Teacher Strategies for Developing Creative Character in Muhammadiyah Elementary Students
Strategi Guru dalam Mengembangkan Karakter Kreatif pada Siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah
DOI:
https://doi.org/10.21070/jims.v7i1.1641Keywords:
Teacher Strategies, Creative Character, Muhammadiyah School, Qualitative Research, Elementary EducationAbstract
General Background: Character education has become a vital foundation in Indonesian schools, aiming to cultivate students who are not only knowledgeable but also creative and responsible citizens. Specific Background: In Muhammadiyah elementary schools, particularly at Muhammadiyah 8 Tulangan, challenges persist as creativity is often difficult to assess, and many students show low confidence in their potential. Knowledge Gap: Limited studies explore teacher strategies in fostering creative character within Muhammadiyah educational settings. Aims: This study seeks to provide an in-depth description of teacher strategies in developing creative character among grade IV students. Results: Using qualitative descriptive methods with interviews, observations, and documentation, the findings show that teachers implemented interactive approaches such as discussions, debates, and discovery learning to stimulate students’ creative thinking. Students demonstrated improved confidence, the ability to generate original ideas, and active participation in learning activities. Novelty: The research highlights the integration of character education with creative learning strategies in a Muhammadiyah school context, showing how these methods strengthen both academic and personal growth. Implications: The study underscores the importance of structured character-based teaching strategies to nurture creativity, providing practical insights for teachers and educational policymakers in shaping creative and confident learners.
Highlights:
-
Creative character linked with students’ confidence and self-concept.
-
Teacher strategies foster interactive and student-centered learning.
-
Practical insights for Muhammadiyah schools in character development.
Keywords: Teacher Strategies, Creative Character, Muhammadiyah School, Qualitative Research, Elementary Education
Pendahuluan
Pendidikan karakter sejatinya bukanlah konsep yang asing di kalangan masyarakat Indonesia. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk pendidikan karakter dengan berbagai nama dan bentuk yang beragam. Undang-Undang pertama mengenai pendidikan nasional adalah UU 1946 yang berlaku sejak tahun 1947, yang kemudian disusul oleh Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Dalam pasal 3 undang-undang ini, dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional memiliki tugas untuk mengembangkan dan membentuk karakter serta budaya bangsa yang bermartabat, dengan harapan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tujuannya adalah untuk menggali potensi siswa agar menjadi individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki budi pekerti yang baik, sehat, berilmu, terampil, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. [1]. Salah satu istilah yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 1989 adalah "kreatif”. Menurut ketentuan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, salah satu tujuan dari pendidikan adalah menciptakan manusia berkualitas yang memiliki kreativitas. Kreativitas menginspirasi pertumbuhan pribadi agar individu dapat mewujudkan potensi mereka, yang merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang unik, tidak konvensional, dan sangat adaptif dalam menanggapi serta mengembangkan berbagai aktivitas [2]. Menyusul pernyataan tersebut, secara jelas pusat kurikulum telah menetapkan karakter kreatif sebagai salah satu dari 18 karakter yang perlu dikembangkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Karakter kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk berpikir dan bertindak dalam menciptakan metode atau hasil yang inovatif dari apa yang sudah ada.
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan karakter, pikiran, dan fisik anak, sehingga anak bisa berkembang dengan baik. [3]. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah bagian yang sangat penting dan harus ada dalam sistem pendidikan kita. Banyaknya tindakan yang tidak bermoral dari kalangan pelajar menunjukkan bahwa pendidikan karakter di Indonesia belum sepenuhnya berhasil. Karakter seharusnya dapat membentuk orang-orang yang berperilaku baik, tetapi justru yang terjadi adalah munculnya orang-orang yang tidak bermoral. Jika diteliti lebih lanjut, Indonesia sebenarnya memiliki konsep pendidikan karakter yang bagus, seperti Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro, serta adanya 18 nilai karakter yang ditetapkan oleh pemerintah. Namun, nilai-nilai karakter tersebut belum sepenuhya diterapkan dengan baik. Tampaknya, bukan masalah pada nilai-nilai karakternya, tetapi pada cara atau proses penyampaian nilai-nilai tersebut. [4].
Sebagaimana yang kita ketahui, proses pembelajaran di sekolah sering kali lebih memfokuskan pada penyampaian pengetahuan ketimbang penanaman nilai-nilai atau karakter. Padahal, pengembangan nilai dan karakter merupakan aspek yang sangat penting dalam pendidikan. Banyak guru yang berlomba-lomba untuk menyampaikan materi sebanyak mungkin kepada para siswa, tanpa memberikan perhatian yang memadai terhadap nilai-nilai tersebut [5]. Fenomena ini tidak tanpa alasan. Kurikulum yang sangat padat dengan beragam materi menuntut para guru untuk menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat. Akibatnya, orientasi dalam mengajar seringkali beralih dari upaya membentuk siswa menjadi individu berakhlak mulia, menjadi fokus pada pemenuhan target penyampaian materi. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengerjakan ujian dengan baik dan meraih nilai tinggi. Selain itu, para pelajar sering kali dihadapkan pada sejumlah besar pekerjaan rumah, yang mengurangi kesempatan mereka untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-teman. Akhirnya, masa pertumbuhan serta bersosialisasi dan menemukan identitas diri mereka harus dikorbankan hanya untuk menuliskan jawaban di atas selembar kertas. “nilai”
Sebagaimana umum terjadi di lembaga pendidikan, isu mengenai kreativitas sering kali dianggap sulit untuk diajarkan dan diukur. Sesungguhnya, kreativitas berakar dari dorongan dan tindakan terhadap lingkungan yang mendukung, yang pada gilirannya memungkinkan terwujudnya kreativitas tersebut. Meskipun demikian, terdapat kecenderungan yang menghambat pengembangan kreativitas siswa [6]. sehingga kreativitas mereka terasa tidak tampak karena jarang diekspresikan dan sering kali dianggap tidak memiliki nilai. Hal ini berakibat pada kurangnya pengembangan bakat kreatif yang dimiliki siswa. Saat ini, sistem pendidikan belum sepenuhnya efektif dalam mengembangkan siswa menjadi orang yang kreatif. Sebagian besar dari mereka lebih dilatih untuk menjadi pekerja teknis, daripada seorang pemikir yang visioner. Baik isi pelajaran maupun cara belajar yang diterima di sekolah terlihat kurang membantu mereka dalam menghadapi kehidupan di dunia nyata.Ketidakoptimalan dalam proses pengembangan kreativitas ini berdampak pada perkembangan konsep diri siswa, yang mengakibatkan banyak siswa kurang percaya diri terhadap potensi yang dimiliki. Padahal, kesuksesan seseorang sangat dipengaruhi oleh cara pandang individu terhadap kompetensi diri [7]. Pandangan negatif mengenai kemampuan diri menyebabkan siswa memandang setiap tugas yang diberikan sebagai tantangan yang sulit untuk diterima. Oleh karena itu, pemahaman mengenai konsep diri sangatlah penting. Anak-anak yang memiliki tingkat kreativitas tinggi cenderung dapat menghasilkan karya yang lebih banyak di masa depan dan menciptakan hal-hal baru yang melampaui imajinasi kita.
Menanggapi permasalahan ini, para pendidik diharapkan memiliki strategi khusus untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa [8]. Penyempurnaan kualitas pembelajaran siswa harus dilakukan agar mereka dapat meningkatkan kreativitas baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.Perkembangan konsep diri yang optimal adalah kunci untuk membentuk pribadi yang kreatif. Faktor yang berperan dalam perkembangan konsep diri anak sangatlah penting, karena konsep diri menjadi penentu utama keberhasilan perkembangan mereka. Selain itu, konsep diri juga mencerminkan penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang terwujud dalam sikap dan karakter yang dimiliki. Seiring berjalannya waktu, konsep diri ini dapat berubah, dipengaruhi oleh citra diri yang positif maupun negatif. Di sinilah peran guru sangat penting dalam merangsang kreativitas siswa. Ketika siswa mampu berpikir kreatif, mereka akan termotivasi untuk belajar, yang tentunya akan memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Dengan inisiatif dan dorongan dari dalam diri mereka, pencapaian hasil belajar yang maksimal pun akan menjadi lebih mudah dan terjangkau. Hal yang sama juga berlaku bagi siswa yang berusaha mencapai prestasi optimal dengan bimbingan orang-orang di sekitarnya. Mengingat masa ini adalah periode pencarian identitas diri, konsep diri mereka cenderung belum sepenuhnya objektif [9]. Oleh karena itu, penting untuk memahami perkembangan kreativitas dan konsep diri pada anak SD. Untuk itu, perlu adanya kajian studi kasus yang membahas “strategi dalam pengembangan karakter kreatif siswa”.
Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik dalam bentuk gagasan maupun karya, yang biasanya memiliki perbedaan dengan karya-karya sebelumnya [10]. Ini adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mencerminkan kemajuan dalam proses berpikir, yang ditandai dengan serangkaian perubahan, keberanian mengambil langkah baru, serta integrasi antara berbagai tahap perkembangan. Secara definisi, seseorang yang kreatif adalah mereka yang mampu menjawab pertanyaan dengan pemahaman pribadi, menciptakan berbagai hal, memiliki daya imajinasi yang kuat, dan selalu ingin memperoleh pengalaman baru [11]. Untuk mengembangkan kreativitas ini, diperlukan perencanaan yang matang, pendekatan yang tepat, serta metode dan media pembelajaran yang efektif. Melalui pendidikan karakter, diharapkan kualitas generasi muda dapat berkembang dalam berbagai aspek. Pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak dini untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia.
Pendidikan karakter kreatif semakin mendapat perhatian penting di era saat ini, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang membawa dampak negatif melalui situs-situs dan perilaku yang kurang mendidik bagi remaja dan anak-anak sekolah [12]. Penerapan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah-sekolah memiliki potensi signifikan dalam menumbuhkan perilaku positif di kalangan siswa. Kreativitas muncul dari rasa ingin tahu dan keterbukaan alami individu, terutama ketika mereka mengamati lingkungan sekitarnya dengan penuh rasa kagum. Selain itu, kreativitas juga dipicu oleh elemen misteri, keceriaan, serta pemberdayaan diri yang dirasakan individu saat mereka menyadari kemampuan mereka untuk mempengaruhi dunia di sekitar mereka [13]. Hal ini menjadi sangat penting ketika individu bersedia menjelajahi lingkungan di sekitarnya. Dengan pendekatan ini, individu akan lebih dekat dengan proses kreatif dan mampu melakukan pengamatan serta perhatian yang lebih mendalam. Di abad ke-21, Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang unggul, kreatif, dan terampil untuk menciptakan karya-karya inovatif [14]. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan kurikulum pendidikan di tingkat sekolah dasar (SD) yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar keterampilan kreatif. Dengan demikian, siswa akan mampu bekerja sama, memahami potensi diri, meningkatkan kinerja, serta berkomunikasi secara efektif dalam upaya memecahkan berbagai permasalahan [15]. Dengan demikian, pembelajaran di SD Muhammadiyah 8 Tulangan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan semata, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks melalui keterampilan kreatif mereka.
Tujuan Pendidikan karakter kreatif di sekolah
Pusat Pengkajian Pedagogi melakukan analisis terhadap pengembangan pendidikan karakter. Tujuan pendidikan karakter dalam konteks pendidikan nasional tidak dapat mengabaikan landasan konseptual dari filosofi pendidikan yang bersifat membebaskan serta mampu mempersiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup dan berhasil menghadapi tantangan zaman [16]. Kesuma menegaskan bahwa tujuan pendidikan di sekolah mencakup: a) Pengembangan dan penguatan norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan berpotensi membentuk kepribadian siswa secara khas sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan. b) Evaluasi terhadap sikap atau perilaku siswa yang tidak sesuai dengan norma atau nilai yang diterapkan di sekolah. c) Mempererat hubungan yang harmonis dan sinkron antara keluarga dan masyarakat dalam menjalankan tanggung jawab bersama dalam pendidikan karakter [17]. Sebagian besar guru masih belum memiliki kesadaran penuh terhadap hal ini, meskipun begitu, kesadaran tersebut belum sepenuhnya terwujud dalam bentuk tindakan nyata. Berdasar latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dikaji di sini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana strategi guru mengembangkan karakter kreatif pada siswa kelas 4 di SD Muhammadiyah 8 Tulangan?” Adapun tujuan penulisan artikel dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang pengembangan karakter kreatif pada siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 8 Tulangan sehingga dapat digunakan sebagai referensi para pembaca terutama para guru dan kepala sekolah ketika mengembangkan karakter kreatif pada siswa di sekolahnya masing-masing.
Metode
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode ini memanfaatkan data kualitatif yang disajikan secara deskriptif [18]. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis kondisi objek alamiah dengan mempelajarinya secara mendalam, bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memberikan jawaban yang detail mengenai permasalahan yang diteliti [19]. Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada pengembangan pendidikan karakter kreatif di SD Muhammadiyah 8 Tulangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti memilih SD Muhammadiyah 8 Tulangan sebagai lokasi penelitian karena sekolah ini dikenal sebagai institusi kreatif, yang mendorong peneliti untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang penerapan pendidikan karakter kreatif di lingkungan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membangun karakter individu merupakan suatu tugas yang kompleks dan tidak dapat dilakukan secara instan. Teladan menjadi salah satu elemen fundamental dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, dengan dampak yang mungkin sangat besar namun sering kali tidak disadari. Dalam konteks lingkungan pendidikan, peran guru memiliki signifikansi yang sangat vital; perilaku yang ditunjukkan oleh mereka akan dijadikan acuan keteladanan bagi para siswa. Seorang guru memiliki potensi yang besar dalam membentuk karakter baik maupun buruk pada anak didiknya. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai pemimpin di dalam kelas. Karakter seorang pemimpin merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan maupun kegagalan mereka. Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh usaha untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan positif yang dapat membentuk karakter anggota kelompoknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yusron Aminulloh, guru memiliki peran strategis dalam menentukan masa depan bangsa, bahkan menjadi sosok yang paling penting dalam kemajuan peradaban. Seorang guru tidak hanya hidup untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga berfungsi sebagai cermin yang indah bagi ratusan ribu, bahkan jutaan siswa yang setiap hari berinteraksi dengan mereka [20].
Karakter yang ingin di kuatkan dalam penelitian ini adalah karakter kreatif. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Tujuan dalam pembelajaran kreatif di Sekolah Kreatif adalah mewujudkan anak-anak yang kreatif, yaitu anak-anak yang cerdas dan berkarakter. Di sini menunjukkan bahwa fondasi utama anak-anak belajar untuk kreatif. Kreatif inilah yang nanti akan membawa implikasi cerdas dan berkarakter. Kreatif merupakan sebuah tindakan. Tindakan dalam mewujudkan pemikiran dan ide melalui serangkaian aktivitas yang mendalam untuk menciptakan sebuah karya. Karya tersebut bisa berupa ide, aktivitas, hasil seni, hingga pertunjukan yang memiliki ciri khas tertentu yang menarik minat banyak orang. Kreatif adalah cara berpikir dan bertindak untuk menciptakan metode atau hasil yang baru dari apa yang sudah ada.
Hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi menunjukkan bahwa siswa di SD Muhammadiyah 8 Tulangan memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan ide-ide mereka. Mayoritas siswa juga menunjukkan pemahaman yang tinggi, yang mendukung tingkat kreativitas berpikir mereka. Namun, terdapat beberapa siswa yang masih menghadapi tantangan dalam mengasah kreativitas berpikir. Dalam proses pembelajaran, guru menerapkan berbagai metode untuk mendorong kebiasaan berpikir kreatif di kalangan siswa. Beberapa upaya yang dilakukan meliputi penerapan kuis atau tanya jawab setelah penjelasan materi, merangsang kemampuan berpikir siswa melalui kegiatan kreatif yang relevan dengan materi, serta menyelenggarakan debat di kelas IV untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kreativitas dapat dipahami sebagai kapasitas seseorang untuk menghasilkan komposisi, menciptakan produk, serta merumuskan ide-ide baru yang sebelumnya belum ada. Semua ini berkaitan erat dengan kegiatan imajinatif dan sintesis pemikiran, yang tidak sekadar menyusun rangkuman, tetapi juga menciptakan pola baru dari informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya. Hasil dari kreativitas ini dapat berupa produk seni, karya sastra, atau produk ilmiah, yang juga dapat bersifat prosedural dan struktural. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengimplementasikan gagasan baru dan menerapkannya dalam penyelesaian masalah. Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa kreativitas adalah sebuah gagasan yang dipakai untuk menciptakan, menerapkan, dan membuat produk baru. Selain itu, kreativitas juga sangat berhubungan dengan kemampuan untuk membuat kombinasi dengan memperhatikan hubungan antar elemen, informasi, dan hal-hal yang sudah ada sebelumnya. [21].
Mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran merupakan aspek yang sangat krusial. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidik perlu memiliki strategi pembelajaran yang tepat dan efektif. Sangat penting bagi para pendidik untuk menyediakan wadah yang memungkinkan setiap peserta didik untuk mengembangkan daya kreativitas mereka. Melalui berbagai ajang dan kegiatan, kita dapat berupaya untuk mengasah serta mengimplementasikan kreativitas peserta didik, terutama di kelas IV SD Muhammadiyah 8 Tulangan. Tanggapan yang baik terhadap pertanyaan dan jawaban dari peserta didik menjadi salah satu kunci dalam menciptakan pembelajaran yang efektiv. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang bersifat interaktif, yang melibatkan hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik [22]. Dalam konteks ini, interaksi yang positif antara guru dan siswa memiliki peranan yang sangat penting. Dengan mempertimbangkan latar belakang yang beragam dari setiap peserta didik, guru diharapkan mampu memahami setiap perbedaan tersebut. Selama proses pembelajaran berlangsung, sering kali kita menjumpai peserta didik yang mengajukan pertanyaan terkait materi yang diajarkan. Dalam situasi tersebut, respons guru seharusnya bersifat menyenangkan dan dinamis, serta penuh semangat dalam memberikan jawaban [23]. Tindakan ini merupakan salah satu cara penting dalam menumbuhkan kreativitas berpikir peserta didik.
Upaya guru dalam meningkatkan kreativitas berpikir siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 8 Tulangan merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Untuk mengembangkan kreativitas siswa, guru perlu merancang strategi pembelajaran yang tepat. Dalam situasi ini, pengajar menyediakan berbagai opsi dan cara untuk mengajarkan nilai-nilai, aturan, dan kebiasaan dalam setiap pelajaran yang diajarkan. Pengajar bisa memilih berbagai metode dalam kegiatan belajar, seperti mempersembahkan kutipan yang memiliki pesan mendalam atau peribahasa yang cocok dengan karakter, menceritakan kisah-kisah singkat, atau melakukan diskusi dalam kelompok., atau meminta siswa untuk membuat karangan pendek. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa terdapat beberapa upaya guru dalam meningkatkan kreativitas berpikir siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 8 Tulangan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong perkembangan karakter kreatif siswa. Melalui metode tanya jawab dan diskusi, guru berusaha untuk merangsang kreativitas siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa dapat menemukan banyak hal baru, mulai dari konsep yang kompleks hingga detil yang lebih sederhana. Semua ini memerlukan daya kreativitas siswa agar mereka tidak merasa terbebani dan dapat menikmati proses belajar. Setiap siswa di kelas IV SD Muhammadiyah 8 Tulangan memiliki karakteristik yang unik. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi keunikan masing-masing siswa, guru perlu menggunakan metode yang sesuai dalam pembelajaran. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan potensi kreativitas siswa dapat berkembang secara optimal.
Pemilihan model pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan karakter kreatif siswa. Model pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik berperan sebagai salah satu faktor kunci dalam keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran [24]. Salah satu model yang digunakan adalah discovery learning. Model ini mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan yang ingin disampaikan secara mandiri [25]. Pendapat ini sejalan dengan pandangan Hanafiah yang mendefinisikan discovery learning sebagai serangkaian kegiatan pembelajaran yang secara maksimal melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki dengan cara sistematis, kritis, dan logis. Dengan demikian, siswa dapat menemukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai manifestasi dari perubahan perilaku yang terjadi pada mereka [26].
Pemilihan model pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan karakter kreatif siswa . Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan peserta didik. Dalam konteks pengembangan kreativitas, penting bagi guru untuk menyediakan wadah bagi setiap siswa agar mereka dapat mengasah dan mengembangkan daya kreativitasnya [27]. Pembelajaran harian serta berbagai kegiatan ekstrakurikuler di SD Muhammadiyah 8 Tulangan merupakan salah satu upaya yang relevan dalam hal ini. Selain itu, respons positif dari guru terhadap pertanyaan dan jawaban siswa juga memegang peranan penting. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang bersifat interaktif, yang dapat menciptakan hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Memahami latar belakang siswa yang beragam menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Ketika siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang diajarkan, guru diharapkan mampu memberikan respons dengan ekspresi yang menyenangkan dan penuh semangat [28]. Proses pembelajaran yang kreatif akan tercipta apabila kegiatan belajar dapat merangsang daya kreativitas siswa, sehingga mereka memperoleh berbagai kemampuan yang bermanfaat. Ini merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menumbuhkan kreativitas berpikir siswa selama proses belajar.
Kendala yang dihadapi oleh para guru dalam upaya meningkatkan kreativitas berpikir siswa kelas IV di SD Muhammadiyah 8 Tulangan tergolong kompleks. Pada awal proses pembelajaran, sering kali terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan guru dalam mempersiapkan siswa agar siap untuk belajar serta memberikan rangsangan yang tepat, sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Peran guru menjadi sangat krusial dalam upaya meningkatkan kreativitas berpikir siswa. Kreativitas ini tidak akan berkembang secara optimal apabila guru tidak menjalankan perannya dengan maksimal. Untuk mengatasi tantangan tersebut, para guru di SD Muhammadiyah 8 Tulangan telah menerapkan beberapa solusi. Pertama, para guru memberikan tugas yang disesuaikan dengan minat siswa. Melalui penugasan yang menantang, siswa didorong untuk menciptakan karya-karya baru, baik yang bersifat autentik maupun yang telah dimodifikasi.
Selain itu, para pendidik juga memberikan apresiasi kepada peserta didik. Apresiasi, meskipun terlihat sederhana, memiliki peranan yang penting dalam setiap proses pembelajaran. Bentuk apresiasi ini dapat berupa ucapan, tindakan, atau hadiah sebagai bentuk penghargaan kepada peserta didik yang telah berkontribusi dalam berbagai aktivitas [29]. Para pendidik perlu semakin menyadari pentingnya memberikan penghargaan atas setiap pencapaian peserta didik, agar semangat mereka untuk belajar di sekolah dapat meningkat. Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat mendorong para pendidik untuk memanfaatkan berbagai model, metode, dan media pembelajaran guna secara efektif meningkatkan kreativitas berpikir peserta didik.
Simpulan
Setiap anak memiliki ide kreatif yang unik. Namun, aspek yang paling penting adalah bagaimana kita dapat mengoptimalkan ide-ide tersebut dalam proses pembelajaran. Kreativitas bukanlah kemampuan bawaan yang dimiliki sejak lahir, melainkan suatu kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kreativitas sangat diperlukan, terutama dalam hal kemampuan untuk menggabungkan berbagai unsur, data, dan informasi yang telah ada sebelumnya.Para guru memegang peran penting dalam menyediakan berbagai pilihan dan strategi untuk menanamkan nilai-nilai, norma, dan kebiasaan dalam setiap mata pelajaran yang mereka ajar. Mereka dapat memilih pendekatan tertentu, seperti menyampaikan kutipan motivasi atau peribahasa yang berkaitan dengan karakter, menceritakan cerita pendek, mengadakan diskusi kelompok, serta meminta siswa untuk membuat karangan singkat, dan lain-lain. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang interaktif, di mana terjalin hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Di SD Muhammadiyah 8 Tulangan, guru berupaya untuk meningkatkan kreativitas berpikir siswa kelas IV melalui penerapan model pembelajaran discovery learning. Model ini mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan secara mandiri dalam proses pembelajaran. Untuk mendukung perkembangan kreativitas peserta didik, guru menciptakan lingkungan yang kondusif, termasuk melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut merupakan cara yang efektif untuk mengasah dan menerapkan daya kreativitas siswa kelas IV. Selain itu, memberikan respon yang baik terhadap pertanyaan serta jawaban dari peserta didik juga menjadi bagian penting dalam mendukung perkembangan kreativitas tersebut.
References
Julaiha, N. A. S., Farhaini, N., & Hasibuan, R. F. (2022). Jurnal Pendidikan dan Konseling. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4, 1349–1358.
Rachman, M., Masrukhi, M., Munandar, A., & Suhardiyanto, A. (2017). Pengembangan model manajemen pelatihan dan pengembangan pendidikan karakter berlokus padepokan karakter. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(1). https://doi.org/10.24176/re.v8i1.1779
Julaiha, S. (2014). Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Dinamika Ilmu, 14(2), 226–239. https://doi.org/10.21093/di.v14i2.15
Atieka, T. A., & Budiana, I. (2019). Peran pendidikan karakter dan kreativitas siswa dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Jurnal Madani: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, 2(2), 331–341. https://doi.org/10.33753/madani.v2i2.76
Utami, R. D., & Fitriyani, R. W. (2017). Membangun karakter kreatif pada siswa sekolah dasar melalui kegiatan pembuatan kerajinan recycle. The 6th University Research Colloquium, 193–198.
Minarwati, & Basri, M. (2020). Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 3(2), 207–213.
Munjiatun, M. (2018). Penguatan pendidikan karakter: Antara paradigma dan pendekatan. Jurnal Kependidikan, 6(2), 334–349. https://doi.org/10.24090/jk.v6i2.1924
Ananda, R. A., Inas, M., & Setyawan, A. (2022). Pentingnya pendidikan karakter pada anak sekolah dasar di era digital. Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 1(1), 83–88. https://doi.org/10.55606/jpbb.v1i1.836
Widodo, H. (2018). Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan pendidikan karakter di sekolah dasar Muhammadiyah Sleman. Metodik Didaktik, 13(2), 69–80. https://doi.org/10.17509/md.v13i2.8162
Suyitno, I. (2013). Pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa berwawasan kearifan lokal. Jurnal Pendidikan Karakter, 3(1), 1–13. https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.1307
Anugraheni, I. (2018). Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter kreatif di sekolah dasar. Refleksi Edukatika: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2). https://doi.org/10.24176/re.v8i2.2351
Wijayanti, D., & Pratomo, W. (2019). Pendidikan karakter melalui model pembelajaran kreatif bagi siswa sekolah dasar (Studi di SDN Mendungan 2 Yogyakarta). Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 3(1), 276–282. https://doi.org/10.30738/tc.v3i1.4291
Muqodas, I. (2015). Mengembangkan kreativitas siswa sekolah dasar. Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 9(2), 25–33. https://ejournal.upi.edu/index.php/MetodikDidaktik/article/viewFile/3250/2264
Sari, A. (2017). Implementasi pendidikan karakter di sekolah melalui kegiatan pembiasaan dan keteladanan. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 3(2), 249. https://doi.org/10.32678/tarbawi.v3i02.1952
Winaya, I. M. A. (2020). Pengembangan nilai-nilai karakter anak pada pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19 dengan berbantu lembar kerja siswa berbasis proyek. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(1), 35–46. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/23548/14372
Tuasalamony, K., Hatuwe, R. S. M., Susiati, Masniati, A., & Marasabessy, R. N. (2020). Pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 5 Namlea. Jurnal Pedagogy, 7(2), 81–90. https://ejournal.upm.ac.id/index.php/pedagogy/article/view/608
Maunah, B. (2016). Implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan kepribadian holistik siswa. Jurnal Pendidikan Karakter, (1), 90–101. https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.8615
Salsabilah, A. S., Dewi, D. A., Furnamasari, Y. F., Studi, P., Guru, P., & Dasar, S. (2021). Peran guru dalam mewujudkan pendidikan karakter. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 7158–7163. https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/2106/1857
Wulandari, Y., & Kristiawan, M. (2017). Strategi sekolah dalam penguatan pendidikan karakter bagi siswa dengan memaksimalkan peran orang tua. JMKSP: Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, 2(2), 290–303. https://doi.org/10.31851/jmksp.v2i2.1477
Amir, & Sartika. (2018). Karakter TJ 11. Karakter TJ, 3(2).
Sri, & Karim, A. (2018). Peningkatan karakter kreatif dan hasil belajar pada tema hiburan melalui model pembelajaran contextual teaching and learning di kelas III SD Muhammadiyah 08 Semarang tahun pelajaran 2016/2017. Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Semarang, 398–405.
Ramadan, G. (2017). Pengaruh metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar passing sepakbola. JUARA: Jurnal Olahraga, 2(1), 1. https://doi.org/10.33222/juara.v2i1.27
Widiyasanti, M., & Ayriza, Y. (2018). Pengembangan media video animasi untuk meningkatkan motivasi belajar dan karakter tanggung jawab siswa kelas V. Jurnal Pendidikan Karakter, 9(1), 1–16. https://doi.org/10.21831/jpk.v8i1.21489
Elvadola, C., Lestari, Y. D., & Kurniasih, T. I. (2022). Penggunaan model pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar. Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, 4(1), 31–38. https://doi.org/10.52217/pedagogia.v4i1.732
Setyowati, E., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penggunaan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Mangunsari 07. Justek: Jurnal Sains dan Teknologi, 1(1), 76. https://doi.org/10.31764/justek.v1i1.408
Cintia, N. I., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Perspektif Ilmu Pendidikan, 32(1), 67–75. https://doi.org/10.21009/pip.321.8
Ni’mah, A., & Sukartono. (2022). Upaya guru dalam meningkatkan kreativitas berpikir peserta didik di sekolah dasar. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 6(2), 173–179. https://doi.org/10.23887/jppp.v6i2.48157
Wardani, N. S. (2011). Upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS SD melalui diskusi kelompok. Widya Sari, 13(1), 1–20.
Amrullah, S., Tae, L. F., Irawan, F. I., Ramdani, Z., & Prakoso, B. H. (2018). Studi sistematik aspek kreativitas dalam konteks pendidikan. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(2), 187–200
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Risnanda Arilla Kharisma, Machful Indrakurniawan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.