1 Krembung, variasi kegiatan pembiasaan yang diterapkan meliputi 5S, doa sebelum dan sesudah pembelajaran, pembiasaan bersyukur, toleransi, serta ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
Lingkungan sekolah di SD Muhammadiyah 1 Krembung menerapkan kegiatan pembiasaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) secara rutin, dimulai pada pagi hari sebelum memasuki lingkungan sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih peserta didik dalam berinteraksi sosial yang baik. Tujuan ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Krembung yang menyatakan bahwa budaya 5S menjadi salah satu indikator dalam QA (Quality Assurance), yaitu 'berperilaku sosial yang baik', sehingga peserta didik terbiasa untuk berinteraksi dengan baik, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi, pembiasaan kegiatan 5S dilakukan dengan cara guru menyambut kedatangan peserta didik di pintu gerbang sekolah dengan berjabat tangan dan mengucapkan salam dengan ramah. Guru yang datang lebih awal akan menyambut kedatangan peserta didik antara pukul 06.30-06.45 pagi.
Budaya 5S mendorong peserta didik untuk berjabat tangan dengan guru-guru dan kepala sekolah guna menanamkan nilai-nilai religius dalam karakter mereka. Sehingga, ketika berangkat sekolah, mereka terbiasa mengucapkan salam dan mencium tangan orang tua mereka [21]. Kegiatan 5S ini selalu diimplementasikan pada awal pembelajaran di modul ajar, dengan guru menyapa peserta didik dengan sopan dan santun. Hal ini membiasakan guru dan peserta didik untuk berperilaku demikian. Diharapkan, budaya 5S ini akan membawa dampak positif dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Krembung dijalankan dengan disiplin oleh seluruh kelas. Praktik ini bertujuan untuk menanamkan iman dan takwa pada peserta didik [22]. Kegiatan doa dilakukan dengan didampingi guru di masing-masing kelas. Setelah doa dan bacaan hadis pilihan, peserta didik melanjutkan murojaah Juz 30 dan melaksanakan sholat Dhuha berjamaah pukul 07.30 pagi. Setelah itu, mereka memasuki kelas dan disambut dengan salam serta motivasi dari guru untuk semangat dalam proses belajar mengajar.
Buku panduan di SD Muhammadiyah 1 Krembung menyediakan beberapa doa penting seperti doa sebelum dan sesudah belajar, doa sesudah sholat Dhuha, istighosah, tahlil, dan Asmaul Husna. Buku ini dianggap wajib dimiliki oleh setiap peserta didik sebagai strategi sekolah untuk membantu mereka menghafal doa-doa yang dibacakan setiap hari. Selain itu, pembacaan rutin surah Juz 30 juga dilakukan sesuai dengan target kelas sebelum memulai pembelajaran, dan serupa ketika pembelajaran selesai, peserta didik dipimpin untuk membaca doa sebelum mengakhiri sesi belajar.
Pembiasaan bersyukur kepada Tuhan atas nikmat dan karunia-Nya menjadi bagian penting di SD Muhammadiyah 1 Krembung. Hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa salah satu bentuk rasa syukur yang ditanamkan pada peserta didik adalah melalui kegiatan infaq yang dilakukan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Praktik ini diharapkan dapat membantu menumbuhkan rasa empati di antara peserta didik. Selain itu, pada akhir setiap pembelajaran, guru kelas atau wali kelas selalu mengajak peserta didik untuk merenungkan perbuatan baik yang telah mereka lakukan hari itu dengan pertanyaan, "Apa saja perbuatan baik yang sudah kalian lakukan hari ini?" kemudian mengucapkan hamdalah sebagai ungkapan rasa syukur atas kebaikan yang telah dilakukan.
Wawancara dengan wali kelas kelas 6 di SD Muhammadiyah 1 Krembung menunjukkan bahwa kegiatan ini juga terdokumentasikan dalam modul ajar guru, di mana setiap peserta didik dinilai atas partisipasinya. Guru di SD Muhammadiyah 1 Krembung berperan sebagai teladan dengan selalu mengingatkan peserta didik untuk bersyukur atas segala yang diberikan oleh orang tua, meskipun tidak selalu sesuai dengan harapan [23].
Sebelum menghadapi kegiatan Penilaian Akhir Semester (PAS) atau Penilaian Tengah Semester (PTS), serta perlombaan, guru selalu memberikan pengertian kepada peserta didik untuk tetap bersyukur dengan hasil yang mereka dapatkan, dan memberikan semangat karena mereka sudah berusaha maksimal, sementara hasil akhir tetaplah di tangan Allah SWT.
Di SD Muhammadiyah 1 Krembung, beberapa kegiatan keislaman diselenggarakan untuk meningkatkan iman dan takwa, salah satunya adalah Sinau Keislaman Sewengi (SKS) yang diadakan setiap beberapa bulan. Kegiatan SKS meliputi pembelajaran sholat maghrib, dakwah keislaman, sholat isya, dan tadarus berkelompok.
Simpulan
Budaya sekolah merujuk pada sekumpulan norma, nilai, dan tradisi yang telah tertanam dalam jangka waktu yang panjang oleh seluruh anggota sekolah. Terdapat tiga kegiatan penanaman nilai karakter religius yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran: Pertama, sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan doa bersama. Kedua, selama proses pembelajaran, guru memberikan pesan moral untuk membentuk karakter religius peserta didik. Ketiga, peserta didik diajak untuk melaksanakan salat berjamaah, termasuk salat Dhuha dan Dhuhur. Strategi internal sekolah dilakukan melalui empat pilar, yaitu kegiatan proses belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah, kegiatan pembiasaan, serta kegiatan ekstrakurikuler dan ko-kurikuler, yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah. Budaya sekolah yang mengintegrasikan karakter religius dalam kegiatan ekstrakurikuler antara lain meliputi salat Dhuha, ucapan salam, doa sebelum dan sesudah belajar, pembacaan surat pendek, dzikir pagi, salat Dzuhur berjamaah dan kultum, tadarus, serta kegiatan Ramadhan. Kegiatan ko-kurikuler yang berorientasi pada pendidikan karakter meliputi praktik dan diskusi pengayaan mata pelajaran sains, agama, dan olahraga baik di dalam maupun di luar kelas. Bentuk-bentuk kegiatan ko-kurikuler yang bersifat religius antara lain BTA (Baca Tulis Al-Qur’an), kultum ba’da Dzuhur, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), zakat, dan qurban.
References
- P. Republik Indonesia, "UU Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan NASIONAL," Pusdiklat Perpusnas, vol. 18, no. 1, p. 6, 2003.
- B. Hermanto, "Perekayasaan sistem pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," Foundasia, vol. 11, no. 2, pp. 52–59, 2020, doi: 10.21831/foundasia.v11i2.26933.
- E. Handoyo, "Model Pendidikan Karakter Berbasis Konservasi Pengalaman Universitas Negeri Semarang," pp. 1–17.
- W. J. Nuraini et al., "Al-Muaddib, Volume III Nomor 2, Oktober 2020," Al-Muaddib, pp. 165–177, 2020.
- D. Nadifa and A. Ihwanul Muttaqin, "Pembentukan Karakter Disiplin Santri Melalui Amaliyah Yaumiyyah di Pondok Pesantren Nurul Huda," Risalatuna J. Pesantren Stud., vol. 3, no. 1, pp. 1–21, 2023, doi: 10.54471/rjps.v3i1.2277.
- S. A. Dewi, "Penguatan Pendidikan Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar Berbasis Budaya Sekolah," J. Ilm. Pendidik. Dasar, vol. 08, no. 1, p. 15, 2023.
- M. J. Susilo, M. H. Dewantoro, and Y. Yuningsih, "Character education trend in Indonesia," J. Educ. Learn., vol. 16, no. 2, pp. 180–188, 2022, doi: 10.11591/edulearn.v16i2.20411.
- I. Mujtaba et al., "Penguatan Pendidikan Karakter Religius Berbasis Al Qur’an Melalui Metode Qira’Ati Pada Siswa Kelas 2 Sd Lab School Fip Umj," J. Holistika, vol. 6, no. 2, p. 73, 2022, doi: 10.24853/holistika.6.2.73-79.
- S. Sukatin, S. Munawwaroh, E. Emilia, and S. Sulistyowati, "Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan," Anwarul, vol. 3, no. 5, pp. 1044–1054, 2023, doi: 10.58578/anwarul.v3i5.1457.
- P. I. Kumala et al., "Penguatan Karakter Religius Guna Menghadapai Era Strengthening of Religious Character To Face the Society 5.0," Renjana Pendidik. Dasar, vol. 3, no. 1, pp. 42–48, 2023.
- M. E. A. Pramana and S. Trihantoyo, "Pembentukan Karakter Siswa melalui Budaya Sekolah di jenjang Sekolah Dasar," Inspirasi Manag. Pendidik., vol. 9, no. 3, pp. 764–774, 2021.
- A. K. T. Dewi et al., "Implementasi Pendidikan Nilai Karakter di Sekolah Dasar Melalui Budaya Sekolah," J. Pendidik. Teor. Penelitian, dan Pengemb., vol. 4, no. 2, p. 247, 2019, doi: 10.17977/jptpp.v4i2.12011.
- W. Murti and S. Maya, "The effectiveness of environmental learning model on students’ motivation and learning outcomes," Lentera Pendidik. J. Ilmu Tarb. dan Kegur., vol. 24, no. 2, pp. 255, 2021, doi: 10.24252/lp.2021v24n2i8.
- Supraptiningrum and Agustini, "Membangun Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah Di Sekolah Dasar," J. Pendidik. Karakter, vol. 5, no. 2, pp. 219–228, 2015.
- K. Khulailah and I. Marzuki, "Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Program Membaca Al-Qur’an Dan Sholat Dhuha Di Upt Sd Negeri 71 Gresik," EDUSAINTEK J. Pendidikan, Sains dan Teknol., vol. 10, no. 2, pp. 567–581, 2023, doi: 10.47668/edusaintek.v10i2.807.
- S. H. Sitti Hasnidar, "Pendidikan Estetika Dan Karakter Peduli Lingkungan Sekolah," J. Serambi Ilmu, vol. 20, no. 1, p. 97, 2019, doi: 10.32672/si.v20i1.997.
- N. S. Perdana, "Implementasi Peranan Ekosistem Pendidikan Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Peserta Didik," Refleks. Edukatika J. Ilm. Kependidikan, vol. 8, no. 2, 2018, doi: 10.24176/re.v8i2.2358.
- M. Amili et al., "Arus Jurnal Psikologi dan Pendidikan (AJPP) Peran Program Imtaq dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa di SD Negeri 4 Sukadana INFO PENULIS," vol. 2, no. 3, p. 2023, 2023.
- Soegiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 2011.
- E. Putri and D. Husmidar, "Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar," J. Basic Educ. Res., vol. 2, no. 1, pp. 24–28, 2021, doi: 10.37251/jber.v2i1.132.
- D. Kusuma, "Pembentukan karakter religius melalui pembiasaan sholat berjamaah," J. Kewarganegaraan P-ISSN 1978-0184 E-ISSN 2723-2328, vol. 2, no. 2, pp. 34–40, 2018.
- I. P. Haji, "Pola Asuh Orang Tua Dalam Menumbuhkan Akidah Pada Anak Usia Dini," Al Athfal J. Kaji. Perkemb. Anak Dan Manaj. Pendidik. Usia Dini, vol. 1, no. 2, pp. 64–93, 2018.
- I. P. Handayani and H. Hasrul, "Analisis kemitraan guru dan orang tua dalam pembentukan karakter anak berdasarkan Kurikulum 2013 di SMA," J. Pembang. Pendidik. Fondasi dan Apl., vol. 9, no. 1, pp. 1–12, 2021, doi: 10.21831/jppfa.v9i1.42455.