Abstract

A great nation is characterized by a literate and highly civilized society. The Indonesian nation as a large nation must be able to develop a literacy culture as a prerequisite for 21st century life skills. Liqo; as one of the habituation programs at SD Plus Muhammadiya Brawijaya is expected to be able to develop a school literacy culture. This research was conducted with the aim of knowing the liqo' program management system at SD Plus Muhammadiya Brawijaya to improve school literacy. The research method used is descriptive qualitative in the field of management science. The results showed that the management of the liqo' program at SD Plus Muhammadiyah Brawijaya, Mojokerto City was implemented by implementing four management steps, namely Planning, Organizing, Actuating and Evaluation, then applied through the stages of habituation, development and evaluation. teaching. Innovation from the implementation of the liqo' program accompanied by well-organized implementation management is very helpful in improving school literacy culture. The benefits of this research are expected to be a source or reference in the development of the School Literacy program.

Pendahuluan

Dampak kemajuan abad 21 serta adanya revolusi industri 4.0 juga dirasakan dalam dunia pendidikan di Indonesia, baik itu secara positif maupun negatif. Dampak positif dari revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari semakin maju dan berkembangnya sistem pembelajaran kita, akan tetapi kemajuan teknologi tersebut juga telah memberikan dampak negatif bagi dunia pendidikan [1] Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih seharusnya akan memudahkan para pelajar dalam proses pembelajarannya, sehingga diharapkan dapat turut meningkatkan kemajuan bangsa. Namun bangsa Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sangat besar justru termasuk dalam kategori Negara yang memiliki tingkat baca. yang sangat memprihatinkan. Bahkan menurut UNESCO bahwa bangsa Indonesia berada di urutan kedua dunia. Minat baca siswa di Indonesia sangatlah rendah, bahkan menurut data UNESCO minat baca siswa di Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0.001 %. Itu artinya dari 1000 orang di Indonesia hanya 1 orang saja yang rajin membaca. Hal ini juga dibuktikan dengan data yang ada di lapangan khususunya di lingkungan sekolah, dimana para siswa cuek dan acuh terhadap membaca[2]

Menurut Firman Adam Sekertaris Dinas Pendidikan Jawa Barat. Hal yang harus disiapkan generasi muda milenial yang memiliki gaya hidup modern dan tidak bisa lepas dari teknologi dan internet saat ini adalah mereka dituntut untuk menguasai keahlian mendasar abad 21 yang dalam Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) dibagi ke dalam tiga kategori. Ketiga kategori itu yakni fondasi literasi (literacyfoundation), kompetensi (competencies), dan kualitas karakter (character quality).[2] Salah satu upaya yang lakukan pemerintah berdasarkan amanat Ditjen Dikdasmen untuk menyelesaikan permasalahan di atas adalah dengan meluncurkan program Gerakan Literasi sekolah (GLS) yang bertujuan untuk menumbuhkan minat baca siswa di sekolah. Dan dengan kemajuan literasi suatu peradaban dikatakan maju dan bisa memahami berbagai hal, terutama yang berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi [2] Selan itu literasi ini juga diperlukan untuk bisa menghadirkan argumentasi dalam membahas persoalan kehidupan masyarakat. Literasi dalam hal ini bukan hanya sebatas masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, namun lebih jauh diperlukan berbagai pengembangan yang akan mampu mengimplementasikan inti dari literasi tersebut yang nantinya akan mampu melahirkan masyarakat yang memiliki kecakapan hidup serta mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia.

Salah satu bentuk pengembangan program literasi yang diterapkan di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya adalah melalui Program Liqo’. Program liqo’ merupakan salah satu program unggulan di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya yang memuat berbagai kegiatan pembiasaan Islami serta pembentukan karakter siswa, siswa mendapatkan berbagai informasi tentang perkembangan dunia Islam yang mereka peroleh melalui berbagai kegiatan seperti membaca buku, mendengarkan cerita dari guru, mendengar informasi tentang seputar dunia Islam, bercerita, menulis cerita, merangkum bacaan dan masih banyak lagi kegiaatan menggali informasi lainnya, sehingga program Liqo’ merupakan inovasi dari program Literasi di sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana manajemen program Liqo’ yang diterapkan di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya untuk meningkatkan Literasi sekolah. Sehingga peneliti mengangkat penelitian mengenai Manajemen Program Liqo’ untuk Meningkatkan Literasi yang ada di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena data berupa pernyataan, kalimat dan dokumen, bersifat deskriptif yaitu berupa kata tertulis atau lisan dari orang orang atau perilaku yang dapat diamati, dengan pendekatan kualitatif, yaitu data bisa berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.[2] Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan menelaah tentang bagaimana Manajemen Program Liqo’ untuk Meningkatkan Literasi Sekolah di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto. Dalam penelitian kualitatif manusia adalah sumber data utama dan hasil penelitiannya berupa kata- kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Penelitian ini akan dilakukan di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto yang merupakan salah satu sekolah dasar unggulan di Kota Mojokerto dengan menerapkan dan mengembangkan program inovatif dan kreatif, salah satunya adalah program liqo’ yang merupakan pengembangan dari program literasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga teknik, yaitu: (1) Observasi (observation), (2). Wawancara (Interview),dan(3)Dokumentasi(documentation).Sedangkan untuk analisis data sebagaimana menurut Menurut Bagdan dan Taylor, bahwa teknik analisis data adalah proses mengordinasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data[2]

Dalam penelitian ini, digunakan analisis data kualitatif dengan pendekatan induktif dalam menarik kesimpulan dari data yang ada. Dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1) Peneliti membaca dan mempelajari data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data. 2) Mereduksi data dengan jalan membuat abstraksi, yaitu usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. 3) Menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi yang dilakukan sambil membuat koding. Satuan merupakan alat untuk menghaluskan data. 4) Mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Objek Penelitian

SD Plus Muhammadiyah Brawijaya terletak di Jl. Brawijaya Kota Mojokerto. Dan merupakan sekolah yang berada di bawah naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Mojokerto serta Dinas Pendidikan kota mojokerto. Sekolah ini berdiri pada tahun 2013 dan merupakan salah satu sekolah dasar unggulan di Kota Mojokerto yang memiliki banyak prestasi baik itu dalam bidang akademik maupun non akademik karena kreatifitas dalam pengembangan program-program sekolah yang inovatif. Salah satu program yang diterapkan adalah dengan mengembangkan program liqo’ yang merupakan pengembangan dari program literasi sekolah. Selain itu banyak juga program unggulan yang diterapkan diantaranya adalah Robotika dan Tahfidzul Qur’an.

Manajemen Literasi Sekolah Manajemen Literasi Sekolah melalui Program Liqo’ di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya

Budaya literasi merupakan bagian terpenting dari budaya sekolah yang menjadi langkah awal untuk meningkatkan kualitas mutu peserta didik, gerakan literasi mampu menumbuhkan pemahaman dan melatih kebiasaan siswa lebih disiplin dan berwawasan. Karena itu banyak sekolah yang menggencarkan gerakan literasi sekolah. Begitu pentingnya literasi dalam membantu proses peningkatan kemampuan siswa dan mutu sekolah, sehingga dalam proses penerapannya perlu diatur secara baik dan matang dalam sebuah manajemen literasi sekolah melalui empat tahapan langkah manajemen, dalam hal ini adalah perencaanaan(Planning), pengorganisasian(Organizing), pelaksanaan(Actuating), dan Evaluasi (Evaluating) agar dapat menciptakan suasana literat bagi seluruh warga sekolah.[2] Karena budaya literasi yang berjalan dengan baik dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter tersendiri bagi seluruh warga sekolah yang akan menjadi ciri khusus suatu sekolah.

Manajemen literasi di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya dilaksanakan sesuai panduan yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) tahun 2016 yang dikenal dengan sebutan gerakan literasi sekolah (GLS) yang dilaksanakan dan dikembangkan melalui program liqo’.

Ada empat tahapan dalam manajemen literasi sekolah melalui program Liqo’ yang diterapkan di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya sebagai berikut:

1) Perencanaan (planning)

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa program liqo’ di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya, pada tahapan perencanaan (planning) terdiri dari beberapa langkah perencanaan sebagai berikut :

1. Rapat pembentukan Tim Pengembang program liqo’

Pembentukan tim pengembang program liqo’ merupakan tahapan awal dari langkah perencanaan program liqo’. Tim pengembang yang telah dibentuk melalui rapat bersama tersebut yang nantinya akan mengawal terlaksananya program liqo’.

2. Penetapan SK (Surat Keputusan) Tim Pengembang program liqo’

Setelah terbentuk tim pengembang melalui rapat bersama dari perwakilan semua elemen sekolah, maka kepala sekolah akan mengeluarkan SK tugas sesuai dengan jobdis masing-masing. Surat tugas tersebut berlaku selama satu tahun ajaran dan akan diperbaharui lagi pada tahun ajaran berikutnya.

3. Penyusunan program liqo’

Setelah terbentuknya tim pengembang dan penetapan SK dari kepala sekolah, maka dimulailah tugas penyusunan program liqo’. Dalam penyusunan program Liqo ini dilaksanakan melalui Raker (Rapat kerja) dengan pembahasan program dan bentuk kegiatan liqo’ yang akan dilaksanakan selama satu tahun ajaran.

4. Penyusunan jadwal dan materi program liqo’

Dalam penyusunan jadwal dan materi program liqo’ sekolah melibatkan para guru dari setiap kelas, karena merekalah yang akan mengawal langsung pelaksanaan program liqo’.

Berdasarkan pengamatan dokumen yang ada dapat disimpulkan bahwa tahapan perencanaan dan persiapan dalam penyusunan program liqo’ dilakukan melalui beberapa langkah yang dimulai dengan rapat pembentukan tim pengembang program di bawah tanggung jawab kepala bidang kurikulum bersama Tim guru yang berkompeten dan dibimbing langsung oleh kepala sekolah.

Untuk proses penyusunan program liqo’ dilakukan beberapa kali rapat koordinasi dari pihak yang terkait tersebut di atas sebagai upaya untuk menghasilkan rancangan program terbaik yang akan dijadikan acuan dalam menjalankan semua kegiatan pembelajaran di sekolah selama satu tahun kedepan.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Pada tahap pengorganisasian ini tim khusus (tim pengembang) yang telah dibentuk akan menjalankan manajemen literasi sekolah yang diterapkan melalui program liqo’. Tim khusus ini terdiri dari Wakasek, Kepala Perpustakaan, Koordinator

Keagamaan (ISMUBA) dan juga guru-guru senior yang berkompeten, masing-masing dari mereka akan diberikan SK surat tugas dari kepala sekolah untuk menyusun program liqo’ tersebut. Apa saja yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya literasi sekolah melalui program liqo’. Materi apa saja yang perlu disampaikan dan baik untuk pembentukan karakter, akhlak dan perkembangan wawasan siswa terutama mengenai dasar-dasar keagamaan yang sangat penting dan dibutuhkan mereka dalam kehidupan sehari hari.

Selain upaya di atas salah satu langkah pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara perbaikan program pada manajemen literasi sekolah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru untuk selalu menambah ilmu dan wawasan yang berkaitan dengan bidang keilmuan dan profesinya dengan selalu mengikutkan guru dan karyawan dalam kegiatan pelatihan, workshop, seminar dan lokakarya yang diadakan oleh pihak dinas maupun lembaga yang terkait.

3) Pelaksanaan (Actuating)

Langkah-langkah tahapan program liqo’ yang di laksanakan di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya sebagai berikut:

a. Pembiasaan

Langkah pembiasaan ini dilaksanakan dengan berbagai bentuk kegiatan seperti membaca surat pendek dan tahsin, menghafal surat pendek, hadits dan doa harian, cerita hikmah serta kegiatan membaca buku cerita keagamaan. Kegiatan ini dilaksanakan selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, setelah siswa berdo’a belajar sesuai dengan target setiap kelasnya.

b. Pengembangan

Langkah pengembangan program liqo’ dilaksanakan dengan memasukkan materi liqo’ dalam kegiatan pembelajaran di kelas terutama pada materi keagamaan dan penanaman nilai karakter siswa.[3] Langkah Pengembangan dalam program liqo’ dilakukan sebagai tindak lanjut dari langkah pembiasaan untuk mempertahankan minat baca siswa.

Dapat disimpulkan bahwa program liqo’ pada tahap pengembangan ini siswa dapat memunculkan berbagai potensi yang dimilikinya melalui berbagai kegiatan seperti penyampaian cerita, diskusi islami, membaca nyaring, menulis, menghafal teks dialog, membaca mandiri, dan membaca bersama. Kegiatan ini membuat siswa sangat antusias dalam memanfaatkan sudut baca dan perpustakaan sekolah.

c. Pembelajaran

Pada tahap pembelajaran ini SD Plus Muhammadiyah Brawijaya mengintegrasikan liqo’ kedalam proses pembelajaran. Dengan memfokuskan pada empat kemampuan berbahasa yaitu membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Untuk kegiatan membaca dan menulis difokuskan pada pembelajaran kelas kecil (kelas 1-3) Adapun pembelajaran yang dikembangkan di kelas besar (kelas 3-4) dengan materi yang lebih komplek lagi yaitu menyimak dan berbicara, menganalisa masalah, menyimpulkan dan menghasilkan karya.[4]

4) Evaluasi (Evaluating)

Evaluasi program liqo’ bertujuan untuk mengambil keputasan pada langkah selanjutnya. Apakah program tersebut dapat dilanjutkan atau memerlukan perbaikan. Selain itu evaluasi dilakukan setiap akhir bulan dapat berbentuk forum diskusi dan juga berbagai mcam tampilan unjuk keberanian siswa seperti pidato, bercerita/ story telling, serta membuat karya atau produk sesuai kreatifitas masing-masing siswa dan pengarahan dari guru. Dari langkah evaluating dapat disimpulkan bahwa dalam setiap program diperlukan evaluasi untuk mengukur sejauh mana program tersebut dapat dilaksanakan dan tercapai, adanya peluang dan hambatan yang ditemukan, follow up apa yang diperlukan dan diperolehnya kesimpulan apakah program tersebut dapat dilanjutkan atau dihentikan.

Peluang dan Hambatan dalam manajemen Literasi Sekolah melalui Program Liqo’ di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya

Setelah dilakukan empat tahapan manajemen diatas yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta evaluasi, dan berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui faktor peluang dan juga hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan liqo’ tersebut. Adapun faktor peluang dan hambatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Faktor-Faktor peluang dalam manajemen literasi sekolah melalui program liqo’ di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya.[5]

Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan program Liqo’ di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya terdapat beberapa faktor peluang yaitu:

  1. Terbentuknya program pengembangan dalam pembelajaran yang inovatif sekaligus sebagai upaya pembentukan karakter yang sangat bermanfaat bagi para peserta didik, serta membantu siswa dalam menumbuhkan motivasi belajar karena proses penyampaian materi yang menarik dan beragam mampu menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar.
  2. Mengasah kemampuan leadership peserta didik dalam hal ini percaya diri menampilkan unjuk keberanian dan berani dalam menyampaikan pendapat.[7]
  3. Adanya sarana dan prasarana yang memadai, seperti perpustakaan, sudut baca, laoraturium komputer, WIFI aktif, lingkungan yang literat (dinding karya, papan prestasi, poster, kalimat positif di area sekolah, dan pemajangan penghargaan/piala prestasi peserta didik) yang dapat digunakan sebagai penunjang peningkatan program Liqo’ di sekolah.
  4. Terjalinnya kerja sama dengan beberapa lembaga maupun organisasi seperti Dinas Pendidikan, Dinas kearsipan, Komite dan IKWAM (Ikatan Wali Murid Muhammadiyah) untuk mendukung peningkatan program liqo’.
  5. Adanya infak buku dari komite sekolah dan paguyuban wali murid untuk memperkaya referensi di sekolah.
  6. Tersedianya buku yang beraneka ragam akan menambah semangat dan minat baca siswa seperti Wifi, LCD, TV, Perpustakaan, Sudut Baca dan lain-lain.
  7. Tersedianya media sebagai sumber dan sarana informasi serta referensi program liqo’.
  8. Pengawasan dalam kegiatan liqo’ melalui keikutsertaan guru ketika kegiatan berlangsung. Selain mengawasi guru juga sambil membaca agar bisa diteladani atau menjadi contoh bagi siswanya
  9. Terbangunnya sinergi dan komunikasi yang baik antara sekolah dengan wali murid melalui terbentuknya grup paguyuban wali murid baik secara offline maupun online.

2) Faktor-Faktor hambatan dalam manajemen literasi sekolah melalui program liqo’ di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya[8]

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan bahwa terdapat beberapa faktor hambatan terhadap program liqo’ yaitu:

  1. Adanya perbedaan kemampuan dan inisiatif setiap siswa maupun guru dalam mengembangkan kreatifitas program liqo’.[9]
  2. Motivasi dan semangat dari siswa yang tidak stabil sehingga mudah merasa jenuh dan kurang fokus membuat guru harus selalu memberikan dorongan motivasi belajar.[10]
  3. Kurang kompaknya tim manajemen literasi sekolah dalam mendukung terlaksananya program liqo’ di sekolah.[11]
  4. Masih diperlukan lagi program pengembangan dan inovasi yang mendukung program liqo’ tersebut.[12]

Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian tentang Manajemen Liqo’ untuk meningkatkan Literasi Sekolah di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:[13]

  1. Manajemen program liqo’ di SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto dilaksanakan dengan menerapkan 4 langkah manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, kemudian diterapkan melalui 3 yaitu : pembiasaan, pengembangan dan pengajaran. Adapun inovasi dari pelaksanaan program liqo’ disertai dengan manajemen pelaksanaan yang tersusun dengan baik tersebut sangat membantu dalam meningkatkan literasi sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan budaya literasi di sekolah.[14]
  2. Adanya faktor peluang dan hambatan dalam proses pelaksanaan program liqo’ di Sd Plus Muhammadiyah Brawijaya, faktor peluang diantaranya: a. Adanya sarana dan prasarana yang memadai, seperti perpustakaan, sudut baca, laoraturium komputer, WIFI aktif, lingkungan yang literat, b. Terjalinnya kerja sama dengan beberapa organisasi seperti Dinas Pendidikan, Dinas kearsipan, Komite dan IKWAM (Ikatan Wali Murid Muhammadiyah), c. Adanya sodaqo [15] buku dari komite sekolah dan paguyuban wali murid untuk memperkaya referensi di sekolah, d. Tersedianya buku yang beraneka ragam, e. Tersedianya media sebagai sumber dan sarana informasi serta referensi program liqo’, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor hambatan yang ditemukan antara lain : a. Adanya perbedaan kemampuan dan inisiatif setiap siswa maupun guru, b. Motivasi dan semangat dari siswa yang tidak stabil, c. Kurang kompaknya tim manajemen literasi sekolah, dan d. Masih perlunya lagi program pengembangan dan inovasi yang mendukung program liqo’ tersebut.

References

  1. Yana. 2013. Pendidikan Abad 21. [Online]. Tersedia: http://yana.staf.upi.edu/2015/10/11/ pendidikan-abad-21/ di akses pada tanggal 22 oktober 2017 Pukul 20.00 WIB.
  2. Unesco, “Digital Literacy In Education”, in IITE Policy Brief, May 2011.
  3. http://unesdoc.unesco.org/images/0021/002144/214485e.pdf2 diakses 8 Agustus 2017
  4. www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org. 18 Juni 2015.02:19
  5. Azamiyah, Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur‟an Surah Alhujurat; 11-13, PAI Uiniv Muhammadiyah Surabaya,2017
  6. Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan Gerakan Literasi Nasional, Kementerian pendidikan dan kebudayaan, Jakarta, 2017. hal.v
  7. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2007
  8. E-book: Dewi Utama Faizah dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, hal. 2 Tahun 2014.
  9. Wawancara dengan ibu Nuril Jannah Kepala SD Plus Muhammadiyah Brawijaya pada tanggal 18 Juni 2021 di ruang Kepala Sekolah SD Plus Muhammadiyah Brawijaya
  10. Kompas Mania, Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Pembentukan Karakter Anak Usia Dini. https://www.kompasiana.com/faalaja/ 59df021d63eae7 670b2406f2/ peran-orangtua-dalam pendidikanpembentukan-karakter-anak-usia-dini.2017
  11. BSNP. (2010). ParadigmaPendidikan Nasional Abad XXI. [Online]. Tersedia: http://www.bsnpindonesia.org/id/wpcontent/uploads /2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf diakses pada tanggal 20 oktober 2017 Pukul 16.59 WIB
  12. Wijaya ,Etistika Yuni, Sudjimat,Dwi Agus & Nyoto ,Amat (2016). Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global. Volume 1 ISSN 2528- 259X
  13. Kewargaan Gerakan Literasi Nasional, Kementerian pendidikan dan kebudayaan, Jakarta, 2017.
  14. Dokumen 1 Pedoman Kurikulum 2013 SD Plus Muhammadiyah Brawijaya Kota Mojokerto,Tahun Pelajaran 2020/2021
  15. Wawancara dengan ibu Ririn Ambarwati, S.Pd Koordinator ISMUBA SD Plus Muhammadiyah Brawijaya pada tanggal 18 Juni 2021 di ruang Guru.
  16. Ulil Amri Syafri, Metodologi Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Analisis Terhadap Ayat-Ayat Al-Qur‟an Ber-lafadz “Yâ Âyyuhâ al-Ladzîna Âmanû”),Uin Syarif Hadayatullah Jakarta, 2014.
  17. Tobroni, Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam, dalam Website http://tobroni.staff.umm.ac.id/24 November 2010