Abstract
Hidayatul Arifin Islamic Boarding School (Hidar) Sawocangkring Wonoayu Sidoarjo is a boarding school that has 3 programs, namely the Entrepreneur Program, the Yellow Book Study Program, and the Tahfidz Al-Qur'an Program. The purpose of this study was to determine the Al-Qur'an tahfidz learning system at Hidayatul Arifin Islamic Boarding School and to find out the supporting and inhibiting factors of the tahfidz learning system. This research method uses a qualitative descriptive research method. In qualitative research, the results of written documentation, interviews and other sources such as: scientific journals, archival sources and documents are taken. The results showed that the tahfidz learning system at the Hidayatul Arifin Islamic Boarding School was to produce students who had an understanding of the yellow book, hafidz Al-Qur'an and Entrepreneurs. The tahfidz teachers who teach tahfidz at the Hidayatul Arifin Islamic Boarding School are hafidz who also understand the book of the Salaf. The learning media used by the Hidayatul Arifin Islamic Boarding School are print media and audio-visual media. Furthermore, the learning methods used by the Hidayatul Arifin Islamic Boarding School are the Bin-Nazhar method, the Talaqqi method, and the Poetry Method.
PENDAHULUAN
Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang terbesar dan bacaan yang mulia, dan setiap orang dapat menegaskannya sebagai kebenaran, meskipun menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin maju, Al-Qur'an diturunkan di Arab, sehingga bahasa Arab bahasa telah menjadi bahasa persatuan bagi umat Islam di seluruh dunia. (Syafiie, M.Si., 2004) Secara umum, aktivitas menghafal Al-Qur’an lebih banyak didominasi oleh kalangan usia anak-anak dan remaja.(Bahruddin & Mujahidin, 2018)
Tahfidz atau menghafal Al Quran merupakan perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Karena orang yang menghafal Al-Qur'an adalah salah satu hamba Ahlullah di muka bumi. Oleh karena itu, Al-Qur'an tidak mudah untuk dihafal. Menghafal Al-Qur'an membutuhkan metode(Nawaz & Jahangir, 2015). Sudah cukup banyak penelitian yang membahas tentang penggunaan metode dalam menghafal Al-Qur’an seperti metode wahdah, metode sima’i, metode jama’ (Affandi et al., 2022);(Lubis & Ismet, 2019);(Liliawati et al., 2022). (Sumpena et al., 2021) Selain itu, harus disertai dengan doa kepada Allah SWT. agar kita bisa menghafalkan ayat-ayatNya yang begitu banyak dan rumit. Hal ini karena banyak kalimat yang mirip dengan kalimat lainnya, ada juga kalimat yang panjang, bahkan tiga sampai empat baris tanpa wakaf, namun ada juga yang pendek. Diharapkan setelah menghafal ayat-ayat Allah, hafalan tersebut tidak cepat terlupakan atau hilang dari ingatan, oleh karena itu diperlukan kedisiplinan dan ketekunan dalam menghafal Al-Quran. (Wiwi Alawijayah Wahid, 2012)
Santri juga bisa memiliki hafalan yang lancar, baik dan benar karena muraja'ah yang berulang-ulang, tanpa muraja'ah yang berulang hafalannya mudah dibedakan (Ilyas, 2020). Menghafal lebih mudah daripada menghafal. Selain koreksi vokal secara menyeluruh, Anda juga harus selalu menjaga diri dari perbuatan yang mengarah pada dosa, niat untuk mengingat dengan tulus, pada waktu yang tepat dan dalam suasana tanpa tekanan, tidak tergesa-gesa belajar dan istiqomah. Mintalah kepada Allah kemampuan dan kemudahan, karena sesungguhnya semua ilmu adalah milik-Nya.
Umat Islam wajib menegakkan dan menjaganya dengan membaca (al-tilawah), menulis (al-kitabah) dan menghafal (at-tahfidz) agar terpelihara sepanjang masa.(Ikhwan et al., 2021) Dalam rangka melestarikan dan melestarikan hafalan Al-Qur’an, maka perlu dibangun sekolah-sekolah asrama Islam dengan tujuan mempersiapkan umat untuk mempelajari Al-Qur’an secara turun temurun dan melestarikan Al-Qur’an. Hal ini disengaja, jika ada masalah dalam menghafal Al-Qur'an, tujuannya agar para penghafal Al-Qur'an atau guru masuk dapat memilih solusi yang tepat untuk menyelesaikannya, sehingga dapat meningkatkan kualitasnya. dihafalkan oleh para murid dengan kaidah yang benar, yaitu menurut ikrar dan fashahanya.Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Inti dari proses pendidikan yakni pembelajaran, karena didalamnya terjadi interaksi berbagai komponen yaitu guru, siswa, dan materi pelajaran atau sumber belajar. Interaksi antar tiga komponen utama ini melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar agar tercipta proses pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
Menghafal al-Qur’an membutuhkan kebersihan hati dan penjernihan pikiran. Bila melakukan kemaksiatan memadamkan cahaya hati dan mengakibatkan tumpulnya pikiran, mengakibatkan juga juga kehilangan kesuksesan. Jadi kita harus berusaha untuk selalu meningkatkan ketaatan kepada Allah, dengan ketaatan kepada Allah menjalankan perintah dan Sunnah atau hal-hal baik (Liliawati et al., 2022) maka akan memudahkan dalam menghafal al-Qur’an(Badhad, Ali Bin Umar, n.d.)
Setiap proses menghafal membutuhkan tinjauan terus menerus dan bimbingan dari seorang guru agar bacaan benar(El Amrani et al., 2016) Sehingga perlu adanya metode, supaya tujuan dapat tercapai secara optimal. Metode menghafal al-Quran adalah cara yang harus dilalui agar proses menghafal bisa dilakukan secara efektif, mudah, dan dapat dicerna dengan baik. Semakin efektif sebuah metode, maka semakin baik pula dalam pelaksanaan menghafal al-Quran(Ariffin et al., 2013)
Pondok Pesantren Hidayatul Arifin adalah pesantren yang terletak di Desa Sawocangkring, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Seperti biasa, pesantren ini memiliki sekolah umum Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Dan ada juga program Tahfidz and Enterprenuer Penggunaan bahasa Arab dalam kegiatan sehari-hari dapat memudahkan penghafalan kosa kata Al Quran dan memudahkan siswa dalam membaca kitab kuning.
Madrasah Aliyah adalah Madrasah Aliyah swasta dibawah naungan Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu. Pesantren ini memiliki program Tahfidz al-Qur'an yang sedang dipelajari oleh para peneliti. Tujuan dari program ini adalah untuk menghafal 30 juz hingga lulus dari madrasah.
Untuk menciptakan lulusan yang unggul dan mandiri Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Hidayatul Arifin memiliki karakter Qur’ani yakni mempunyai pengetahuan yang luas tentang keagamaan. Selain itu peserta didik juga dibentuk untuk menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan atau intelektual diantaranya peserta didik dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berkomunikasi.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analisis (Chong & Reinders, 2022). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati di lapangan (Lexy J.Moleong, 2007) Penelitian kualitatif ini secara khusus menitikberatkan pada penggunaan metode penelitian evaluasi, yaitu suatu teknik evaluasi dalam pengumpulan data dan analisis data secara sistematis untuk menentukan nilai atau praktik dalam dunia pendidika.(Nana SyaodihSukmadinata, 2009) Dokumentasi dan sumber tertulis dapat digunakan untuk informasi tambahan, seperti:jurnal ilmiah, sumber arsip dan dokumen pribadi dan resmi.
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu. Dan dalam penelitian ini, peneliti bermaksud menyajikan informasi tentang fakta dan fenomena lapangan secara sistematis dan ringkas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan terkait sistem pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu. Instrumen penelitian ini adalah orang yang melakukan penelitian. Sehingga kehadiran peneliti sebagai pengamat yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang juga melibatkan sumber informasi dan juga menggunakan beberapa pedoman yaitu, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi serta jurnal dan buku yang terkait dengan menghafal Al-Qur’an.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menghafal Al Quran merupakan keistimewaan seorang muslim, Menghafal Al-Qur'an bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh setiap muslim. Proses menghafal Al-Qur'an mengharuskan orang tersebut memiliki beberapa keterampilan terlebih dahulu; yaitu membaca Al-Qur’an dengan baik, dengan tajwid yang benar dan bacaan yang lancar baru kemudian seseorang mulai menghafal Al-Qur'an. Huffaz biasanya menjalani proses menghafal dengan mengunakan pengkodean teks-teks Al-Qur'an melalui perhatian, penyimpanan informasi.(Dzulkarnain et al., 2020) program Tahfidz Al-Qur'an sudah masuk dalam lembaga pendidikan formal, baik itu swasta dan Negeri,(Saragih et al., 2021) Orang dapat berinteraksi dengan Al-Qur'an melalui keyakinan, membaca, mendengarkan, menghafal, memahami makna dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari(Slamet, 2019)
Menghafal Al-Qur’an adalah salah satu cara untuk pelestarian kemurnia Al-Qur’an,(Muslimin, 2016) serta bisa mengamalkanAl-Qur’an. (Dzulkarnain et al., 2020), Selain menghafalkan harus ada upaya konkret dalam memeliharanya, baik dalam bentuk tulisan maupun hafalan(Badruzaman, 2019). Pembentukan kepribadian pada diri siswa yang tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari- hari, memfasilitasi minat dan bakat peserta didik yang memiliki keinginan kuat untuk membaca, memahami, dan menghafal al-Qur’an dengan baik dan benar.
Menurut Ahmad Lutfi tujuan menghafal Al-Qur’an di sekolah antara lain yaitu sebagai berikut :
- Siswa dapat memahami serta mengetahui pentingnya menghafal Al Quran.
- Siswa dapat menghafalkan ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur’an.
- Siswa dapat membiasakan diri untuk menghafal Al-Qur'an sehingga pada kesempatan yang berbeda siswa sering melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an dalam kegiatan sehari-hari.(Ahmad Lutfi, 2009)
Dari pendapat Ahmad Lutfi dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaksanakannya pembelajaran tahfidz adalah untuk mempersiapkan siswa agar mampu membaca, menghafal, mengkaji, mengamalkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran.
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu, peneliti melakukan wawancara langsung. Adapun Ustadzah Eny selaku Pengurus Pesantren menyatakan: “ Program di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu ada 3 Program yaitu Program Enterpreneur, Program Kajian Kitab Kuning, dan Program Tahfidz Al-Qur’an. Santri yang mendalami program Entrepreneur diharapkan dalam 1 tahun bisa menghafalkan 3 Juz dalam 1 tahun, Santri yang program pembelajaran kitab kuning diharapkan bisa hafal 3 juz dalam 1 tahun, Sedangkan yang menilih Program Tahfidz diharapkan 1 tahun bisa menghafal 5 Juz sehinggan santri yang masuk pesantren mulai kelas 1 Madrasah Tsanawaiyah dan melanjutkan Di Madrasah Aliyah di pesantren diharapkan lulus Aliyah bisa selesai 30 Juz. (Ustadzah Eny)
Pembelajaran tahfidz sendiri dalam pelaksanaanya di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yaitu mereka tidak hanya melakukan pembelajaran tahfidz saja namun juga harus ada entrepreneurnya dan kajian kitab kuningnya. Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu ingin mencetak para hafidz-hafidzah yang kreatif sesuai zaman dan bisa mencari penghasilan sendiri,
Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu membuat Tahfidz yang juga menguasai Enterpreneur, dimana santri belajar tahfidz dan juga entrepreneur karena fenomena di indonesia saat ini yaitu mayoritas orang penghafal Al-Qur’an itu masih dianggap sepele, sehingga, Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu ingin mencetak seorang Tahfidz yang juga menguasai di bidang entrepreneur
seperti contoh ketika para penghafal Al-Qur’an mendirikan program pembelajaran dan tahfidz. Ustadzah Dhiya mengatakan :
Enterprenuardicetuskandalamprogramtahfidz yang tujuannya agar santritidakhanyamengandalkan Al-Qur’an untukmencarimatapencaharianakantetapimerekadiajarkanuntukkreatifsesuaidengan zaman mereka juga, contohnyaberjualan/berbisnis online dan offline.(Ustadzah dhiya, 2022)
Guru Tahfidz
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya Menjadi Guru Profesional, ia mengklaim sebagai berikut:Guru adalah pendidik yang menjadi karakter, panutan dan identitas bagi peserta didik dan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang meliputi tanggung jawab, wibawa, kemandirian dan kedisiplina.(E. Mulyasa, 2007) Seorang guru Tahfidz di pondok pesantren adalah orang yang memiliki kemampuan untuk memberikan ilmu dan informasi, mengajar, membimbing, memberi contoh dan mendidik siswanya menjadi siswa yang mencintai Al-Qur'an dan mampu melestarikan. munculnya keberadaan Al-Qur'an di pesantren atau asrama, untuk mengontrol aktivitas santri dalam menghafal Al-Qur'an. Pengajaran dan pembelajaran guru Tahfidz Al-Qur'a di pondok pesantren harus memotivasi, membimbing dan memberikan kesempatan belajar bagi para santri sehingga mereka dapat mencapai tujuan mereka.
Sudah menjadi tanggung jawab guru untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk menunjang proses perkembangan siswa. Mengajar mata pelajaran hanyalah salah satu fungsi pembelajaran yang berbeda sebagai proses dinamis dalam semua fase dan proses perkembangan siswa. Lebih tepatnya, tugas guru berfokus pada:1) Pembinaan terfokus pada pemberian arahan dan motivasi untuk mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2) Menyediakan kondisi untuk mencapai tujuan melalui pengalaman belajar yang cukup. 3) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.(Slameto, 2003)
Adapun guru tahfidz yang mengajar tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu, Ustadzah Eny sebagai Ustadzah di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu menyatakan:
“ Program tahfidz di di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu iniada 3 Program yaitu Program Enterpreneur, Program Kajian Kitab Kuning, dan Program Tahfidz Al-Qur’an. Fenomena tahfidz di indonesia saat ini yaitu mayoritas orang menghafal Al-Qur’an itu masih dianggap sepele yaitu ketika kita mendirikan program tahfid itu masi dianggap mereka mempunyai masukan ekonomi hanya dengan duduk kemudian ngaji berjam jam menerima amplop dan mereka tidak tahu isinya berapa sehingga orang penghafal al-qur’an itu bawasannya mereka mencari nafkah dari alquran tersebut padahal dalam Islam sudah jelas dilarangnya menggunakan Al-Quran untuk mencari nafkah, oleh karena itu dicetuskan enterprenuar yang tujuan nya agar peserta didik tidak hanya mengandalkan al qur’an untuk mencari mata pencaharian akan tetapi mereka diajarkan untuk kreatif sesuai dengan zaman mereka , contohnya bisnis online.”(Ustadzah Eny, 2023)
Peneliti juga mewawancarai salah satu Santri/peserta didik di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu Sidoarjo, salah satunya Muhammad Aditya menyatakan:
“Guru- guru membimbing kami dengan sabar dan sering memotivasi kami agar semangat, terus mereka juga mencontohkan bacaan dan hafalannya dengan baik saat mengajar kami di jam halaqah tahfidz.”(Muhamad Aditya, 2023)
Berdasarkan wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru tahfidz yang mengajar tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu Sidoarjo yaitu para hafidz hafidzoh. Hal ini senada juga ketika peneliti melakukan observasi, dimana guru tahfidz merupakan hafidz hafidzoh yang umumnya berkpribadian baik, sabar membimbing menyimak hafalan peserta didik satu persatu, serta para guru tahfidz yang memiliki bidang keilmuan yang sesuai serta pemikiran yang luas mengenai ilmu agama islam.
Peserta Didik
Peserta didik merupakan sumber daya yang paling utama dan penting dalam proses pendidikan formal. Siswa bisa belajar tanpa guru. Di sisi lain, guru tidak dapat mengajar tanpa siswa. Oleh karena itu, kehadiran siswa dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan diperlukan dan membutuhkan interaksi antara guru dan siswa.(Prof. Dr. Sudarwan Danim, 2012)
Peserta didik di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yang mengikuti Program entrepreneur dan tahfidz merupakan peserta didik mukim.
Jumlah peserta didik di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu ada 56, Peserta didik di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu mengikuti Sistem pembelajaran dari kemenag jadi ada pelajaran akidah akhlak, al-qur’an hadits, pelajaran umum, dimana khusus untuk peserta didik yang mengikuti program tahfidz dan enterpreneur diwajibkan di arahkan untuk masuk IPA di Madrasah Aliyahnya. Peserta didik yang mengikuti Program tahfidz dan Enterpreneur memulai hafalannya mulai dari juz 30 lalu ke juz 1 sampai dengan juz 29, peserta didik wajib menyetorkan hafalan di Madrasah Aliyah Ketika pagi dan sore setor ke Pesantrenya diharapkan lulus sekolah bisa menyelesaikan program di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu.
Salah satu peserta didik di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu, yaitu Muhammad Aditya menyatakan :
“menjadi penghafal Al-Qur’an pasti ada lika liku dalam proses menghafalnya, namun hal tersebut tidak menjadi halangan untuk tetap menjadi penghafal al’quran, dan semoga saya sendiri bisa istiqomah dalam menghafal Al-Qur’an”.(Muhamad Rafi Prasetyo, 2022)
Dengan sanggar Tahfidz dan Enterpreneur ini peserta didik yang tidak hanya tahfidz saja yang diajarkan melainkan harus ada enterpreneur. peserta didik di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu sidoarjo ini diajarkan oleh gurunya agar peserta didiknya ahli dalam bersadakoh dimana keuntungan dari jualan enterpreneurnya tidak untuk mereka melainkan untuk disodakohkan ke orang yang lebih membutuhkan misalnya ke panti asuhan dan lain sebagainya.
Bahan Pembelajaran
Bahan Ajar; “Bahan ajar adalah atau materi pembelajaran (instructional materials), secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari Siswa peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.”(Yustita, 2008)
Memiliki program kewirausahaan selain tahfidz Setiap peserta didik baik di tingkatan Madrasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah di berikan waktu untuk menghafalkan Al-Qur’an. Meski begitu peserta didik di wajibkan memiliki al-quran dan membawa al-quran saat mengikuti jam pembelajaran nya, selain itu karna kami ingin membina akhlak peserta didik, maka ada jadwal pembelajarn di awal sebelum peembelajaran Madrasah Tsanawiyan dan Madrasah Aliyah harus mengikuti pembinaan kajian terhadap pengembangan tahfidz, yaitu dengan metode Syair. Ini adalah proses siswa yang perbaikan bacaan al-quran mereka dibimbing belajar tajwid.
Kemudian untuk peserta didik yang masih tahsin (perbaikan bacaan Al-Qur’an) mereka belajar dibina secara khusus dengan diberikan pemahaman Al-Qur’an di Juz 30, sehingga diharapkan sebelum memulai hafalan di juz 1, mereka sudah menyelesaikan hafalanya di juz 30.
Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah semua jenis alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber kepada siswa secara terencana untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dimana penerima dapat menyelesaikan proses pembelajaran secara efektif dan efisien..(Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo ; editor, Suryani, 2016)
Media pembelajaran digunakan di sekolah sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Media massa merupakan alat yang dapat digunakan sebagai fasilitator untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan.(Rubhan Maskur Nofrizal, 2017)
Media pembelajaran yang terdapat di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu, Ustadzah Eny menyatakan : “Sebagaimana yang telah dilihat secara langsung, dimana terdapat beberapa ruangan khusus untuk belajar dan menghafal yang dilengkapi dengan fasilitas diantaranya papan tulis, buku dan sebagainya. Ruangan tersebut antara lain yaitu ruang kelas khusus menghafal, masjid dan gazebo. Peserta didik yang memilih program tahfidz disediakan ruangan khusus untuk pendalamanya.”(Ustadzah dhiya, 2022)
Sistem pembelajaran tahfidz yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yaitu dengan cara membentuk halaqoh-halaqoh dimana dalam setiap kelompok terdiri dari maksimal 16 peserta didik dan di pegang oleh 1 guru tahfidz. Ada juga media untuk menunjang peserta didik dalam menghafal yaitu laptop yang digunakan untuk memutar murrotal supaya menambah daya ingat peserta didik tentang ayat yang dihafalkan. Selain untuk memutar murrotal, media laptop juga digunakan untuk menunjang kompetensi peserta didik dibidang Entrepreneur. Dengan cara memasarkan produk hasil karya peserta didik Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu.
Metode Pembelajaran
Menurut Zuhairini, metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.(Zuhairini, 1993) Metode menghafal Al-Qur’an yang tepat sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode sangat penting digunakan, karena tanpa menggunakan metode yang baik, hafalan tidak akan berjalan maksimal.(Dr. Muh. Hambali, M.Ag, 2013) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan(Ikhwan et al., 2021) Untuk mengetahui metode pembelajaran tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Al-Amanah Junwangi, peneliti melakukan wawancara langsung. Ustadzah Eny menyatakan:
Dalam pembelajaran tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu, menerapkan metode Bin-Nazhar untuk santri baru untuk mengecek dan membenarkah makhorijul hurufnya terlebih dahulu yaitu selama kurang lebih 3 bulan awal setelah itu menghafalkan Juz 30 dengan mengunakan Metode Syair, Guru mengajak membacakan Syair-syair kemudian ditirukan secara bersama-sama yang kemudian di berikan pertanyaan kode-kode syair agar dapat mengingat ayat dan menyebutkan ayat serta bisa membunyikan ayatnya (Ustadzah Eny, 2023)
Metode Bin Nazhar adalah membaca secara seksama ayat-ayat Al-Qur'an yang dihafal dengan cara melihat Mushaf Al-Qur'an secara berulang-ulang.(Ahmad Syarif Hidayatullaah Gholib, 2020) Proses bin-nazhar ini harus dilakukan sebanyak mungkin atau 41 kali seperti yang biasa dilakukan para ulama sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang Lafazh dan urutan ayat-ayatnya. Dalam mempelajari metode bin nazhar, diharapkan bagi yang hafal Al-Quran juga akan mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
Selain metode Bin Nazhar, metode yang umum digunakan adalah metode talaqqi, dimana metode talaqqi terdiri dari merekam atau menyimak hasil hafalan guru yang baru dihafal. Guru harus seorang Hafiz Al-Qur'an, memiliki agama dan pemahaman yang mapan, dan dikenal mampu menjaga dirinya sendiri. Proses talaqqi dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan memo Alquran dan mendapatkan petunjuk yang diperlukan.
Evaluasi
Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu, peneliti melakukan wawancara langsung. Dalam hal evaluasi pembelajaran tahfidz di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu, Ustadzah Eny menyatakan:
Untuk evaluasi pembelajaran, hafalan peserta didik diuji oleh masing-masing guru halaqohnya. Secara teknis diserahkan kepada pembimbing tahfidznya masing-masing karna peserta didik di sini beraneka ragam karakter dan memiliki kemampuan menghafal yang berbeda-beda. Namun untuk mengikuti wisuda tahfidz peserta didik harus mampu menyelesaikan target yang sudah ditentukan oleh pesantren,tiap kelompok ada 16 peserta didik.(Ustadzah Eny, 2023)
Untuk dapat memahami pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu maka perlu terlebih dahulu mengetahui pelaksanaan pembelajarannya. Jadwal pembelajaran tahfidz dilaksanakan setiap hari mulai jam 06.30 sampai jam 08.00 untuk setoran hafalan Al-Qur’an kemudian jam 11.00 sampai jam 12.00 murojaah hafalan syair-syair sebagai symbol untuk mengingat hafalan ayat per ayat dan Sore mulai pukul 15.30-17.00. Pola ini bertujuan untuk memudahkan para siswa agar bisa belajar menghafal disamping mempelajari materi umum disekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran tahfidz terdapat terget minimal yang harus dicapai oleh seluruh Peserta didik Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu. Penetapan target ini sudah mempertimbangkan kondisi siswa secara umum. Tujuan dari penetapan target hafalan ini adalah agar pencapaian hasil belajar dapat diukur secara jelas. Adapun target minimal hafalan yang harus dicapai oleh peserta didik adalah: 1) target setiap pagi bisa setor hafalan 1 halaman, 2) target setiap bulan 2 Juz, 3) target tengah semester sebanyak Juz, 4) target persemester sebnayak 4 juz, dan 5) target tahunan sebanyak 8 juz. Indikator dalam evaluasi tiap semester sesuai table 1
Indikator | Penjelasan |
Tes baca sima’ | Siswa membaca ayat Al-Qur'an yang sudah dihafal dan guru/penguji menyimak hafalan siswa tersebut |
Tes soal sambung ayat | Guru/penguji membacakan potongan ayat, kemudian siswa tersebut melanjutkan potongan ayat yang telah dibaca oleh guru/penguji tersebut |
Tes komprehensif | Guru/penguji memberikan beberapa pertanyaan yang berupa potongan ayat-ayat Al-Qur’an secara acak, dan siswa tersebut melanjutkan |
Agar mempermudah pencapaian target hafalan yang telah ditentukan tersebut, maka setiap 6 bulan evaluasi untuk mengetahui sejaauh mana hafalan siswa baik ayat Al-Qur’an maupun Syair-syairnya.. Adapun instrumen evaluasi pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu sebagai berikut:
Instrumen | Indikator |
Saya menyebutkan syair sebelum menjawab soal yang diajukan penguji | Tes soal baca sima’ |
Saya melanjutkan ayat setelah membaca syairnya | |
Saya meneruskan syair yang di tanyakan penguji | Tes soal sambung ayat |
Saya meneruskan ayat yang ditanyakan penguji | |
Saya menyebutkan syair-syair yang ditanyakan kemudian melanjutkan dengan ayat Al-Qur’an | Tes komprehensif |
Saya menjawab ayat dan membunyikan sesuai syair yang ditanyakan |
KESIMPULAN
Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu mencetak para hafidz-hafidzah yang kreatif sesuai zaman, bisa mencari penghasilan sendiri, dan bersodaqah dari hasil Entrepreneur tersebut. Guru tahfidz yang mengajar tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yaitu para hafidz-hafidzoh yang umumnya berkpribadian baik, sabar membimbing, menyimak hafalan peserta didik satu persatu, serta para guru tahfidz yang memiliki bidang keilmuan yang sesuai serta pemikiran yang luas mengenai ilmu agama islam. Bahan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tahfidz di Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yaitu peserta didik yang masih tahsin (perbaikan bacaan Al-Qur’an) harus sering mengulang-ulang bacaanya, kemudian peserta didik dan guru masing-masing juga membawa Al-Qur’an saat proses pembelajaran tahfidz al-quran berlangsung dan ada juga kajian-kajian ilmu agama dan akhlak serta menghafalkan Syair awal ayat al-Qur’an. Media pembelajaran yang dipakai oleh Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yaitu media cetak dan media audio visual dalam menunjang proses pembelajaran peserta didik. Selanjutnya Metode Pembelajaran yang digunakan Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yaitu yang pertama, menerapkan metode Bin-Nazhar dengan mengecek dan membenarkah makhorijul hurufnya terlebih dahulu yaitu selama kurang lebih 3 bulan awal, yang kedua Metode Bin-Nazhar yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulangulang, kemudian metoode Talaqqi yaitu menyetor atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru yang terakhir menghafal syair dan kode-kode ayat. Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yaitu hafalan Al-Qur'an harus memperhatikan semua aspek hafalan Al-Qur'an, antara lain mengamati usia ideal untuk menghafal, manajemen waktu yang baik, menentukan tempat yang ideal, sehingga menghasilkan para penghafal Al-Qur’an juga menguasasi Entrepreneurship.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Almamater Pondok Pesantren Hidayatul Arifin Sawocangkring Wonoayu yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini dan kami ucapkan terima kasih pada Almamater Universitas Muhamadiyah Sidoarjo yang telah memberikan fasilitas untuk bisa publish penelitan yang penulis lakukan. Semoga penelitian ini bisa menjadikan motivasi pada pembaca khususnya yang ingin menghafalkan Al-Qur’an
References
- Affandi, Y., Darmuki, A., & Hariyadi, A. (2022). The Evaluation of JIDI (Jigsaw Discovery) Learning Model in the Course of Qur an Tafsir. International Journal of Instruction, 15(1), 799–820. https://doi.org/10.29333/iji.2022.15146a
- Ahmad Lutfi. (2009). Pembelajarn Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam.
- Ahmad Syarif Hidayatullaah Gholib, D. (2020). Penerapan Metode Tahsin Bin- Nadhar Dan Tahfidz Bil Ghoib Terhadap Peningkatan hafalan Santri. Jurnal Pendidikan Agama Islam.
- Ariffin, S., Abdullah, M., Suliaman, I., Ahmad, K., Deraman, F., Shah, F. A., Razzak, M. M. A., Noor, M. M. M., Meftah, J. T., Kasar, A. K., Amir, S., & Nor, M. R. M. (2013). Effective Techniques of Memorizing the Quran: A Study at Madrasah T. 4.
- Badhad, Ali Bin Umar. (n.d.). Kaifa Tahfidz Al-Qur’an.
- Badruzaman, D. (2019). Metode Tahfidz Al-Qur’an. Kaca (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 9(2), 80–97. https://doi.org/10.36781/kaca.v9i2.3034
- Bahruddin, Ah., & Mujahidin, E. (2018). Metode Tahfizh Al-Qur`an untuk Anak-Anak pada Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus Jawa Tengah. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 6(2), 195. https://doi.org/10.32832/tadibuna.v6i2.1062
- Chong, S. W., & Reinders, H. (2022). Autonomy of English language learners: A scoping review of research and practice. Language Teaching Research, 136216882210758. https://doi.org/10.1177/13621688221075812
- Dr. Muh. Hambali, M.Ag. (2013). Cinta Al-quran Para Hafizh Cilik. Yogyakarta : Najah.
- Dzulkarnain, A. A. A., Azizi, A. K., & Sulaiman, N. H. (2020). Auditory sensory gating in Huffaz using an auditory brainstem response with a psychological task: A preliminary investigation. Journal of Taibah University Medical Sciences, 15(6), 495–501. https://doi.org/10.1016/j.jtumed.2020.08.007
- E. Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- El Amrani, M. Y., Rahman, M. M. H., Wahiddin, M. R., & Shah, A. (2016). Building CMU Sphinx language model for the Holy Quran using simplified Arabic phonemes. Egyptian Informatics Journal, 17(3), 305–314. https://doi.org/10.1016/j.eij.2016.04.002
- Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo ; editor, Suryani. (2016). Landasan pendidikan. akarta : Bumi Aksara.
- Ikhwan, A., Anwar, S., & Mahmudah, N. (2021). Tahsin and Tahfidz Learning System at Integrated Islamic Elementary School (SDIT) Insan Madani During the Pandemic Covid-19. Al-Hayat: Journal of Islamic Education, 5(1), 1. https://doi.org/10.35723/ajie.v5i1.154
- Ilyas, M. (2020). Metode Muraja’ah dalam Menjaga Hafalan Al-Qur’an. AL-LIQO: Jurnal Pendidikan Islam, 5(01), 1–24. https://doi.org/10.46963/alliqo.v5i01.140
- Lexy J.Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Liliawati, L. A., Ichsan, A. S., Ilmu, I., Quran, A., & Nur, A. (2022). Implementasi Metode Sima ’ i pada Program Tahfiz Alquran Pada tahun 2019 , hampir semua negara di belahan dunia sedang dilanda pandemi Coronavirus Negara Indonesia adalah yang menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari Covid-19. Sebagai permulaan. 7, 34–59. https://doi.org/10.32505/azkiya/
- Lubis, A. M., & Ismet, S. (2019). Metode Menghafal Alquran Pada Anak Usia Dini di Tahfidz Center Darul Hufadz kota Padang. Aulad : Journal on Early Childhood, 2(2), 8–14. https://doi.org/10.31004/aulad.v2i2.30
- Mu’azah Md. Aziz, Wan Mahani Abdullah, Ainul Maulid Ahmad, Mohd. Aswad Amat Mushim, Muhammad Shahrizan Shahrudin, Comparison Between Conventional Method and Modern Technology in Al-Qur’an Memorization, International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE) ISSN: 2277-3878, Volume-8 Issue-1S, May 2019, 289-294
- Muhamad Rafi Prasetyo. (2022). Wawancara dengan Muhammad Rafi Prasetya santri pondok pesantren Al-Amanah Junwangi.
- Muslimin, A. (2016). IMPLEMENTASI METODE HALAQAH DAN RESITASI DALAM TAHFIDZ AL-QURAN DI SDIT EL – HAQ BANJARSARI BUDURAN SIDOARJO. Adabiyah : Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 55. https://doi.org/10.21070/ja.v1i1.164
- Nana SyaodihSukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.
- Nawaz, N., & Jahangir, Prof. Dr. S. F. (2015). Effects of Memorizing Quran by Heart (Hifz) On Later Academic Achievement. Journal of Islamic Studies and Culture, 3(1). https://doi.org/10.15640/jisc.v3n1a8
- Prof. Dr. Sudarwan Danim. (2012). Pengembangan Profesi Guru. Prenada Media.
- Rubhan Maskur Nofrizal. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika dengan Macromedia Flash. Jurnal Pendidikan Matematika.
- Saragih, R., Mesiono, M., & Nasution, I. (2021). The Management of Tahfidz Al-Qur’an Learning at Homeschooling Public Learning Center. Nidhomul Haq : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 6(3), 537–547. https://doi.org/10.31538/ndh.v6i3.1704
- Slamet, S. (2019). THE EFFECT OF MEMORIZING QURAN ON THE CHILDREN COGNITIVE INTELLIGENCE. Humanities & Social Sciences Reviews, 7(3), 571–575. https://doi.org/10.18510/hssr.2019.7384
- Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rieneka Cipta.
- Sumpena, M., Tamam, A. M., & Rahman, I. K. (2021). Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an Bagi Pegawai. Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam, 14(1), 56. https://doi.org/10.32832/tawazun.v14i1.4016
- Syafiie, M.Si., Dr. I. K. (2004). Inu kencana syafiie, Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Adi Tama.
- Ustadzah dhiya. (2022). Wawancara dengan Ustadzah Dhiya, Waka STE Pon Pes Al-Amanah Junwangi Krian.
- Wiwi Alawijayah Wahid. (2012). Cara cepat bisa menghafal Al-Qur an. Yogyakarta Diva Press.
- Yustita. (2008). Panduan Lengkap KTSP(kurikulum Tingkat satuan Pendidikan). Pustaka Yustita Yogyakarta.
- Zuhairini. (1993). Metodologi Pendidikan Agama. Solo : Ramadhani.