Abstract

Language is a communication tool to convey one's wishes to someone else around the world with various characteristics. Arabic is the second most widely used international language, in learning it there are several obstacles that most people experience. Among them is the age factor, which affects memory when receiving lessons, health, mood, tuition fees, signals (for those who are online), distance, besides that it is also a factor in dividing time between family, study and work. In order to overcome this, supporting factors such as strong motivation during the learning process are needed. This is experienced by the ummahat Mahad Umar Bin khattab Muhammadiyah University of Sidoarjo, their azzam to be able to return to study at a young age, the underlying motivation for the ummahat in learning Arabic is to understand the Al-Quran and translate it well, as a provision for communication, educating their children, job demands, as a filler in free time, motivating peers, and realizing the ideals of youth to study in college.

Highlights: 

  • Age challenges: Memory decline, health issues, and time constraints pose hurdles for Arabic learners, especially older individuals.
  • Motivation: Strong desire to understand the Quran, advance careers, and fulfill personal aspirations drives learners to overcome obstacles in Arabic language acquisition.
  • Ummahat's role: Mothers from Mahad Umar Bin Khattab Muhammadiyah University display determination to learn Arabic despite challenges, balancing family, education, and personal growth.

Keyword: Motivation, Constrain, Ummahat, Learning Arabic

Pendahuluan

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan keinginan seseorang kepada seseorang yang lain diseluruh dunia dengan berbagai ciri khas. Dan bahasa arab menjadi salah satunya, Allah menjadikannya sebagai bahasa yang mulia melalui Al-Quran.[1] Bahasa ahlul jannah dan para anbiyaa, tidak hanya orang arab akan tetapi banyak negara didunia yang menggunakannya sebagai bahasa keseharian, sehingga masuk dalam bahasa internasional kedua yang banyak digunakan didunia setelah bahasa inggris.[2] Akan tetapi banyak orang berasumsi bahwa bahasa arab itu sulit dan sangat sukar untuk dipelajari, terkhusunya bagi li ghoiri Naathiqiina bihaa. Dari segi linguistik seperti lahjah, Mufrodat, Shighat, Uslub kebahasaan, serta Qowaid Nahwu shorof pada setiap kata yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.[3]

Sebagai seorang terpelajar dan muslim terkhususnya tentu memiliki tanggung jawab serta tuntutan untuk mempelajari bahasa arab, salah satunya dari aspek agama karena segala aturan kehidupan ada didalam Al-Quran dan Assunah yang mana keduanya berbahasa arab. Selain itu dari segi Maharah berbahasa dan sikap. Ketika sesorang telah mempelajari secara utuh maka akan membentuk kepribadian serta habits, serta menciptakan pola fikir yang beragam, jika bahasa yang didengar dan dipelajari itu baik maka akan membentuk hal yang positif begitupun sebaliknya.[4] Selain itu Juga sebagai sarana kemajuan peradaban suatu bangsa, jika negara tersebut peduli terhadap generasi muda, maka bekali mereka dan tanamkan kepada diri mereka tentang pentingnya mempelajari bahasa, karena itu adalah kunci jendela dunia. Salah satu upaya untuk meningkatkan minat generasi muda dalam bahasa adalah dengan memberikan motivasi. Memperlihatkan kepada mereka kelebihan berbahasa melaui kisah inspiratif para sahabat, ulama besar zaman dahulu, juga media sosial dan konten bahasa arab yang dikemas dengan indah.[5]

Motivasi merupakan dorongan, sesuatu yang membuat seseorang terpacu dan lebih bersemangat untuk mencapai azzam, tujuan atau target, dan dorongan itu muncul bisa dari keluarga, teman, lingkungan atau dari diri sendiri. Sifat motivasi yang mengalami naik turun disepanjang perjalanannya harus diimbangi dengan minat dan ikhtiar yang tinggi dalam berkomunikasi dan berlatih sehingga kemampuan dalam berbahasa akan meningkat.[6] Dalam penelitian yang dilakukan oleh Halimatus Sa’diyah dan Abdurrahman tentang Motivasi belajar bahasa asing menjelaskan bahwa Di Indonesia sendiri tingkat minat dalam berbahasa arab tergolong minim, karena sebagian mereka hanya menganggap mempelajari bahasa sebagai formalitas dan tidak ditujukan untuk menguasai bahasa dan mengembangkannya. Akan tetapi fokus mereka hanya sebatas alasan manfaat tertentu, pekerjaan atau validasi sosial.[7]

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ulil Albab tentang motivasi belajar bahasa asing terfokus pada perlu adanya strategi dalam mempertahankan motivasi pada seorang pelajar. Diantaranya dengan memberikan fasilitas selama proses pembelajaran mulai dari ruangan, media, dan buku ajar.[8] Selain itu peran ustadz dan ustadzah yang terus berinovasi dalam proses belajar mengajar serta memberikan pemahaman yang baik dan lingkungan yang mendukung dengan membiasakan penggunaan bahasa arab dalam percakapan sehari-hari juga dapat menjadi faktor pendukung dalam mempertahankan motivasi, dan meningkatkan minat dan hasil belajar dimana telah dijelaskan dalam penelitian yang ditulis oleh Cicik Aini dan Furoidah.[9]

Dua penelitian diatas terfokus pada hasil belajar yang didapat oleh siswa melalui beberapa faktor pendukung, sedangkan satu lainnya terfokus pada bagaimana motivasi itu terus ada dalam diri seseorang sehingga semangat dalam mempelajari bahasa itu tetap ada dengan beberapa strategi. Fokus dari penelitian yang dilakukan peneliti hampir sama dengan penelitian yang telah dilakukan, perbedaannya adalah terletak pada objek penelitian.

Umar Bin khattab putri, merupakan salah satu lembaga dibawah naungan universitas Muhammadiyah sidoarjo yang memberikan fasilitas kepada berbagai kalangan dan usia untuk mempelajari bahasa arab dengan kurikulum mirip dengan al-azhar dan tenaga pendidik lulusan kairo dan LIPIA. Terdapat dua jenis kelas yakni kelas reguler dan ummahat.

Latar belakang tercetusnya kelas ummahat adalah untuk memberikan ruang kepada para ummahat dimana kebanyakan berusia lanjut dan ibu rumah tangga dalam proses pembelajaran sehingga mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Dimana target pencapaian belajarnya bukan dalam maharah bahasa seperti kelas reguler akan tetapi bagaimana mereka bisa memahami al-quran dengan baik. Sehingga kurikulum yang digunakan sedikit berbeda dan didesign agar sesuai dengan kebutuhan mahasiswi, dengan mengambil beberapa referensi buku, tidak hanya menggunakan satu jenis buku ajar Silsilah Ta’limi Al-lughotul Arobiyah secara keseluruhan, akan tetapi disesuaikan dengan tema yang dibutuhkan. Faktor lainnya adalah dalam penyampaian materi, jika disamakan dengan kelas reguler yang mana dalam penyampaiannya menggunakan bahasa arab secara keseluruhan maka hasilnya tidak maksimal. Karena mahasiswinya tidak hanya berasal dari sidoarjo akan tetapi ada sebagian yang berasal dari luar daerah, maka sistem pembelajaran dikelas berlangsung secara hybryd learning (online offline) dengan media zoom meeting dan PPT, sedangkan kelas reguler keseluruhan kegiatannya berada dikelas.

Yang menjadi fokus utama adalah semangat para ummahat dalam mempelajari bahasa arab. Tentu banyak sekali rintangan yang telah dilewati, ditengah kesibukan dalam pekerjaan dan rumah tangga. Seperti ketika menghadapi anak yang rewel, tidak mau ditinggal, menjalankan peran sebagai istri dan pelajar sekaligus tidaklah mudah. Akan tetapi ghirroh, effort, dan semangat mereka tidak pernah surut. Hal ini dapat memberikan vibes positif bagi mahasiswa yang lebih muda. Tidak ada alasan bagi mereka untuk bermalas-malasan dalam berikhtiar untuk belajar bahasa arab dan meningkatkan maharah dalam berbahasa.

Dari pemaparan diatas menghasilkan beberapa rumusan masalah yang mendasari adanya penelitian ini diantaranya adalah apa motivasi yang mendasari para Ummahat dalam mempelajari bahasa arab, dan apa saja kendala yang dihadapi selama mempelajari bahasa arab di mahad umar Bin Khattab.

Metode

Dalam proses Penelitian, peneliti menggunakan jenis penelitian gabungan Kualitatif-Kuantitatif dengan metode penelitian Mixed Methods dimana penggabungan metode ini akan menghasilkan data yang lebih valid dan objektif dan disajikan dalam bentuk prosentase, kalimat dan pernyataan.[10] Populasi penelitian melibatkan Mahasiswi Mahad Umar Bin Khattab dengan Subyek Penelitian yakni mahasiswi Ummahaat Mustawa Tsalis tahun ajaran 2022/2023 dengan jumlah 18 orang. Lokasi penelitian berada di Mahad Umar Bin Khattab putri Universitas Muhammsssadiyah Sidoarjo, Jl. Mojopahit No.666 B, Sidowayah, Celep, Kec.Sidoarjo, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam Proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik Observasi parsitipatif dikelas dimana peneliti melakukan interaksi langsung dengan orang yang diteliti. Observasi partisipatif adalah peneliti mengamati, mendengarkan, dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang mereka lakukan.Wawancara, merupakan interaksi tanya jawab dengan narasumber dalam proses pengambilan data yang dibutuhkan. Wawancara peneliti lebih mendalami tentang lapangan melalui diskusi dengan narasumber sehingga mampu menjabarkan kondisi yang ada secara real, dan menggunakan quesioner dimana peneliti menyebarkan angket berupa lembaran atau link gform. Dalam analisis data kualitatif dilakukan secara dua arah yang dilakukan secara terus-menerus sampai menemui titik akhir. Dimana dalam menganalisis data yang diperoleh dilakukan pemilihan dan pengelompokan dan dijabarkan sesuai fakta yang diperoleh sehingga mampu ditarik kesimpulan akhir.[11]

Hasil dan Pembahasan

A. Motivasi Para Ummahat dalam Proses Pembelajaran Bahasa Arab

Dalam melakukan suatu hal atau kegiatan hampir seluruh manusia memiliki motivasi sebagai langkah awal sebelum memulai suatu hal. Dalam mempelajari bahasa motivasi masuk kedalam kategori faktor non-linguistik (unsur kebahasaan) yang mendukung proses pembelajaran.[12] Dari hasil diskusi bersama ketua Qism Ta’lim Mahad Umar Bin Al-Khattab pada 19 Desember 2022 beliau menjelaskan rata-rata motivasi para ummahat belajar bahasa arab adalah untuk bisa memahami al-qur’an dengan baik, meskipun tanpa melihat terjemahannya. Kurikulum yang digunakan juga sedikit berbeda dari kelas reguler, dan bahasa yang digunakan untuk menjelaskan materi menggunakan 50% bahasa arab dan 50% bahasa indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama ketua kelas ummahat mustawa Tsalis pada 28 April 2023 beliau berkata bahwa kitab yang digunakan berbeda dari kelas reguler dimana maddah yang ditempuh oleh para ummahat juga tidak sebanyak kelas reguler, diantaranya adalah ABY jilid 1B, kitab silsilah nahwu dan shorof mustawa Tsani kelas reguler, sedangkan untuk Qiro’ah, Hadits dan Tafsir menggunakan kitab yang dirancang khusus dari mahad umar bin al-khattab untuk kelas ummahat.

Kemudian Pada tanggal 01-05 Mei 2023 peneliti melakukan observasi, dan menemui hasil bahwa pembelajaran dikelas diadakan secara hybrid, dikelas gedung masjid lantai 3 dan melalui zoom, semangat dan antusias para ummahat ketika pembelajaran dibuktikan melalui kecakapan dalam menjawab pertanyaan ustadzah dan tadribat ketika dikelas, tidak ada keraguan dan sangat percaya diri meskipun jawabannya kurang tepat. Selain itu mereka tidak malu saat kurang bisa memahami materi yang disampaikan oleh ustadzah.

Tentu Ada faktor yang mempengaruhi sikap tersebut, penulis menemukan beberapa motivasi yang memacu semangat ummahat dalam belajar bahasa arab di usia >30 tahun. Berikut adalah Motivasi yang mendasari ummahat untuk kembali belajar, dan mempelajari bahasa arab:

a. Memahami Al-Quran dan As-Sunnah

Sebagai seorang muslim ini tentu harus memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah karena didalamnya berisikan pedoman dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah yang baik dengan sesama makhluknya. Seperti halnya yang dipaparkan pada wawancara bersama qism ta’lim dan dari jawaban angket yang disebar, 100% Ummahat menjawab bahwasannya motivasi utama dalam mempelajari bahasa arab adalah untuk memahami alqur’an dan assunah[13] dengan harapan mampu meningkatkan kuwalitas ibadah dan senantiasa mepertahankan keimanan sehingga memiliki bekal untuk menemani dihari tua dan dikehidupan selanjutnya.

b. Bekal Untuk Berkomunikasi

Seperti yang kita ketahui bahwasannya bahasa merupakan kunci peradaban terutama dalam berkomunikasi, maka hal ini perlu diperhatikan dengan baik. Seorang ibu yang mempelajari bahasa akan memudahkan dalam mengajarkan anak-anaknya dalam berbicara dan berkomunikasi dengan baik karena perbendaharaan kosakata yang luas. Dan dari keseluruhan ummahat 75% menjawab mempelajari bahasa sebagai bekal untuk berkomunikasi dengan anak agar nyambung dan enjoy.

c. Mendidik Anak-Anak Sesuai dengan Zamannya

Sebagaimana hadits Rasulullah SAW “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup dizaman mereka bukan zamanmu” hal ini sangat penting untuk diperhatikan dan dilandasi oleh kesadaran diri bahwasannya bahasa arab itu penting terutama dalam mendidik anak-anak dizaman sekarang, dari jawaban angket yang disebar 100% ummahat setuju bahwa belajar bahasa arab menjadi salah satu bekal dalam mendidik anak, dimana orang tua sebagai madrasah pertama terutama ibu dituntut untuk terus berinovasi dan mengupgrade ilmunya sehingga mampu mendidik mereka sesuai dengan zamannya[14] dan mampu berdiskusi atau bertukar pendapat ketika mereka butuh saran dan nasehat. Membentuk karakter dan akhlak baik tidak akan bisa terwujud dari sosok ibu yang bermalas-malasan, harus ada ikhtiar yang serius dalam menyiapkan kader peradaban.[15]

d. Motivasi Teman Sebaya Untuk Mewujudkan Impian Berkuliah Dimasa Muda

Belajar tidak mengenal usia, waktu, dan tempat, semua memiliki kesempatan untuk mendapatkannya. 95% ummahat memanfaatkan kesempatan untuk kembali belajar bahasa arab dimana pada usia mudanya belum bisa terlaksana karena satu dan lain hal. Berawal dari informasi dari teman-teman kajian di suatu forum dan masjid-masjid yang sering diikuti ajakan dan dorongan untuk kembali belajar bahasa arab menjadi salah satu wasilah untuk kembali mengenyam pendidikan.[16]

e. Untuk Berdiskusi dan Bertukar Pendapat

Dari hasil jawaban angket 75% ummahat sepakat bahwa ketika kembali belajar Selain mendapatkan ijazah D2, menambah wawasan dan ilmu, juga dapat memperluas ukhuwah antar sesama muslimah, saling bertukar saran ketika mengalami kesulitan dalam mendidik anak, karena tidak bisa dipungkiri bahwa ketika seseorang berada pada jenjang pendidikan maka terasah pula pemikiran dan tingkat kedewasaan dalam menghadapi suatu problem kehidupan.[17]

f. Tuntutan Pekerjaan

Dari hasil penyebaran angket kepada para ummahat pada tanggal 08 Mei 2023 peneliti menemukan beberapa jawaban beragam dari 18 orang jumlah keseluruhan mahasiswi. Dimana 55% ummahat kuliah sambil bekerja, sebagai accounting, dokter, guru, dan ibu rumah tangga. Hampir seluruh ummahat memenuhi tuntutan dari pekerjaan untuk mempelajari bahasa arab dan didorong dari keluarga

g. Pengisi Waktu Luang dan Penghilang Stress

Dari jumlah keseluruhan 70% ummahat sepakat bahwa belajar bahasa arab di mahad untuk mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, dan dengan belajar dan bertemu teman-teman dapat menghilangkan stress dan penat untuk sementara. Tidak ada unsur keterpaksaan atau hanya sekedar untuk terlihat keren dan memiliki watermark sebagai sarjana, akan tetapi lebih luas dan kompleks dari itu.

Bagi para ummahat belajar bahasa arab di mahad tidak hanya mendapatkan ilmu agama, akan tetapi berbagai nasehat kehidupan yang diberikan oleh ustadzah, serta motivasi untuk terus mencambuk diri dalam belajar, mengisi kembali batrai iman yang sempat kosong, memenuhi hati dengan dzikrullah dan fikiran dengan kebaikan dan rencana dalam pendidikan umat sehingga ilmu yang didapat tidak berhenti di sana saja, akan tetapi dapat tersampaikan dengan baik keseluruh pelosok dunia. Dan membentuk anak-anak yang senantiasa takut kepada Allah dan menjalankan segala perintah serta beramar ma’ruf nahi munkar tanpa merasa malu.

B. Kendala Para Ummahat dalam Proses Pembelajaran Bahasa Arab

Dari hasil angket yang telah diolah pada 14 mei 2023 ada Beberapa kendala yang dialami oleh para ummahat selama menempuh proses pembelajaran di Mahad Umar Bin Khattab diantaranya adalah:

a. Waktu

Manajemen Waktu bagi mahasiswa sangatlah penting, apalagi jika dibarengi dengan kegiatan lainnya seperti organisasi, bekerja, dan mengurus keluarga.[18] Dari prosentase yang didapat ada 2 faktor yang mempengaruhi, faktor pertama ada sekitar 75% ummahat memiliki kendala waktu, diantaranya adalah mengatur jadwal antara pekerjaan, belajar di mahad, dan juga terhadap anak dan suami yang mana ketiganya harus sama-sama diperhatikan. Tak jarang harus merelakan salah satunya dibeberapa kesempatan, seperti mengambil jatah izin untuk tidak masuk kerja atau kuliah. Dan yang kedua adalah faktor Usia dimana 65% dari Ummahat mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, dan menurunnya daya ingat dalam menghafal mufrodat dan pelajaran[19] serta kesehatan, yang mana kerap kali harus izin untuk mengikuti pelajaran secara daring maupun tidak dapat mengikuti pelajaran.

b. Keluarga

Dari jumlah keseluruhan ummahat 55% mengatakan bahwa salah satu kendala yang mereka hadapi adalah ketika anak-anak rewel, tidak mau ditinggal dirumah dan ingin ikut uminya ke kampus akan tetapi usianya belum mumayyis sehingga ada kekhawatiran dapat mengganggu ummahat lainnya ketika proses pembelajaran, sehingga mau tidak mau anaknya akan ditinggalkan dirumah bersama nenek, kakak, atau abinya.

Dan 45% terkendala dalam melayani suaminya ketika dirumah sedangkan ada tugas dari dosen yang saat itu harus diselesaikan juga, tidak mungkin menolak perintah suami karena itu suatu bakti seorang istri, maka alternatif lainnya adalah mengerjakan jauh-jauh hari sedikit demi sedikit, atau meminta izin kepada ustadzah untuk diberikan keringan waktu dalam pengumpulan tugas. Dan tidak lupa mengatur segala keperluan rumah tangga mulai dari makanan, kebersihan dan kerapian juga harus tetap diperhatikan. Kemudian dengan mertua, 100% menjawab tidak memiliki kendala dalam hal dukungan mertua untuk kembali belajar meskipun sudah dalam usia lanjut dan berkeluarga.

c. Ma’Isyah dan Biaya Kuliah

Salah satu Faktor yang krusial dan sering dialami oleh kebanyakan mahasiswa yang bekerja maupun tidak adalah Finansial dalam Biaya kuliah.[20] 45% ummahat berpendapat bahwa kendala yang dialami kebanyakan mahasiwa adalah dari segi ma’isyah dan biaya kuliah, dari wawancara yang dilakukan pada 04 Mei 2023 beberapa ummahat berkata bahwa pada masa muda beliau belum diberikan kesempatan untuk bisa mengenyam bangku kuliah dikarenakan biaya kuliah yang mahal dan ma’isyah yang hanya bisa untuk kebutuhan sehari-hari. Dan adanya mahad umar menjadi peluang emas untuk beliau mewujudkan impian masa muda dalam mengenyam bangku kuliah.

d. Mood Semangat

Sebagaimana kebanyakan para penuntut ilmu yang mengalami pasang surut semangat atau dalam islam disebut Futur, ketika itu rasa malas mendominasi sehingga segala sesuatu yang dikerjakan hanya sebagai formalitas tidak memiliki ruh sama sekali. Ini juga dialami oleh 65% ummahat selama proses pembelajaran bahasa arab dikelas, tidak terlalu fokus dalam memperhatikan, dan membutuhkan penjelasan yang diulang-ulang dalam topik yang disampaikan

e. Sinyal dan suara (perkuliahan Online)

Dari hasil pengamatan kelas pada tanggal 01-05 mei 2023 penulis menemukan bahwa 35% Ummahat yang mengikuti perkuliahan daring beberapa kali kurang mendapatkan perhatian, dan sering tidak terdengar suaranya. Akan tetapi Mereka tetap diberikan kesempatan berinteraksi ketika mengerjakan tadribat (ketika disuruh menjawab) dan bertanya.

Simpulan

Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada 7 motivasi yang mendasari para ummahat dalam mempelajari bahasa arab diantaranya adalah memahami Al-Quran dan As-Sunnah, sebagai bekal dalam berkomunikasi, mendididk anak-anaknya, motivasi teman sebaya untuk mewujudkan impian berkuliah dimasa muda, berdiskusi dan bertukar pendapat, tuntutan pekerjaan, sebagai pengisi waktu luang dan penghilang stress. Adapun kendala, ada 5 kendala yang dialami oleh ummahat diantaranya adalah faktor waktu dan jarak, Keluarga, biaya kuliah, mood dan semangat belajar, sinyal (bagi yang daring).

References

  1. I. A. Azibidin, “Asasiyatu Ta’limi Al-Lughotul Arobiyyah linnatiqina billughoti ukhro.” jami’ati ummul Quro, arab saudi, p. 5, 2002.
  2. dr. M. Kamil, “Baramij Ta’limi Arobiyyah lilmuslimiin annathiqiina bilughooti ukhro fii dhoui dawafi’ihim.” jami’ah al-Quro, arab saudi, 1985.
  3. Takdir, “problematika pembelajaran bahasa arab,” Naskhi, vol. 2, no. 1, pp. 40–58, 2020.
  4. A. Fatoni, “Peran Motivasi Belajar Bahasa Arab Terhadap Aktivitas Pembelajaran: Studi Kasus Mahasiswa Pba Universitas Muhammadiyah Malang,” El-Tsaqafah J. Jur. PBA, vol. 18, no. 2, pp. 183–202, 2019, doi: 10.20414/tsaqafah.v18i2.1869.
  5. M. Arif and A. Musgamy, “PENGEMBANGAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA ARAB: Studi Analisis Teori Motivasi Pembelajaran,” `A Jamiy J. Bhs. dan Sastra Arab, vol. 10, no. 2, p. 326, 2021, doi: 10.31314/ajamiy.10.2.326-334.2021.
  6. R. Ridwan and A. F. Awaluddin, “Penerapan Metode Bernyanyi Dalam Meningkatkan Penguasaan Mufradat Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Di Raodhatul Athfal,” Didakt. J. Kependidikan, vol. 13, no. 1, pp. 56–67, 2019, doi: 10.30863/didaktika.v13i1.252.
  7. H. Sa’diyah and M. Abdurahman, “Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia: Penelitian Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Asing,” Lisanan Arab. J. Pendidik. Bhs. Arab, vol. 5, no. 1, pp. 51–69, 2021, doi: 10.32699/liar.v5i1.1665.
  8. U. Albab, “Motivasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Sebagai Bahasa Asing,” TAMADDUN J. Kebud. dan Sastra Islam, vol. 19, no. 1, pp. 32–48, 2019, doi: 10.19109/tamaddun.v19i1.3398.
  9. C. Aini and A. Furoidah, “Musykilāt Tanfīz ̇ at-t ̣ arīqah at-Tams ̇ īliyyah fī Ta ’ līm al-Muh ̣ ādas ̇ ah fī MTs Al-Falāh Sumber Gayam Kadur Pamekasan,” vol. 3, no. 2, pp. 58–64, 2021.
  10. M. Musfiqon, Metode Penelitian Pendidikan. 2012.
  11. Sugiyono., ( Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta : Bandung. Bandung, 2010.
  12. R. A. Sofa, A. Aziz, and M. Ichsan, “Problematika dan Solusi dalam Studi Pembelajaran Bahasa Arab,” J. Inov. Penelit., vol. 1, no. 10, pp. 1–208, 2021.
  13. D. Nurdin, “Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya, Karya Monumental Umat Islam dalam IPTEKS, Hakikat IPTEKS dalam Pandangan Islam, Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan,” Univ. muhammadiyah riau, vol. 135, no. 4, 2023.
  14. M. Parhan and D. P. D. Kurniawan, “Aktualisasi Peran Ibu Sebagai Madrasah Pertama Dan Utama Bagi Anak di Era 4.0,” JMIE J. Madasah Ibtidaiyah Educ., vol. 4, no. 2, pp. 157–174, 2020.
  15. V. M. Keikazeria and F. Ngare, “Komunikasi Interpersonal Ibu dan Anak dalam Pembentukan Karakter Beribadah Anak ( Studi Kualitatif Pada Ibu dan Anak di Lingkungan Perumahan Pondok Giri Harja Endah Kelurahan Jelekong ),” J. Communio J. Ilmu Komun., vol. IX, no. 2, pp. 1613–1629, 2020.
  16. A. P. Damayanti, Y. Yuliejantiningsih, and D. Maulia, “Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa,” J. Penelit. dan Pengemb. Pendidik., vol. 5, no. 2, pp. 163–167, 2021.
  17. J. Amirudin and E. Rohimah, “Implementasi Kurikulum Pesantren Salafi dan Pesantren Modern Dalam Meningkatkan Kemampuan Santri Membaca dan Memahami Kitab Kuning,” J. Pendidik. Univ. Garut, pp. 268–282, 2020.
  18. M. Syelviana, “Pentingnya Manajemen Waktu dalam Mencapai Efektivitas bagi Mahasiswa,” vol. 21, no. 1, pp. 1–9, 2020.
  19. Musafak, “Manajemen Tahfidzul Quran Pada Santri Lansia,” J. Stud. Islam dan Kemuhammadiyahan, vol. 2, pp. 69–80, 2022.
  20. N. A. Setiawati and S. Sukarno, “Tinjauan Beasiswa Uang Kuliah Tunggal Dan Motivasi Belajar Di Perguruan Tinggi Swasta,” J. Fascho Educ. Conf., vol. 2, no. 1, 2021, doi: 10.54626/proceedings.v2i1.118.
  21. M. B. Udin, “Pedoman Skripsi 2022,” 2019.