Abstract

This research is motivated by the phenomenon of social support problems in students who work while studying, such as other students who don't care when a friend is having difficulties, lack of empathy among students which causes them to hurt each other both verbally and non-verbally and the high demands of others. old to always get a perfect value without being supported by adequate facilities. This study aims to determine the description of social support for students who work while studying at the Muhammadiyah University of Sidoarjo. This research is a descriptive quantitative research. The variable in this study is social support. This research was conducted at Muhammadiyah University of Sidoarjo with a population of 3,836 students who work while studying. The sample in this study was 320 students who were taken by the Incidental Sampling technique where the determination of the sample was based on chance. The data collection technique in this study used a psychological scale with a Likert scaling model, namely social support. Data analysis was carried out using Corrected item-total correlation which could be done using the SPSS 25.0 for Windows program. The results showed that most of the students who worked while studying were in the medium category with a percentage of 55.6%.

Pendahuluan

Fenomena mahasiswa yang bekerja sambil kuliah sudah bukan merupakan hal baru yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Beberapa universitas negeri maupun swasta yang ada di Indonesia sudah mulai banyak yang membuka kelas khusus bagi pekerja. Salah satunya yaitu Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) yang menyediakan 2 pilihan kelas yaitu kelas pagi dan kelas malam, tujuannya untuk memudahkan mahasiswa yang bekerja agar mampu mengikuti kegiatan perkuliahan dengan optimal dan maksimal. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mendefinisikan mahasiswa sebagai sebutan untuk seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi atau instansi. Mahasiswa sendiri merupakan kalangan muda yang berada dianatara tahap perkembangan remaja akhir dan dewasa awal. [1] Hurlock menjelaskan bahwa remaja akhir dimulai saat usia 18 tahun, dimana masa ini nantinya akan membawa perubahan besar dan saling bertautan pada semua ranah perkembangan, sedangkan masa dewasa awal berada pada rentang usia 21 tahun sampai 40 tahun.

[2] Menurut Utomo Dananjaya selaku pengamat pendidikan mengatakan bahwa bekerja sambil kuliah merupakan usaha yang bisa digunakan dalam membuka gerbang dunia kerja, karena dapat menantang pola pikir individu dan mampu menumbuhkan kemandirian serta mampu menghubungkan antara teori yang diterima di kampus dengan kenyataan yang ada di dunia kerja. Hasil survey yang sudah dilakukan kepada mahasiswa yang bekerja sambil kuliah diketahui bahwa mahasiswa memilih bekerja sambil kuliah karema dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi, keinginan memperoleh penghasilan hingga keinginan untuk mencari pengalaman. Hal tersebut selaras dengan penjelasan Yenni yang mengatakan bahwa ada berbagai macam alasan yang mendorong mahasiswa memilih bekerja sambil kuliah, mulai dari permasalahan ekonomi sampai pada keinginan untuk mengisi waktu luang. Ada berbagai macam dampak yang akan dirasakan oleh mahasiswa yang memilih bekerja sambil kuliah. Dampak positifnya mahasiswa akan memperoleh penghasilan, dapat mengembangkan keterampilan, mendapatkan pemahaman, meningkatkan kepercayaan diri serta mampu berpikir lebih kreatif dan memiliki jiwa professional. Sedangkan dampak negatifnya mahasiswa akan dihadapkan dengan berbagai macam konflik baik konflik dari dalam diri (internal) maupun konflik dari luar diri (eksternal) seperti distress, depresi hingga kelelahan fisik dikarenakan waktu kerja dan kuliah sangat berdekatan dan hampir tidak memiliki jeda [3]. Selain itu, mahasiswa yang bekerja sambil kuliah juga dituntut untuk selalu bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik mulai dari mengatur waktu, membagi peran sebagai mahasiswa dan karyawan hingga harus memperhatikan kondisi kesehatan fisiknya.

[4] Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati et al., (2022) mengenai “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Status Karyawan Dengan Strategi Coping Pada Mahasiswa Yang Memiliki Peran Ganda” menyebutkan bahwa beban tanggung jawab yang diterima karyawan yang bekerja dirasa tidak mudah, tidak jarang dari mereka mendapatkan tekanan tugas dari kampus maupun tugas-tugas dari atasan secara bersamaan dan hal tersebut menyebabkan karyawan merasakan kebingungan dalam memperioritaskan sesuatu, mengalami kelelahan, serta memiliki kesehatan fisik yang buruk dan mengalami stress. Dan dalam memenuhi tugas-tugas tersebut karyawan tidak memiliki kesempatan untuk beristirahat dengan cukup ditambah dengan banyaknya tuntutan dari lingkungan sekitar yang kurang berusaha memahami serta mengerti kondisi mereka menyebabkan karyawan merasa tidak dapat bergantung kepada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada 3 mahasiswa yang bekerja sambil kuliah, dimana dikatakan bahwa 2 dari 3 mahasiswa mengalami permasalahan terkait dengan dukungan sosial, seperti mahasiswa lain cenderung tidak peduli ketika ada temannya yang sedang mengalami kesulitan dan kurangnya rasa empati sesama mahasiswa seringkali membuat mereka saling menyakiti satu sama lain baik itu dilakukan secara verbal maupun non-verbal. Kemudian tingginya tuntutan orang tua terhadap anak untuk selalu mendapatkan hasil yang sempurna tanpa didukung dengan fasilitas yang memadai dapat menjadikan mahasiswa merasa tertekan serta mengalami penurunan prestasi.

[5] Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sukma & Panjaitan (2018) mengenai “Dukungan Sosial Dan Hubungannya Dengan Tingkat Depresi Pada Narapidana Anak” yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial (appraisal support dan belonging support) dengan tingkat depresi pada narapidana anak. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kategorisasi, dimana responden dengan dukungan sosial rendah memiliki presentase sebesar 52,7% dan dukungan sosial tinggi memiliki presentase sebesar 47,3%. Sarafino menjelaskan dukungan sosial sebagai bentuk kenyamanan, penghargaan serta layanan yang diberikan oleh orang lain baik itu kelompok maupun individu yang dapat memunculkan perasaan dicintai dan diperhatikan pada diri individu yang menerima [6]. Sumber dukungan sosial dapat diperoleh dari keluarga, teman, rekan kerja hingga lingkungan sekitarnya. Individu yang tidak disediakan atau kurang mendapatkan dukungan sosial akan merasa bahwa dirinya tidak berharga dan terisolasi serta memicu munculnya perasaan-perasaan negatif seperti mudah frustasi, gampang menyerah, pesimis, tidak bersemangat dan tidak memiliki tujuan atau target dalam hidupnya [7]. Sedangkan Individu yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi akan memiliki keuntungan yaitu bisa mengoptimalkan dirinya dengan baik dalam menghadapi permasalahan dikehidupan saat ini dan kehidupan yang akan datang serta akan memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dan individu akan lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya seperti bagaimana cara beradaptasi dengan stres serta meningkatkan keterampilan interpersonalnya [8].

Ada berbagai macam dukungan sosial yang dapat diterima oleh mahasiswa yang bekerja sambil kuliah. [9] Menurut Sarafino terdapat empat aspek dukungan sosial yang dapat diterima oleh mahasiswa yaitu: 1) dukungan emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian dan perhatian dapat membuat individu merasa dihargai, dicintai dan diperhatikan. 2) Dukungan penghargaan yang ditunjukan lewat ungkapan hormat positif pada orang lain dengan memberikan dorongan untuk maju serta memberikan persetujuan dalam bentuk gagasan ataupun perasaan. 3) Dukungan instrumental yang dapat ditunjukan lewat bantuan secara langsung berupa material maupun fasilitas. 4) Dukungan informatif yang meliputi pemberian nasihat, saran, petunjuk, serta masukan yang diperoleh dari orang lain. Pemberian dukungan sendiri tidak lantas diberikan secara tiba-tiba kepada mahasiswa namun harus mempertimbangkan beberapa hal terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar dukungan sosial yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan mahasiswa. Menurut Stanley terdapat tiga faktor yang mempengaruhi seseorang membutuhkan dukungan sosial yaitu kebutuhan psikis, kebutuhan sosial dan kebutuhan fisik. Dimana ketiga faktor tersebut nantinya akan dijadikan pertimbangan untuk menentukan dukungan sosial seperti apa yang akan diberikan kepada mahasiswa. Oleh karena itu, dukungan sosial sendiri dianggap penting bagi mahasiswa yang bekerja sambil kuliah karena dengan adanya dukungan sosial mahasiswa akan merasa bahwa dirinya didukung oleh lingkungan sehingga permasalahan yang dihadapinya menjadi lebih mudah dan tidak menekan. [10] Hal tersebut sejalan dengan Taylor yang mengatakan bahwa ketika individu mengalami stress, maka pemberian dukungan sosial dapat menurunkan psychological distress yang meliputi depresi hingga kecemasan dan dukungan sosial tersebut akan membantu mahasiswa untuk lebih bahagia.

Berdasarkan ringkasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran dukungan sosial pada mahasiswa bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran dukungan sosial pada mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil statistik dari suatu fenomena yang ada dan disajikan dalam bentuk deskriptif tanpa membuat perbandingan, menghubungkan atau mengkorelasikan dengan variabel atau fenomena lainnya. Variabel penelitian ini yaitu dukungan sosial. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang berjumlah 3695 mahasiswa. Sampel diambil sebanyak 320 mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dan diambil berdasarkan tabel Issac & Michael dengan taraf kesalahan 5%. Teknik sampling penelitian ini menggunakan teknik insidental sampling, dimana penentuan sampel diambil berdasarkan kebetulan dan memiliki kecocokan sebagai sumber data [11].

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu dengan model skala Likert. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 26 aitem pernyataan yang disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek dukungan sosial menurut Sarafino seperti dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan dan dukungan informatif. Aitem valid pada penelitian ini memiliki nilai koefisien yang bergerak dari 0,307-0,729 dengan reliabilitas aitem valid sebesar 0,916. Teknik analisis yang digunakan yaitu statistik deskriptif dimana hasil penelitian akan disaajikan melalui tabel, diagram lingkaran, grafik atau dengan perhitungan peresentase yang akan dijelaskan dengan menggunakan kalimat deskriptif.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

1. Kategorisasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tinggi 81 25.3 25.3 25.3
Sedang 178 55.6 55.6 80.9
Rendah 61 19.1 19.1 100.0
Total 320 100.0 100.0
Table 1.Frekuensi Tingkat Dukungan Sosial

Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa yang bekerja sambil kuliah memiliki nilai dukungan sosial tinggi sebanyak 81 mahasiswa dengan frekuensi 25,3%. Sedangkan mahasiswa yang bekerja sambil kuliah memiliki nilai dukungan sosial sedang sebanyak 178 mahasiswa dengan frekuensi 55,6% dan mahasiswa bekerja sambil kuliah yang memiliki nilai rendah sebanyak 61 mahasiswa dengan frekuensi 19,1%. Maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki tingkat dukungan sosial sedang.

2. Tingkatan Dukungan Sosial Pada Mahasiswa Yang Bekerja Sambil Kuliah Berdasarkan Tiap Aspeknya

Aspek Kategori Jumlah % Mean
DukunganEmosional Tinggi 81 25,3%
Sedang 158 49,4%
Rendah 81 25,3%
Total 320 100% 16,887
Table 2.Aspek Dukungan Emosional

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dukungan sosial pada 320 mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada aspek dukungan emosional menunjukkan bahwa sebagian kecil responden dengan nilai presentase 25,3% yang berjumlah 81 mahasiswa berada di kategori tinggi. Setengah responden dengan nilai presentase sebesar 49,4% yang berjumlah 158 mahasiswa berada pada kategori sedang. Sedangkan sebagian kecil responden yang jumlah 81 mahasiswa dengan nilai presentase sebesar 25,3% berada pada kategori rendah.

Aspek Kategori Jumlah % Mean
DukunganInstrumental Tinggi 85 26,6%
Sedang 142 44,4%
Rendah 93 29,1%
Total 320 100% 8,515
Table 3.Aspek Dukungan Instrumental

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dukungan sosial pada 320 mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada aspek dukungan instrumental menunjukkan bahwa hampir setengah responden dengan presentase 26,6% yang berjumlah 85 mahasiswa berada pada kategori rendah. Hampir setengah responden lainnya dengan presentase 44,4% yang berjumlah 142 mahasiswa berada di kategori sedang Sedangkan hampir setengah responden dengan presentase 29,1% yang berjumlah 93 mahasiswa berada pada kategori rendah.

Aspek Kategori Jumlah % Mean
DukunganPenghargaan Tinggi 79 24,7%
Sedang 202 63,1%
Rendah 39 12,2%
Total 320 100% 22,453
Table 4.Aspek Dukungan Penghargaan

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dukungan sosial pada 320 mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada aspek dukungan penghargaan menunjukkan bahwa sebagian responden dengan presentase 24,7% yang berjumlah 79 mahasiswa berada pada kategori tinggi. Pada sebagian besar responden dengan presentase 63,1% yang berjumlah 202 mahasiswa berada di kategori sedang. Sedangkan sebagian kecil responden lainya dengan presentase sebesar 12,2% yang berjumlah 39 mahasiswa berada pada kategori rendah.

Aspek Kategori Jumlah % Mean
DukunganInformatif Tinggi 79 24,7%
Sedang 181 56,6%
Rendah 60 18,8%
Total 320 100% 25,971
Table 5.Aspek Dukungan Informatif

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dukungan sosial pada 320 mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo pada aspek dukungan informatif menunjukkan bahwa setengah responden dengan presentase 44,7% yang berjumlah 79 mahasisw berada pada kategori tinggi. Pada sebagian besar dengan presentase 56,6% yang berjumlah 181 mahasiswa berada pada kategori sedang. Sedangkan sebagian kecil responden lainnya dengan presentase 18,8% yang 60 mahasiswa berada pada kategori rendah.

3. Gambaran Dukungan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kategori Jumlah %
Perempuan Tinggi 39 18%
Sedang 122 62%
Rendah 35 20%
Total 196 100%
Table 6.Tingkat Dukungan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan
Jenis Kelamin Kategori Jumlah %
Laki-Laki Tinggi 21 17%
Sedang 82 66%
Rendah 21 17%
Total 124 100%
Table 7.Tingkat Dukungan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 320 responden terdapat sebanyak 196 responden berjenis kelamin perempuan dan 124 responden berjenis kelamin laki-laki. Melalui data tersebut diketahui bahwa sebagian responden perempuan dengan presentase 18% yang berjumlah 39 responden memiliki tingkat dukungan sosial tinggi. Kemudian sebagian besar responden perempuan dengan presentase 62% yang berjumlah 122 responden memiliki tingkat dukungan sosial sedang. Lalu sebagian kecil lainnya dengan presentase 20% yang berjumlah 35 responden memiliki tingkat dukungan sosial rendah. Sedangkan sebagian kecil responden laki-laki dengan presentase 17% yang berjumlah 21 responden memiliki tingkat dukungan sosial tinggi. Kemudian sebagian besar responden laki-laki dengan presentase 66% yang berjumlah 82 responden memiliki tingkat dukungan sosial sedang dan sebagian kecil responden lainnya dengan presentase 17% yang berjumlah 21 responden memiliki tingkat dukungan sosial rendah. Dengan begitu, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat dukungan sosial pada responden perempuan dan laki-laki lebih dominan berada di tingkat yang sedang.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial pada mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo berada pada kategori sedang. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar mahasiswa yang bekerja sambil kuliah memiliki nilai persentase sebesar 55,6%. [12] Menurut Johnson dan Jhonson dukungan sosial merupakan keberadaan dari individu lain yang dapat diandalkan untuk memberikan semangat, perhatian, bantuan serta penerimaan, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan. Artinya, mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menerima dukungan sosial mampu mengoptimalkan dirinya dengan baik dalam hal memotivasi dirinya sendiri serta memiliki kemampuan untuk meningkatkan keterampilan interpersonalnya.

Dilihat dari aspek dukungan emosional diketahui bahwa setengah responden memiliki presentase sebesar 49,4% dan berada dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden (49,4%) mahasiswa yang bekerja sambil kuliah yang mendapatkan dukungan emosional akan lebih bisa memanfaatkan dukungan sosial untuk mengurangi tingkat stressor yang disebabkan oleh kelebihan beban peran. Hal ini selaras dengan penjelasan Sukma & Panjaitan (2018) yang menyatakan bahwa individu yang mendapatkan bantuan, perhatian serta penguatan dari orang lain akan mampu meningkatkan kesejahteraan emosionalnya sehingga individu akan terhindar dari gangguan kesehatan mental seperti depresi. Selain itu mahasiswa yang memperoleh dukungan emosional akan merasa bahwa dirinya diterima dan dihargai sehingga mahasiswa akan memiliki kepercayaan diri ketika berinteraksi dengan individu lain dan hal itu akan meningkatkan harga diri mahasiswa. Bukan hanya itu saja dukungan yang diterima mahasiswa juga akan memberikan efek positif bagi mahasiswa yang bekerja serta akan mempengaruhi kebahagiaan mahasiswa yang bekerja seperti kepuasan hidup, motivasi, prestasi akademik, penyesuaian dan konsep diri yang baik, serta kemampuan dalam beradaptasi dan bersosialisasi dalam lingkungan, sehingga hal itu dapat membuat individu sehat secara psikologis.

Kemudian pada aspek dukungan instrumental sebagian besar responden berada dalam kategori sedang dengan nilai presentase 56,6%. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang bekerja sambil kuliah sudah memperoleh bantuan materi maupun non materi dari orang lain. Oleh karena itua, mahasiswa yang bekerja sambil kuliah yang mendapatkan bantuan berupa uang, barang, layanan hingga umpan balik akan merasa jauh lebih tenang dan aman karena mereka merasa ada seseorang yang bisa diandalkan saat menghadapi masalah dan kesulitan. [13] Hal tersebut juga didukung oleh Tam yang menyatakan bahwa anak perempuan lebih membutuhkan bantuan dari teman atau keluarga seperti membantu mengantarkan ke dokter ketika sakit atau membantu memberikan pinjaman barang, dibandingkan laki-laki yang lebih sering berusaha sendiri ketika hal tersebut terjadi karena dukungan sosial yang dirasakan anak perempuan dan laki-laki berbeda secara psikologis.

Selanjutnya aspek dukungan penghargaan, sebagian besar responden dengan presentase sebesar 63,1% memiliki aspek dukungan penghargaan dengan kategori sedang. Hal ini menjadi bukti bahwa penghargaan atau pengakuan yang diterima dari orang lain akan membuat mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dapat meningkatkan aktualisasi dirinya dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai karyawan dan mahasiswa. [14] Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Lestari & Tatiyani (2019) yang menyatakan bahwa pemberian dukungan penghargaan akan membantu mahasiswa melihat sisi segi positif yang ada pada dirinya dibandingkan dengan orang lain dan hal itu akan membentuk kepercayaan diri mahasiswa serta menumbuhkan perasaan bahwa mereka berguna dan dihargai. Sanderson juga menambahkan bahwa dukungan sosial sebagai bentuk penghargaan yang diterima oleh mahasiswa dari orang lain seperti keluarga, teman maupun lingkungan sekitarnya yang dapat membuat mahasiswa akan memunculkan perasaan nyaman dan aman.

Sedangkan pada aspek dukungan informatif, sebagian besar responden dengan presentase sebesar 56,6% memiliki dukungan informatif yang berada pada kategori sedang. Hal ini menjadi bukti bahwa mahasiswa yang bekerja sambil kuliah yang menerima saran, masukan serta nasehat dari orang lain akan lebih bisa mengambil keputusan mengenai dirinya sendiri. Mahasiswa yang memperoleh dukungan informatif yang sesuai akan lebih yakin terhadap apa yang akan dikerjakannya dan hal itu dapat meningkatkan prestasi akademik yang dimiliki oleh mahasiswa yang bekerja sambil kuliah. Selain itu, mahasiswa akan lebih bisa membatasi masalahnya serta berusaha untuk mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya sendiri dengan begitu mahasiswa akan lebih bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya dengan lebih baik lagi. [15] Sedangkan Schneiders menambahkan bahwa dengan adanya dukungan sosial yang diberikan satu sama lain baik berupa nasehat, motivasi atau saling memberikan masukan akan memberikan dampak positif bagi individu seperti peningkatan prestasi belajar. Oleh karena itu memberikan dukungan sosial dapat dianggap sangat berarti bagi individu karena dapat membangkitkan rasa percaya diri dan mampu membuat individu terhindar dari rasa pesimis dan rasa tidak berarti. Namun, apabila dukungan sosial yang diberikan terlalu berlebihan akan menjadikan individu besar kepala dan menjadikan dukungan sosial sebagai pembenaran terhadap suatu perbuatan yang salah [16].

Apabila ditinjau berdasarkan jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki menunjukkan tingkatan yang sama dalam menerima dukungan sosial. Hal ini ditunjukkan oleh data penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden perempuan memiliki nilai persentase sebesar 66% dari 196 responden, sedangkan sebagian besar responden laki-laki memiliki nilai persentase sebesar 62% dari 124 responden dan keduanya menunjukkan berada pada kategori sedang (seimbang). Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa mahasiswa perempuan maupun mahasiswa laki-laki memiliki jumlah proposisi yang sama dalam menerima dukungan sosial. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Wijayanti et al., (2020) yang menyatakan bahwa baik responden laki-laki maupun responden perempuan berhak mendapatkan dukungan serta memiliki banyak kesempatan dalam memperoleh haknya salah satunya dalam hal pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa terdapat limitasi atau keterbatasan dalam penelitian ini, seperti minimnya jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini mengingat tema yang digunakan bersifat umum dan terjadi pada lingkup yang luas serta peneliti ini hanya menggunakan satu variabel saja, padahal jika ingin dikaji lebih dalam lagi variabel dukungan sosial dapat dihubungkan dengan beberapa variabel psikologis lainnya.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial pada sebagian besar responden dari 320 mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo berada dalam kategori sedang dengan presentase 55,6%, baik pada mahasiswa berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Artinya mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menerima dukungan sosial dengan takaran yang seimbang sehingga mahasiswa mampu mengoptimalkan dirinya dengan baik dalam hal memotivasi dirinya sendiri serta memiliki kemampuan untuk meningkatkan keterampilan interpersonalnya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarakan kepada mahasiswa yang bekerja sambil kuliah untuk bisa meningkatkan dukungan sosial yang diterimanya dengan cara membuka diri kepada orang lain seperti berdiskusi dengan orang tua atau teman ketika sedang kebinggungan dalam menentukan pilihan atau meminta bantuan berupa tenaga ketika memang tidak dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Peneliti juga menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menggunakan lingkup yang lebih besar dan luas serta diharapkan untuk dikaji ulang dengan perspektif teori dan variabel psikologis lainnya seperti hubungan dukungan sosial dengan kepercayaan diri dan sebagainya.

References

  1. F. J. Sapardo, “Hubungan Dukungan Sosial Dengan Koping Stres Pada Mahasiswa Merantau Yang Bekerja,” Asian J. Account. Res., vol. 7, no. 2, pp. 217–224, 2019, [Online]. Available: http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/4776.
  2. R. P. Ferdiawan, S. T. Raharjo, and H. A. Rachim, “Coping Strategi Pada Mahasiswa Yang Bekerja,” vol. 7, no. 1, pp. 199–207, 2020, doi: https://doi.org/10.24198/jppm.v7i1.22786.
  3. T. Felix, W. Marpaung, and M. El Akmal, “Peranan Kecerdasan Emosional Pada Pemilihan Strategi Coping Pada Mahasiswa yang Bekerja,” Pers. J. Psikol. Indones., vol. 8, no. 1, pp. 39–56, 2019, doi: https://doi.org/10.30996/persona.v8i1.2377.
  4. Y. Kurniawati, R. A. P. Rini, and E. A. Ariyanto, “Hubungan antara Dukungan Sosial dan Status Karyawan dengan Strategi Coping pada Masa Mahasiswa yang Memiliki Peran Ganda,” Pers. J. Psikol. Indones., pp. 1–13, 2022, doi: 2615-5168.
  5. F. M. Sukma and R. U. Panjaitan, “Social Support And Relationship With The Level Of Depression In Children's Invitation,” J. Keperawatan, vol. 6, no. 2, pp. 83–90, 2018, doi: https://doi.org/10.26714/jkj.6.2.2018.83-90.
  6. I. Hanapi and I. M. Agung, “Dukungan sosial teman sebaya dengan self efficacy dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa,” J. RAP UNP, vol. 9, no. 1, pp. 37–45, 2018, doi: https://doi.org/10.24036/rapun.v9i1.10378.
  7. M. Zulkarnain, E. Y. D. Sari, and Purwadi, “Peranan dukungan sosial dan self esteem dalam meningkatkan motivasi belajar,” Pros. Semin. Nas. Psikol. Univ. Ahmad Dahlan, pp. 447–453, 2019, [Online]. Available: http://seminar.uad.ac.id/index.php/snmpuad/article/view/3457.
  8. M. D. Y. Santoso, “Review Article: Dukungan Sosial Dalam Situasi Pandemi Covid-19,” J. Litbang Sukowati, vol. 5, no. 1, pp. 11–26, 2021, doi: 10.32630/sukowati.v5i1.184.
  9. L. Muflihah and S. I. Savira, “Pengaruh Persepsi Dukungan Sosial Terhadap Burnout Akademik Selama Pandemi,” J. Penelit. Psikol., vol. 8, no. 2, pp. 201–211, 2021, [Online]. Available: https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/40975/35374.
  10. J. Harijanto and J. L. Setiawan, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Kebahagiaan Pada Mahasiswa Perantau Di Surabaya,” Psychopreneur J., vol. 1, no. 1, pp. 85–92, 2017, doi: https://doi.org/10.37715/psy.v1i1.361.
  11. P. D. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,” in Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, P. D. Sugiyono, Ed. Bandung: ALFABET, 2016, p. 334.
  12. M. F. Nugraha, “Dukungan Sosial dan Subjective Well Being Siswa Sekolah Singosari Delitua,” J-P3K J. Penelit. Pendidikan, Psikol. Dan Kesehat., vol. 1, no. 1, pp. 1–7, 2020, doi: https://doi.org/10.51849/j-p3k.v1i1.5.
  13. R. Wijayanti, E. Sunarti, and D. Krisnatuti, “Peran Dukungan Sosial dan Interaksi Ibu-Anak dalam Meningkatkan Kesejahteraan Subjektif Remaja pada Keluarga Orang Tua Bekerja,” J. Ilmu Kel. dan Konsum., vol. 13, no. 2, pp. 125–136, 2020, doi: 10.24156/jikk.2020.13.2.125.
  14. M. I. Lestari and Tatiyani, “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kebermaknaan Hidup pada Remaja di Yayasan Panti ASuhan Muslimin di Jakarta Pusat,” 2019, [Online]. Available: http://repository.upi-yai.ac.id/659/.
  15. S. Patty, S. Wijono, and A. Setiawan, “Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya, Kontrol Diri, Dan Jenis Kelamin Dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sma Kristen Ypkpm Ambon,” Psikodimensia, vol. 15, no. 2, pp. 204–235, 2016, doi: 10.24167/psiko.v15i2.989.
  16. D. Widiantoro, S. Nugroho, and Y. Arief, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dari Dosen Dengan Motivasi Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa,” J. An-nafs Kaji. Penelit. Psikol., vol. 4, no. 1, pp. 1–14, 2019, doi: https://doi.org/10.33367/psi.v4i1.649.