Abstract
This study aims to determine the historical ways of Nyai Walida's services as a female figure who championed women's equality and early childhood education in the 20th cen- tury through the organization he founded (Aisyiyah) with KH Ahmad Dahlan. This research uses a literature study approach. The data collection technique uses literature study tech- niques which are guided by heuristic understanding. The results of this study aim to provide reinforcement that the existence of Nyai Walida has a strong reason with the pro- posed clause covering independence, integrity, and the sustainability of the ideas of Nyai Walida, which has survived until now. So, Nyai Walida reasoned that she was ordained as a national education figure
Pendahuluan
Peran wanita dalam masyarakat dan lembaga sosial sangatlah penting. Karena pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan asumsi dari para perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam bermasyarakat. Maka dalam hal ini sosok perempuan mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia baik dalam bidang pendidikan, sosial, politik,agama dan budaya. Tetapi kenyataannya sangat bertolak belakang dalam kehidupan. Kesetaraan perempuan dan laki-laki menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat. Bahwasannya kaum wanita hanya dianggap sebagai Konco Wingking saja untuk laki-laki. Padahal notabennya peran seorang perempuan dalam kehidupan sangatlah besar.
Dalam kasus tersebut lahirlah sosok Nyai Walida yang mampu mendobrak stigma masyarakat yang melabelkan perempuan dianggap sebagai Konco Wingking, beliau juga berhasil memperjuangkan hak-hak para kaum perempuan. Nyai Walida juga mampu mengentas kaum perempuan dari kebodohan patriarki. Dalam permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan Nyai Walida mempunyai gagasan yang cerdas yakni untuk mendirikan perkumpulan kaum perempuan yang ia beri nama Sopo Tresno yang kemudian di sahkan menjadi Organisasi Aisyiyah. Tujuan diadakannya perkumpulan tersebut yakni agar kaum perempuan mendapatkan pendidikan seperti kaum laki-laki, dan perempuan bisa sejajar dengan kaum laki-laki, meskipun perempuan tidak mendapatkan pendidikan secara formal. Tidak sampai pada itu saja, kiprah seorang Nyai walida serta gagasan yang dimilikinya semakin melambung tinggi yakni Nyai walida mampu mendirikan sekolah Taman Siswa untuk anak balita. Taman Siswa yang didirikan Nyai Walida melalui organisasi Aisyiyah ini ia beri nama TK Aisyiyah Bustanul Athfal atau yang biasa disingkat menjadi TK ABA. Konsistensi serta keeksisan yang diberikan Nyai Walida menjadi bukti bahwa dari kegigihan seorang Nyai walida pada lembaga pendidikan ini berdiri dan berkembang dengan pesat hingga ke pelosok.
Aktifitas Nyai walida dalam memperjuangkan hak wanita dan membangun pendidikan untuk perempuan dan anak bangsa membuktikan bahwa spirit Islam mampu mendorong kemajuan wanita dan sebuah proses endidikan. Sehingga tanah kelahiran Nyai Walida kampung Kauman menjadi Kampung yang orang-orangnya memiliki pribadi muslim yang kuat dan tangguh karena berkat Nyai Walida. Hal inilah yang menarik untuk dikaji ulang mengenai kiprah perjuangan beliau yang mampu menyadarkan kaum perempuan tentang pendidikan guna melawan penjajah. Penelitian ini bermaksud untuk mendukung fakta bahwasannya Nyai Walida layak menjadi tokoh Pendidikan Nasional.
Metode
Jenis penelitian dalam penelitian ini yang berjudul “Nyai Walida Sebagai Tokoh Pendidikan Nasional” adalah penelitian historis. Penelitian historis merupakan penelitian yang memfokuskan peristiwa masa lalu. Dengan mereka ulang sejarah melalui bukti-bukti empiris. Yang sumber datanya berupa teks, foto, dan suara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan (library research) yang berpedomankan pada prinsip heuristik. Teknik heuristik yakni teknik yang pengumpulan datanya secara menyeluruh artinya memahami situasi serta mengikut sertakan komponen pada peristiwa saat itu.Musfiqon (2012)
Hasil dan Pembahasan
Pada umumnya dalam kebanyakan bangsa, sejak dari dahulu sampai dengan saat ini wanita memang selalu berada pada posisi kedua dalam kedudukannya di masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan. Adat pada masyarakat jawa tidak mengizinkan anak perempuan untuk mengikuti pendidikan Formal apalagi untuk masuk sekolah dilembaga pendidikan kepunyaan kolonial Belanda, hal itu merupakan salah satu kegiatan yang haram.Suratmin (1977) Walaupun harus diakui sebenarnya wanita mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan keluarga, sebab seorang wanita yang meletakkan dasar pertama dalam membimbing anak-anak untuk perkembangan selanjutnya dari akal budi anak kemudian akan menjadi penuntun bagi anak tersebut dalam menjalani kehidupan yang selanjutnya melalui proses pendidikan. Jadi, pada dasarnya pendidikan pertama yang diperoleh anak adalah dari lingkungan keluarga.
Sampai akhir pada abad ke-19 khususnya masyarakat masih mempertahankan tradisi lama yakni bahwasannya seorang perempuan bersikap tertutup dan mengisolasi diri untuk tidak melihat dunia luar. Para gadis atau kaum wanita tidak diperkenankan untuk pergi keluar rumah. Mereka semua hanya terfokuskan pada pekerjaan rumah saja. Karena dalam tradisi jawa, status perempuan diungkapkan oleh pepatah “suwargo nunut, neroko katut”, dengan istilah tersebut maka penempatan wanita sangat tergantung pada suaminya. Dimana wanita tidak mempunyai eksistensi diri.
Masyarakat pada zaman dahulu melabelkan kaum perempuan sebagai Konco Wingking seorang laki-laki saja. Perempuan sebagai Konco Wingking ini diartikan bahwasannya perempuan hanya berada pada rumah dan mengurus pekerjaan rumah saja. Yang perempuan tersebut tidak boleh keluar rumah, salah satunya untuk mendapatkan pendidikan. Pada dasarnya baik laki- laki maupun perempuan wajib menerima pendidikan. Apalagi seorang wanita harus mendapatkan sebuah pendidikan yang layak guna pendidikan itu diberikan pada anaknya kelak. Karena ibu yang cerdas akan menghasilkan generasi yang cerdas pula. Oleh karenanya, perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam lingkungan keluarga, sosial, masyarakat dan lainnya. Perempuan tidak terpusatkan pada pekerjaan rumah tangganya saja.
Dalam hal tersebut lahirlah sosok Nyai walida yang mampu mendobrak stigma para masyarakat demi memperjuangkan hak-hak para wanita yakni gunanya agar para kaum perempuan setara dengan laki-laki dan kaum perempuan juga mendapatkan hak yakni sebuah pendidikan. Nyai walida merupakan salah satu tokoh muslimah yang memperjuangkan kesetaraan hak-hak perempuan.Lasa (2014) Beliau tidak hanya aktif dalam dunia pendidikan, keagamaan, sosial, namun juga memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Nyai walida memiliki jejak perjuangan hidup yang amat sulit, beliau mengorbankan segala tenaga serta pemikirannya, harta bendanya untuk kepentingan pendidikan khususnya bagi para kaum perempuan. Nyai Walida adalah seorang istri dari KH.Ahmad Dahlan yang merupakan salah satu tokoh perempuan yang mempunyai peran yang amat sangat penting dalam mengembangkan dan memajukan kaum perempuan. Perjuangan Nyai walida muncul dari kehidupan para gadis khususnya di kauman Yogyakarta, yaitu mereka tidak diperkenankan keluar rumah untuk melakukan aktivitas sebagaimana seperti para kaum laki-laki. Gagasan kesetaraan perempuan di pendidikan dan dakwah islam dimulai Nyai Walida dengan pendidikan pengajian bagi para perempuan.
Pada tahun 1912 KH.Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Islam modern Muhammadiyah yang dalam hal itu Nyai Walida juga ikut serta mendukung dan membantu suaminya untuk berkiprah. Nyai Walida juga ikut serta dalam memberikan gagasan serta keeksistensian demi Muhmaadiyah. Salah satu ide serta konsep pendidikan yang diusung oleh Nyai walida ini sangat relevan dengan konsep pendidikan perempuan masa kini yang disebut dengan Catur Pusat. Tidak sampai pada ide serta gagasannya saja, tetapi Nyai walida juga ikut berkiprah dengan sang suami dengan merintis perkumpulan-perkumpulan untuk kaum perempuan yang perkumpulan tersebut mendapat inspirasi dari berbagai gerakan pembaharuan yang digagas oleh KH.Ahmad Dahlan.Nashir (2009)
Adapun bukti-bukti klausul yang mendukung kiprah Nyai walida yang dapat dikatakan sebagai tokoh pendidikan nasional, diantaranya adalah sebagai berikut.
Independensi
Organisasi wanita Aisyiyah ini pada mulanya merupakan organisasi yang berdiri sendiri, organisasi ini sebagai pergerakan kaum perempuan yang menyadari bahwa perempuan mempunyai peran yang amat sangat besar dalam membentuk karakter bangsa. Maju mundurnya sebuah bangsa tergantung bagaimana kondisi kaum perempuannya. Karena perempuan juga memancarkan pengaruh yang sangat besar dalam meningkatkan kesusilaan umat manusia. Dari kaum perempuanlah manusia biisa menerima pendidikan yang pertama dan ditangan perempuan anak belajar merasa, berpikir dan berbicara. Kartini (2000) Organisasi Aisyiyah ini terbentuk pada tahun 1917 di Yogyakarta yang dirintis oleh Nyai walida setelah KH.Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Islam Modern Muhammadiyah pada tahun 1912.
Pada waktu itu di Kauman Yogyakarta para kaum perempuan telah aktif dalam organisasi Sopo Tresno yang bergerak pada bidang sosial. Organisasi sosial Sopo Tresno itu kemudian diubah namanya Menjadi Aisyiyah yeng memiliki peraturan-peraturan dan kepengurusan tetap yang diserahkan kepada Nyai walida.Soedarmanto (2007) Meskipun Nyai walida berbesar hati untuk tidak menjadi ketua pada organisasi Aisyiyah. Jabatan pimpinan organisasi Aisyiyah saat itu diamanahkan kepa muridnya yang bernama Siti Bariyah. Salah seorang murid Nyai Walida dan Ahmad Dahlan. Yang dikenal cerdas dan memiliki kemampuan berorganisasi yang bagus. Karena pada saat pendirian Aisyiyah Nyai walida merasa tidak mampu dan buta aksara oleh karena itu beliau tidak mau menduduki posisi sebagai ketua Aisyiyah. Dibentuknya perkumpulan yang ia beri nama Sopo Tresno yang perkumpulan itulah menjadi cikal bakal organisasi Aisyiyah. Setyowati (2011) Kelahiran organisasi Aisyiyah tidak dimulai dengan gagasan besar, tetapi bertolak belakang dari kesadaran dan keperluan sosial yang riil. Keperluan sosial bukanlah sebuah konsep yang objektif, tapi hasilnya interpretasi dan normatif. Maksud dan tujuan dibentuknya Aisyiyah oleh Nyai walida adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, untuk memajukan perempuan muslim melalui jalan pendidikan, terkait hal itu salah satu program yang digagas Aisyiyah pada masa-masa awal keberadaannya adalah mempelopori pendirian tempat-tempat pendidikan bagi anak usia dini yang kini dikenal sebagai taman kanak-kanak. Karena beliau berfikir bahwa pondasi pertama dalam pendidikan ini selain keluarga adalah anak-anak balita. Karena balita itu adalah awal masa perkembangan emas seorang anak. Pada waktu itu Nyai walida memiliki ide untuk membangun sekolah Taman Siswa untuk anak balita. Dan bagaimana waktu itu anak-anak diajari untuk bernyanyi, mengaji, menulis huruf latin, dan sebagainya.dengan Pendidikan anak usia dini, anak mendapatkan persiapan untuk memasuki dunia luar. Berbicara tentang Pendidikan anak usia dini yang dibangun oleh Nyai walidakita tidak bisa melupakan peran besar yang sejak tahun 1919 merintis berdirinya Taman Siswa di Kauman Yogyakarta. Pada waktu itu Nyai walida Terinspirasi dengan konsep pendidikan Froebel yang dilaksanakan oleh Belanda untuk anak balita mereka.Muhammadiyah (2017)
Keindependensian seorang Nyai walida dapat juga dilihat ketika beliau sedang sakit dan dirawat dirumah sakit PKU Muhammadiyah. Dalam hal itu salah seorang Nyai walida menolak fasilitas perawatan Rumah Sakit.ketika beliau sakit kemudian sembuh, petugas rumah sakit meminta pada Nyai walida untuk tidak membayar biaya tagihan rumah sakit tersebut. Tapi, disisi lain meskipun Nyai Walida tidak memiliki banyak harta beliau tetap ingin membayar tagihan rumah sakit sesuai dengan nominalnya. Beliau berusaha keras untuk bisa membayar tagihan rumah sakit tersebut meskipun harus menjual beberapa perabot rumah tangganya. Karena beliau tidak ingin menjadi orang yang membebani persyarikatan Muhammadiyah meskipun beliau adalah Istri dari pendiri Muhammadiyah.
Kiprah Nyai walida Tidak terhenti pada itu saja, lewat Aisyiyah Nyai walida juga menggagas pendirian langgar perempuan pertama di Nusantara. Pendirian langgar ini menjadi simbol kesetaraan perempuan untuk berkesempatan mendapatkan pahala sholat berjamaah seperti laki-laki. Sebagai seorang yang menguasai ilmu agama, Nyai walida juga dikenal piawai dalam berdakwah.Adonara (2017)
Hal tersebut menyatakan bahwasannya Aisyiyah menjadi wadah bagi para kaum perempuan, ditengah konteks sosial, pendidikan, serta keagamaan. Sebagai wujud dari tindakan dan kerja keras seorang Nyai walida tersebut berdirilah suatu organisasi yang disebut Aisyiyah dengan Nyai walida sebagai tokoh pelopor utama dan bertonggakkan kaum muda maupun ibu-ibu lainnya yang ikut serta berpartisipasi membangun serta mengembangkan organisasi tersebut hingga pada akhirnya dapat berkembang dengan baik.
Integritas
Pada tahun 1920 kebangkitan nasionalisme yang cepat berhasil menghimpun kekuatan ditengah masyarakat Indonesia. Dikalangan wanita keinginan untuk menyelenggarakan dan memajukan persatuan di organisasi-organisasi wanita mulai berkembang.dalam konferensi lain yang telah diselenggarakan lebih awal tahun 1928 oleh kaum perempuan didesak untuk membentuk federasi nasional. Organisasi wanita pada saat itu saling membulatkan tekad untuk mendukung persatuan Indonesia. Yang diilhami oleh semangat para kaum wanita yang aktif dalam organisasi-organisasi wanita berinisiatif untuk menyatukan gerakan dan semangat mereka. Semangat persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia yang terus berkembang dan maju menjadi dasar meningkatnya semangat kesadaran Nasional.Nugroho (2009)
Nyai Walida memimpin Kongres I di Yogyakarta pada tahun 1928. Pada waktu itu lima tahun yang lalu pada tahun 1923 beliau baru saja ditinggal oleh suaminya KH.Ahmad Dahlan. Ohorella (1992) Tetapi kiprah serta semangat perjuangannya tidak akan pernah luntur, justru beliau harus tetap berjuang untuk Organisasi Islam Modern yang dirintis olehnya beserta sang suami agar menjadi Organisasi yang berkembang dengan pesat dan baik.
Kongres perempuan tersebut dihadiri dari berbagai organisasi-organisasi wanita. Dalam kongres wanita I ini pembahasan mengena kepada derajat kaum wanita, kemajuan para wanita Indonesia.wanita (1958) Adanya kongres perempuan ini menunjukkan adanya pergerakan kaum perempuan pada masa itu dengan matang membuat sebuah keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupan perempuan Indonesia. Kongres ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi yang yang tidak dapat hadir. Adapun poin-poin yang dibahas dalam dalam kongres tersebut adalah; a) Kedudukan perempuan dalam perkawinan; b) Talak bagi perempuan; c) Pendidikan bagi kaum perempuan; d) Mengecam adanya perkawinan usia dini.
Sejak berdirinya Organisasi Aisyiyah sampai kongres dipredikat, aktivitas yang dilakukan adalah pembaharuan dan pemerataan pendidikan bagi anak perempuan pribumi.para kaum perempuan yang tidak berkesempatan mendapatkan pendidikan kini sudah merasakan dapat mengenyam pendidikan yang Nyai walida tersebut sudah mendirikan pendidikan untuk kaum perempuan.
Tujuan diadakannya kongres perempuan ini untuk mempersatukan cita-cita serta usaha wanita bangsa Indonesia. Selain itu agar mempererat tali pertalian antara perkumpulan wanita Indonesia dan sama-sama dapat membicarakan soal kewajiban, kebutuhan, serta kemajuan wanita.
Dalam kongres ini berhasil memutuskan untuk mendirikan gabungan atau federasi perkumpulan wanita dengan nama Persyarikatan Perempuan Indonesia (PPI). PPI ini merupakan organisasi perkumpulan yang biasa, yang dipimpin oleh pengurus harian yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, serta bendahara.hasil lain dari kongres ini yakni yakni diputuskannya mendirikan Studiefonds untuk anak-anak gadis yang pandai namun tidak mampu, serta memperkuat pendidikan kepanduan puteri.
Kongres yang dipimpin oleh istri KH Ahmad Dahlan ini telah mengembalikan mitra seorang perempuan serta mampu mengembalikan hak-hak perempuan sehingga perempuan sejajar dengan kaum laki-laki dan perempuan dapat mengenyam pendidikan meskipun secara tidak formal.
Keberlangsungan Gagasan Nyai Walida
Nyai Walida sangat memperhatikan anak-anak balita pada saat itu sehingga beliau bersikuku mendirikan Taman Siswa yakni Taman Kanak-Kanak Aisyiyah. Pendidikan anak usia dini yang dirintis Nyai walida ini diberi nama Froebel Kindergarten Aisyiyah. Muhammadiyah (2019) Friedrich Froebel adalah nama tokoh pendidik Jerman yang menggagas pendidikan anak usia dini. Dalam kaitan ini tampak keterbukaan wawasan Nyai Walida yang berlatar belakang kaum santri namun mampu menjangkau dan menerima pemikiran tokoh asing dan mengadopsi pemikirannya. Nyai Walida mampu menggagas pendidikan anak usia dini dengan mengadopsi gagasan-gagasan pendidikan anak usia dini dari tokoh yang pada zamannya belum disimak tokoh pendidikan nasionalnyang lain. Kemudian nama tersebut berubah menjadi TK Busthanul Athfal yang artinya Taman bermain anak Aisyiyah, atau yang disingkat menjadi TK ABA. TK ABA adalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak pertama yang dibangun Aisyiyah. Taman Kanak-Kanak ini sebenarnya merupakan cikal bakal perjuangan Nyai walida, dan sudah tersebar luas hingga ke luar negeribahkan sampai pada luar negeri. TK ABA ini sudah berkiprah seabad atas perjuangan dari sosok Nyai walida.
Melalui TK ABA yang dirintis oleh beliau, bangsa Indonesia telah berhasil menyiapkan generasi balitanya untuk menyongsong masa depan yang jauh lebih baik lagi. Pendidikan anak usia dini seperti TK ABA ini menjadi salah satu pondasi yang terpenting bagi pembangunan sumber daya manusia Indonesia serta mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas.
Saat ini, Aisyiyah telah memiliki Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), Taman Pendidikan Al-Qur’an, dan pendidikan sejenis yang berjumlah puluhan ribu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Keberadaan TK ABA telah menginspirasi organisasi lainnya untuk mendirikan pendidikan sekolah yang sejenis seperti: NU memiliki pendidikan RA (Rodhotul Athfal), Organisasi Taman Siswa mendirikan Taman Indria, dan di masyarakat umum didirikan taman kanak-kanak. Keberadaan TK ABA saat ini berkembang dengan baik dan bahkan mampu mengikuti perkembangan zaman serta mampu memenuhi tuntutan kebutuan masyarakat pada aspek pendidikan dini anak. Hampir semua orang tua di Indonesia yang memiliki anak usia dini selalu menitipkan anaknya untuk dididik disana. [14] Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa Perjuangan Nyai Walida pantas untuk dikategorikan sebagai Pahlawan perlindungan Anak Indonesia. Peran Nyai Walida sangat besar dalam menjadikan anak Indonesia menjadi pribadi yang mandiri dan berkepribadian mulia, serta memiliki Intelektual yang tinggi.
Kesimpulan
Nyai walida lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1872. Nyai Walida ini mengalami proses perkawinan famili dengan KH Ahmad Dahlan. Yang hal tersebut banyak terjadi di Kauman Yogyakarta. Dari sinilah perjuangan K.H Ahmad Dahlan beserta istrinya untuk membangun organisasi Islam modern Muhammadiyah berjalan. Pembangunan pendidikan yang dirintis Nyai Walida kepada anak-anak perempuan agar setara dengan pendidikan anak laki-laki. Dalam jiwanya, Nyai walida sudah terbekali dengan memiliki ide serta gagasan untuk mendobrak stigma masyarakat zaman dahulu yang berpikiran mengenai perempuan hanya sebagai konco wingking saja. Stigma masyarakat yang melekat pada perempuan sebagai makhluk lemah dan tak berdaya dapat ditanggulangi jika mendapatkan dukungan dari laki-laki untuk saling melindungi.
Tapi pada zaman itu berbanding terbalik, perempuan hanya sebagai pelengkap kaum laki-laki saja. Padahal perempuan memiliki peranan yang besar dalam kehidupan. Tapi dari sisi ini Nyai walida mampu meluruskan pemikiran para masyarakat pada zaman dahulu, berhasil mendirikan sekolah untuk kaum perempuan demi perempuan mendapatkan pendidikan seperti kaum laki-laki, serta mendirikan Taman Kana-kanak Yakni TK Bustanul Athfal yang sudah tersebar dan berkembang hingga kepelosok sampai luar negeri. Jadi, dalam penelitian tersebut bukti-bukti klausul yang mendukung Nyai walida sebagai tokoh pendidikan nasional adalah Pertama, independensi. Dalam hal ini sosok Nyai Walida mampu menggagas untuk mendirikan perkumpulan Sopo Tresno, TK Aisyiyah Bustanul Athfal, serta beliau tidak pernah mau membebani siapapun meskipun beliau istri dari seorang pendiri organisasi Muhammadiyah. Kedua, Integritas. Pada tahap ini Nyai Walida memimpin jalannya kongres I Wanita dengan tujuan mengembalikan hak-hak wanita dan mensejajarkan wanita dengan laki-laki. Ketiga, keberlangsungan gagasan Nyai Walida dalam mendirikan TK ABA untuk pelaksanaan pendidikan anak usia dini. Sehingga sosok Nyai walida ini pantas mendapatkan predikat tokoh pendidikan nasional yang gagasannya tetap digunakan dalam mengembangkan lembaga pendidikan taman kanak-kanak di tanah air melalui tiga klausul yakni independensi, integritas, serta keberlangsungan gagasan, penelitian ini memiliki alasan mentahbiskan Nyai Walida sebagai tokoh pendidikan nasional.
References
- Musfiqon M, Prestasi Pustaka: Jakarta; 2012.
- Suratmin Depdikbud: Jakarta; 1977.
- Lasa D., Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Muhammadiyah: Yogyakarta; 2014.
- Nashir H, Suara Muhammadiyah dan Majelis Pendidikan Kader: Yogyakarta; 2009.
- Kartini Djambata: Jakarta; 2000.
- Soedarmanto J, PT. Raja Grafindo: Jakarta; 2007.
- Setyowati Suara Muhammadiyah: Yogyakarta; 2011.
- Muhammadiyah P.P., Suara Muhammadiyah: Yogyakarta; 2017.
- Adonara O A, Sutradara, film terbaru produk muhammadiyah dan paling tenar (Nyai Ahmad Dahlan) Part 2. Kauman : IRAS FILM. 2017.
- Nugroho Balai Pustaka: Jakarta; 2009.
- Ohorella G, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventaris Dan Dokumentasi Sejarah Nasional: Jakarta; 1992.
- wanita p. p. 3. t. p., Percetakan Negara: Jakarta; 1958.
- Muhammadiyah P.P., Berita Muhammadiyah, Nyai Ahmad Dahlan Pelopor Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/11230.html. 2019.