Abstract

This study investigates the relationship between familial social support and psychological well-being among students at the University of Muhammadiyah Sidoarjo. Despite the significance of social support in enhancing well-being, gaps persist in understanding its impact on university students. The aim is to address this gap by examining the correlation between family social support and psychological well-being among students. Using a quantitative research approach, data were collected from 263 active students through nonprobability sampling. Analysis involved Pearson product-moment correlation with SPSS 25. Findings revealed a significant positive correlation (p = 0.019), indicating that higher familial support enhances psychological well-being. The study also yielded an R-squared value of 0.021, suggesting that 2.1% of psychological well-being variance is attributed to social support. Most students exhibited moderate levels of familial social support (51.3%) and psychological well-being (61.6%). Implications include the importance of family support in promoting students' well-being, highlighting the need for interventions to strengthen familial bonds and support systems to enhance student mental health and academic performance.

Highlight:

  1. Family support enhances student well-being, vital for academic success.

  2. Quantitative analysis confirms positive correlation between family support and well-being.

  3. Study recommends interventions to bolster familial bonds for student resilience.

Kywoard: Familial social support, Psychological well-being, University students, Correlation analysis, Intervention implications.

I. PENDAHULUAN

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang belajar dan terdaftar di salah satu jenis perguruan tinggi, baik skolastik, politeknik, sekolah menengah, yayasan, dan perguruan tinggi [1]. Mahasiswa dapat dinilai memiliki tingkat wawasan, pengetahuan dalam berpikir, dan penataan dalam kehidupan nyata yang tidak dapat disangkal. Umumnya, mahasiswa berusia antara 18 hingga 25 tahun, berada di peralihan dari masa remaja ke masa dewasa awal. Masa dewasa awal adalah masa pencarian, pengungkapan, fondasi dan masa konsep, atau masa yang sarat dengan isu dan tekanan antusias, masa pemisahan sosial, masa tanggung jawab, dan masa ketergantungan, perubahan nilai, daya cipta, dan penyesuaian diri pada cara hidup yang baru [2].

[3] menyebut mahasiswa sebagai individu di masa dewasa memiliki keadaan yang mengkhawatirkan. Mahasiswa sering dianggap sebagai seorang yang sudah dewasa pribadinya, dan mulai menghadapi pekerjaan dan kewajiban yang semakin besar. Dimana mereka diharapkan untuk sudah mulai memisahkan diri dari ketergantungan pada orang lain, terutama dari wali, baik secara finansial, humanistik, maupun mental. Mereka akan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri lagi, setiap pekerjaan akan dilakukan agar tidak bergantung pada orang lain. Hal ini menyebabkan mereka sering terjebak dalam suasana canggung, yang juga didorong oleh berbagai tekanan dan sensai kesusahan seperti hubungan antara iklim lapangan dan guru yang tidak membumi, hubungan antara teman yang tidak cukup dekat, perasaan yang tidak menguntungkan dalam melihat kehidupan selanjutnya, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut umumnya disinggung sebagai kesejahteraan psikologis (psychological well-being) [4].

Menurut Ryff dalam [5], psychological well-being adalah sebuah istilah yang dapat digunakan untuk menggambarkan individu sesuai dengan pemenuhan kriteria fungsi psikologi positif. Kesejahteraan psikologis adalah evaluasi hidup seseorang yang dapat menerima, puas, dan bahagia dengan aspek kehidupan yang baik dan buruk. Orang dengan tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi menunjukkan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, membuat keputusan mandiri, mengembangkan potensi, mengendalikan dan memanfaatkan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya, serta memiliki tujuan hidup yang ingin dicapai [6]. Selanjutnya, dalam [7], psychological well-being terdiri dari indikator otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (enviromental mastery), pertumbuhan diri (personal growth), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with other), memiliki tujuan hidup (purpose in life), dan penerimaan diri (self acceptance).

Studi yang dilakukan oleh [8], menunjukkan mahasiswa cenderung memiliki psychological well-being yang rendah. Hal ini disebabkan karena mahasiswa cenderung memiliki perasaan mudah khawatir dalam mengemukakan sesuatu, pemalu, penakut, mudah bingung, sering menghadapi keraguan karena tidak memiliki pilihan untuk mengukur asumsi dari wali, secara teratur berkeliaran di dunia fantasi, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan kurang terbuka untuk orang lain. [6] mendapat hasil penilitian yang serupa, dimana sebagian besar mahasiswa (51%) memiliki psychological well-being yang rendah. Utamanya pada semester awal, dimana mereka masih dalam tahap beradaptasi dengan lingkungan kampus. Fenomena yang sama penulis amati terjadi juga pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, yang kemungkinan disebabkan oleh kurangnya dukungan sosial yang berasal dari keluarga (familial social support).

Dukungan sosial adalah usaha untuk memberikan bantuan pada individu yang bertujuan dalam peningkatan kesehatan mental yang berkualitas dan menumbuhkan kepercayaan diri [1]. Menurut [9], dukungan sosial terdiri dari indikator kelekatan (attachment), integrasi sosial (social integration), penghargaan (reassurance of worth), hubungan yang dapat diandalkan (reliable alience), bimbingan (gudance), dan kesempatan untuk menolong (oportunity for naturance). Salah satu kelompok sosial yang dapat memberikan dukungan sosial adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Keluarga sebagai konsep yang bersifat multidimensi. Lebih lanjut, [1] menjelaskan bahwa terdapat tiga tipe keluarga yakni keluarga inti (nuclear family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih (extended family). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial keluarga, adalah dukungan yang diberikan oleh orang terdekat, yakni keluarga [10]. Berdasarkan kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan sosial kepada mahasiswa yang memiliki kerentanan untuk mendapat psychological wellbeing yang rendah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan hubungan antara dukungan sosial keluarga pada psychological well-being mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

II. METODE PENELITIAN

Pada kajian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut [11] dan [12], penelitian kuantitatif merupakan penelitian angka, di mana data penelitian berwujud angka atau bilangan dan dianalisis dengan statistik sehingga dapat menjawab hipotesis. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel. Yakni variabel X dan variabel Y. Variabel X, adalah dukungan sosial keluarga. Sedangkan variabel Y, adalah psychological well-being. Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan populasi sebanyak 10.774, yang merupakan mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, dengan menggunakan sampel sebanyak 263 mahasiswa.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel, dimana tidak memberi peluang yang sama bagi setiap populasi. Adapun teknik yang digunakan adalah incidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Sehingga sampel yang digunakan yaitu siapapun mahasiwa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang kebetulan bertemu dengan peneliti. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala likert. Menurut [13], skala likert dimanfaatkan dalam pengukuran perilaku, argumen dan penilaian individu pada fenomena sosial.

Skala likert berisi tentang pertanyaan perilaku yang terdiri dari pernyataan favorable (pertanyaan pendukung objek perilaku yang akan diuji) serta pernyataan unfavorable (pernyataan negatif yang berlawanan dengan objek periaku yang akan diuji). Dalam skala likert ini terdri dari empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), atau sangat. tidak. setuju. (STS). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen penelitian berupa ukuran dukungan sosial dan psychologycal well-being. Dimana, dukungan sosial keluarga, diukur dengan skala social provision scale, dengan aspek-aspek kelekatan emosional (emotional attachment), integrasi sosial (social integration), adanya pengakuan (reassurance of worth), ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable alliance), bimbingan (guidance), dan kesempatan untuk mengasuh (opportunity of naturance). Sedangkan psychological well-being, diukur menggunakan RPWB (Ryff Psychologycal Well Being), dengan aspek-aspek otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, dan penerimaan diri.

Dalam penelitian ini, penulis mengukur uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 25, dengan menggunakan sampel 263 mahasiswa. Hasil pada variabel dukungan sosial keluarga adalah, skala psikologi untuk variabel dukungan sosial pada butir ds2 mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation sebesar < 0,3; sehingga butir tersebut dinyatakan tidak valid, sedangkan butir skala dukungan sosial lainnya dinyatakan valid. Dalam penelitian ini butir yang tidak valid dikeluarkan atau dihapus, sesuai pendapat [19], sehingga skala dukungan sosial dalam penelitian ini hanya terdiri dari 23 butir pernyataan. Sedangkan skala psikologi untuk variabel Psychological Well-Being pada butir pwb2, pwb17, pwb24, pwb30, pwb31, pwb41 dan pwb42 mempunyai nilai Corrected Item-Total Correlation sebesar < 0,3; sehingga butir tersebut dinyatakan tidak valid, sedangkan butir skala Psychological Well-Being lainnya dinyatakan valid, yang terdiri dari 35 pernyataan. Pada uji reliabilitas, peneliti juga menggunakan SPSS 25 dengan sampel 263 mahasiswa. hasilnya, variabel dukungan sosial mempunyai nilai cronbach’s alpha sebesar 0,923 > 0,6 dan variabel Psychological Well-Being mempunyai nilai cronbach’s alpha sebesar 0,909 > 0,6. Terkait demikian, kedua variabel dapat dinyatakan reliabel dan dapat digunakan dalam uji selanjutnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 1.Hasil Uji Normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Variabel Parameter Nilai
N 263
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .41529843
Most Extreme Differences Absolute .069
Positive .041
Negative -.069
Test Statistic .069
Asymp. Sig. (2-tailed) .373*
Table 1.Hasil Uji Normalitas

*. Dikoreksi dengan Lilliefors Significance.

Sumber: Hasil Output SPSS, diolah (2022).

Terkait hasil yang ditunjukkan pada tabel 1, diketahui nilai signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,373 > 0,05. Dengan demikan, dapat disimpulkan data dalam penelitian ini terdistribusi normal.

Tabel 2. Hasil uji linieritas dengan analysis of variance (ANOVA)

Variabel Parameter Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Psychological Well Being * Dukungan Sosial Between Groups 6.262 32 .196 1.128 .300
(Combined) Linearity .961 1 .961 5.541 .019
Deviation from Linearity 5.301 31 .171 .986 .493
Within Groups 39.887 230 .173
Total 46.149 262
Table 2.Hasil Uji Linieritas

Sumber: Hasil Output SPSS, diolah (2022).

Tabel 2 menunjukkan nilai Deviation from Liniearity sebesar 0,493 atau lebih dari 0,05.

Tabel 3. Hasil Uji Product Moment Pearson

Variabel Correlations Dukungan Sosial Psychological Well Being
Dukungan Sosial Pearson Correlation 1 .144*
Sig. (2-tailed) .019
N 263 263
Psychological Well Being Pearson Correlation .144* 1
Sig. (2-tailed) .019
N 263 263
Table 3.Hasil Uji Product Moment Pearson

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil Output SPSS, diolah (2022).

Tabel 3 menunjukkan nilai korelasi dukungan sosial dengan Psychological Well-Being sebesar 0,144 dan masuk dalam kategori korelasi rendah. Nilai positif mengindikasikan pola hubungan antara dukungan sosial dengan Psychological Well-Being searah. Sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,019 < 0,05 membuktikan hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan Psychological Well-Being.

Tabel 4. Hasil uji kategorisasi dukungan sosial

Kategori Frekuensi Prosentase
Sangat rendah 2 0,8%
Rendah 33 12,5%
Sedang 135 51,3%
Tinggi 80 30,4%
Sangat tinggi 13 4,9%
Table 4.Hasil Uji Kategorisasi Dukungan Sosial

Tabel 4 menunjukkan bahwa mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki dukungan sosial kategori sangat rendah hanya berjumlah 2 orang dengan prosentase 0,8%, sedangkan mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki dukungan sosial kategori rendah berjumlah 33 orang dengan prosentase 12,5%. Sementara itu, mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki dukungan sosial kategori sedang berjumlah 135 orang dengan prosentase 51,3%, mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki dukungan sosial kategori tinggi berjumlah 80 orang dengan prosentase 30,4%, dan mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki dukungan sosial kategori sangat tinggi berjumlah 13 orang dengan prosentase 4,9%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki dukungan sosial dalam kategori sedang yaitu 51,3%. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki Psychological Well-Being kategori sangat rendah hanya berjumlah 5 orang dengan prosentase 1,9%, sedangkan mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki Psychological Well-Being kategori rendah berjumlah 38 orang dengan prosentase 14,4%.

Tabel 5. Hasil uji kategorisasi psychological well being

Kategori Frekuensi Prosentase
Sangat rendah 5 1,9%
Rendah 38 14,4%
Sedang 162 61,6%
Tinggi 55 20,9%
Sangat tinggi 3 1,1%
Table 5.Hasil uji kategorisasi psychological well being

Sementara itu, pada tabel 5 mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki Psychological WellBeing kategori sedang berjumlah 162 orang dengan prosentase 61,6%, mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki Psychological Well-Being kategori tinggi berjumlah 55 orang dengan prosentase 20,9% dan mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang memiliki Psychological WellBeing kategori sangat tinggi berjumlah 3 orang dengan prosentase 1,1%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki Psychological Well-Being kategori sedang yaitu 61,6%.

B. Pembahasan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara dukungan sosial keluarga terhadap psychological well being pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi sebesar 0,019 < 0,05 mmebuktikan hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan Psychological Well-Being, sehingga hipotesis diterima. Dari pengujian product moment Pearson mempunyai nilai sebesar 0,144 dan masuk dalam kategori korelasi rendah. Nilai positif mengindikasikan pola hubungan antara dukungan sosial dengan Psychological Well-Being searah. Artinya, semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang dimiliki mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, maka Psychological Well-Being juga akan semakin mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil kategorisasi jawaban responden, diketahui sebagian besar mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki dukungan sosial dalam kategori sedang yaitu 51,3%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki rasa nyaman atau aman pada pihak lain yang memperoleh dukungan sosial, mempunyai hubungan minim konflik pada sumber dukungan sosial, memiliki rasa diakui pada kelompok [14], memiliki jenis kegiatan homogen yang memungkinkan pihaknya memperoleh rasa aman atau nyaman, kemampuan yang dimiliki diapresiasi oleh pihak lain, memiliki hubungan saling mendukung terkait dengan keterampilan serta kemampuan [15], mempunyai kesadaran tentang tolong menolong, dapat diandalkan, memiliki jalinan personal dengan orang lain, memiliki sikap saling percaya dengan orang lain [20], memiliki hubungan untuk saling mengisi dan menjadi sandaran curahan perhatian pihak lain [11].

Berdasarkan hasil kategorisasi jawaban responden, diketahui sebagian besar mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki Psychological Well-Being kategori sedang yaitu 61,6%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki kemampuan dalam diri yang dianggap unik, mampu memilih atau membentuk lingkungan sesuai dengan kondisi, menyadari potensi pribadi, berempati, memiliki tujuan hidup serta mengetahui aspek dalam diri. Penelitian [16], [17] serta [18] menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap psychological well-being. Semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan pada individu maka semakin tinggi juga psychological well-being yang dimiliki individu tersebut [19].

IV. Kesimpulan

Hasil riset membuktikan perolehan nilai signifikansi 0,019 < 0,05 dengan nilai positif. Artinya, tingginya dukungan sosial keluarga dapat memaksimalkan psychological well-being, sehingga hipotesis diterima. Dari hasil analisis diperoleh nilai korelasi R2 sebesar 0,021. Artinya besarnya pengaruh dukungan sosial terhadap Psychological Well-Being sebesar 2,1%. Hasil olah data membuktikan sebagian besar mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki dukungan sosial dalam kategori sedang yaitu 51,3% sedangkan psychological well-being sebagian besar mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dalam kategori sedang yaitu 61,6%.

References

  1. Lastary, L. D., & Rahayu, A. (2018). Relationship Between Social Support and Self Efficacy with Academic Procrastination of Migrant Students Studying in Jakarta. Ikraith-Humaniora, 2(2), 17–23.
  2. Putri, A. F. (2018). The Importance of Young Adults Completing Their Developmental Tasks. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), 35. https://doi.org/10.23916/08430011.
  3. Hardjo, S., Aisyah, S., & Mayasari, S. I. (2020). How Psychological Well-being in Adolescents? An Analysis Related to Meaning in Life Factors. Jurnal Diversita, 6(1), 63–76. https://doi.org/10.31289/diversita.v6i1.2894
  4. Aryani, F., Umar, N. F., & Kasim, S. N. O. (2020). Psychological Well-Being of Students in Undergoing Online Learning during Pandemic Covid-19. Proceeding of The International Conference on Science and Advanced Technology (ICSAT), 1747–1756.
  5. Nugroho, Y. A. (2020). Relationship Between Family Social Support and Psychological Well-Being in Child Prisoners in Class 1 Kutoarjo Prison. Jurnal Basicedu, 4(1), 36–43.
  6. Mariyanti, S. (2017). Profile of Psychological Well-being of Regular Students of the 1st Semester Psychology Study Program at Esa Unggul University. Jurnal Psikologi, 15(2), 45–50. Retrieved from https://jpsikologi.esaunggul.ac.id/index.php/JPSI/article/view/20
  7. Ramadhani, T., Djunaedi, D., & Sismiati S., A. (2016). Psychological Well-being.
  8. Kurniasari, E., Rusmana, N., & Budiman, N. (2019). Overview of Psychological Well-being of Students. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 3(2), 52–58.
  9. Hailitik, W. M. Yuniaputry, & Setianingrum, M. E. (2019). Relationship Between Family Social Support and Psychological Well-Being in Commercial Sex Workers at Rehabilitation Centers. Jurnal Psikohumanika, 11(2), 137–150. https://doi.org/10.31001/j.psi.v11i2.543
  10. Eva, N., & Bisri, M. (2018). Social Support, Religiosity, and Psychological Well-Being of Exceptional Smart Students. Proceeding of National Clinical Seminar, (1996), 101. Retrieved from http://fppsi.um.ac.id/wpcontent/uploads/2018/12/12.-Nur-eva.pdf
  11. Noviantoro, I., & Saloom, G. (2020). Influence of Self Esteem, Optimism, and Social Support on Psychological Well-Being of Honorary Teachers in Serang District Elementary Schools. Dialog, 42(1), 69–80. https://doi.org/10.47655/dialog.v42i1.322
  12. Yusuf, A. M. (2017). Quantitative, Qualitative, & Mixed Research Methodologies. In BMC Public Health.
  13. Wulandari, S. S., & Wardani, L. M. I. (2021). Employee Well-being Relationship with Psychological Capital and Work Engagement. Jakarta: NEM.
  14. Rohmah, N. (2017). Influence of Forgiveness on Psychological Well-Being in New Students of UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Viewed from Cultural Backgrounds. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
  15. Shafiyuddin, R. H. (2017). Relationship Between Social Support and Life Meaningfulness of Malang City Firefighters. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
  16. Mufidha, A. (2021). Peer Social Support as a Predictor of Psychological Well-Being in Adolescents. Acta Psychologia, 1(1), 34–42. https://doi.org/10.21831/ap.v1i1.43306
  17. Nazir, M. (2017). Research Methods (11th ed.). Bogor: Ghalia Indonesia.
  18. Saputra, M. R., & Setyo Palupi, L. (2020). Relationship Between Social Support and Psychological Well-Being of the Final Year Students. E3S Web of Conferences, 202, 0–5. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202020212027
  19. Sugiarto, J. A., & Soetjiningsih, C. H. (2021). Parental Social Support and Psychological Well-Being After Breakup in Young Adults. Jurnal Psikologi Konseling, 18(1), 833–843.
  20. Khalaj, F., Dolatshahi, B., & Bagheri, F. (2020). Effects of Compassion-focused Therapy on Psychological Well-being, Life Expectancy, and Psychological Flexibility in Individuals With Human Immunodeficiency Virus. Practice in Clinical Psychology, 8(4), 317–324. https://doi.org/10.32598/jpcp.8.4.726.1