Abstract
This study aims to describe the habituation of students' disciplined characters and the role played by teachers in habituation of students' disciplined characters. The object of the research was conducted at Muhammadiyah 3 Ikrom Elementary School, Sidoarjo. The research subjects were 2 third grade teachers. Data was collected using observation, interview and documentation techniques which were then analyzed using the Miles model, namely condensation, data presentation, drawing conclusions and verification. The results showed that the habituation of the student's disciplinary character was carried out by the teacher by applying the my point system, welcoming students in the morning, verbally reminding them, greeting and greetings when they met, and getting used to Dzuha prayers, and muraja'ah every morning. The teacher's role in familiarizing the disciplined character in doing assignments, preparing school needs, attendance, and obeying school rules, the teacher acts as a teacher, mentor, counselor, evaluator, model, and creator.
Pendahuluan
Pendidikan suatu kegiatan membentuk kepribadian manusia lebih baik lagi dari segi rohani maupun jasmani. Pendidikan juga sebagai sistem yang memiliki misi dalam mengembangkan potensi manusia seperti pengetahuan, keterampilan, fisik, kesehatan, sosial sebagai individu yang mampu bersaing di lingkungan masyarakat. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor20 tahun 2003,dalam hal ini menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan telah terencana dalam mewujudkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan dan juga keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat dan bangsa. Tujuan pendidikan Sistem Pendidikan Nasional tersebut di antara peserta didik memiliki kekuatan spiritual, akhlak mulia dan pengendalian diri menjadi modal utama karakter yang sangat penting dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Karakter dalam istilah lain disebut tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang yang dapat membedakan seseorang dengan seseorang lainnya[1]. Upaya mengembangkan karakter, di antaranya melalui pembiasaan karakter. Pembiasan karakter bertujuan untuk menumbuhkan pribadi siswa yang dapat bertanggung jawab dan dapat bersikap dewasa. Melihat semakin berkembangnya zaman menjadikan kekhawatiran sendiri bagi para orang tua, yang mana tawaran gaya hidup semakin tidak beraturan. Palunga[1], menyatakan bahwa krisis karakter yang terjadi terutama dikalangan pelajar adalah menjadi bagian yang penuh keprihatinan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama guru di sekolah. Sekolah yang diharapkan sebagai tempat yang dapat digunakan untuk meminimalisir krisis karakter tersebut melalui pembinaan mental-spiritual yang merujuk kepada pembentukan karakter. Pembentukan karakter tersebut perlu diperhatikan oleh semua pihak yang berada dilingkungan sekolah, di antaranya melalui peranan guru dalam pembiasaan karakter.
Guru tidak serta merta menjadi orang dewasa yang memberikan pengetahuan dan teori saja kepada siswa nya. Guru disisi lain juga memiliki tugas dan peran yang harus dilakukan. Tugas guru lebih mudahnya adalah mendidik, mengajari, melatih dan mengevaluasi serta memperbaiki siswa hingga siswa dapat lanjut pada jenjang sekolah berikutnya[2]. Sedangkan dalam perannya guru memiliki peran yang penting dalam pendidikan karakter siswa, karena guru merupakan sosok yang dapat menjadi panutan / model bagi siswanya dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter, yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa. Dewantara[3] dalam menerapkan konsep pendidikan harus “Tutwuri Handayani”, yang berarti sebagai pemimpin mengikuti dan memberi kemerdekaan bergerak yang dipimpinnya dari belakang, tetapi juga handayani yang mempengaruhi dengan daya kekuatan jika diperlukan paksaan dan kekerasan apabila kebebasan yang diberikan digunakan tidak baik dan dapat merugikan diri sendiri.
Hasil penelitian Fitri[4], menyebutkan bahwa peran guru sebagai teladan dapat membentuk perilaku siswa melalui cara guru menjadi panutan, menanamkan nilai-nilai keagamaan dan selalu memberikan motivasi untuk siswa agar dapat lebih disiplin. Penelitian lain yang dilakukan Palunga[1], menunjukkan bahwa peran guru sebagai teladan dapat ditunjukkan melalui tutur kata, sikap dan kepribadiannya seperti melakukan tanggung jawab, sopan, berkata jujur toleransi dan peduli terhadap lingkungan. Sebagai guru yang baik, guru yang dapat melaksanakan tugas dan peranannya sebagaimana semestinya dapat memberikan pendidikan yang baik untuk siswanya. Apalagi peran guru dalam mendidik karakter siswa. Karakter siswa memiliki 18 nilai yang harus ditanamkan oleh guru melalui perannya. Salah satu terdapat nilai karakter siswa adalah disiplin.
Disiplin adalah sikap yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan yang berlaku dengan senang hati dan dilakukan penuh kesadaran. Disiplin tersebut memiliki korelasi dengan prestasi belajar siswa[5]. Nilai karakter disiplin diberikan kepada siswa adalah untuk mengajarkan bagaimana cara mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi adanya tata tertib di lingkungan sekolah. Karakter disiplin perlu dibudayakan dalam lingkungan sekolah, karena masih adanya pelanggaran atau perilaku tidak disiplin disekolah contohnya tidak memakai atribut seragam yang lengkap, datang terlambat ke sekolah, berjalan ketika guru sedang menjelaskan, membuang sampah dilingkungan dalam kelas maupun luar kelas, bahkan ada siswa yang tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Adanya perilaku tidak disiplin menunjukkan bahwa terjadi hal serius dalam karakter disiplin siswa[6]. Siswa pada dasarnya ini mengerti perilakunya kurang baik atau tidak benar namun mereka kurang memiliki kemampuan membiasakan diri untuk menghindari perilaku yang kurang tepat tersebut.
Banyak peneliti yang tertarik dalam menjadikan karakter disiplin sebagai objek penelitian. Karakter disiplin salah satu karakter yang dapat dibentuk dalam diri siswa melalui peran guru dengan menggerakkan program pembiasaan karakter di sekolah[6]. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukanPradina[7], hasil penelitiannya menunjukkan bahwa guru dalam membentuk karakter disiplin siswa melalui cara membiasakan kegiatan kedisiplinan seperti halnya datang tepat waktu, menggunakan tutur kata yang sopan, memakai baju yang rapi dan bersih serta sesuai dengan jadwal.
Beberapa penelitian berkaitan pembiasaan karakter disiplin siswa menunjukkan bahwa persoalan karakter menjadi perhatian penting dan memiliki relevansi dengan upaya pedidikan Nasional untuk mewujudkan manusia yang berkarakter. Pembiasaan karakter tersebut, menjadikan peran guru menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter, karena bersinggungan langsung dengan para siswa di lingkungan sekolah. Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom Sidoarjo, menunjukkan adanya upaya pembiasaan karakter disiplin yang dilakukan oleh guru, di antaranya adalah mengucapkan salam kepada ustadzah piket di pagi hari, tindakan catatan apabila ada siswa yang terlambat oleh guru piket, kegiatan sholat dhuha berjamaah, ustadz maupun ustadzah yang tepat datang ke kelas untuk mengisi materi pembelajaran, disediakannya rak sepatu untuk tempat sepatu siswa dan guru, serta setor murojaah di wali kelas sesuai target jenjang kelas.
Pembiasaan karakter disiplin siswa di atas menunjukkan adanya peran aktif guru dalam melakukan pembiasaan karakter disiplin di lingkungan sekolah. Guru Sekolah Muhammadiyah 3 Ikrom juga nampak berperan menjadi motivator yang memotivasi siswanya dalam peduli dengan rasa kedisiplinannya, dengan memberikan penghargaan maupun hukuman sebagai apresiasi membentuk karakter disiplin siswa. Berdasarkan fakta dan uraikan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peran guru dalam membiasakan karakter disiplin siswa di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom Sidoarjo.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif studi kasus. Pemilihan studi kasus dikarenakan studi penelitian ini memiliki kekhususan dan kompleksitas kasus tunggal yang berusaha memahami dalam konteks, situasi, dan waktu tertentu. Berangkat dari hal inilah peneliti dalam penelitian ini berupaya untuk menangkap kompleksitas kasus yang terjadi di objek penelitian. Pertimbangan lain, studi kasus ini memiliki kasus yang unik, penting, dan bermanfaat bagi pembaca[8]. Subyek penelitian ini adalah guru kelas III berjumlah 2 orang. Selanjutnya dalam mengumpulkan data, menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknk observasi digunakan untuk memperoleh data yang lebih nyata dan langsung berkaitan karakter disiplin yang dtunjukkan secara langsung oleh siswa ketika berada di lingkungan sekolah. Teknik wawancara dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data lebih rinci, objektif dan mendalam tentang pembiasaan karakter disiplin yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan peran-peran di lingkungan sekolah. Teknik Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk catatan guru berkaitan dengan upaya pembiasaan karakter disiplin siswa. Tahap akhir setelah pengumpulan data, peneliti melakukan analisis interaktif model Miles dengan cara melakukan kondensasi data, penyajian data, menarik kesimpulan serta verifikasi data[9].
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian, bab ini dipaparkan temuan-temuan penelitian di objek penelitian tentang upaya guru melakukan pembiasaan karakter disiplin siswa dan peran guru dalam membiasakan karakter disiplin siswa. Kedua temuan penelitian tersebut dijelaskan secara berurutan sesuai dengan fokus penelitian. Pertama, mendeskripsikan pembiasaan karakter disiplin siswa. Kedua, mendeskripsikan peran sebagai pengajar, pembimbing, konselor, evaluator, model, dan kreator dalam melakukan pembiasaan karakter disiplin siswa.
Guru Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom dalam melakukan pembiasaan karakter disiplin siswa dilakukan dengan empat cara, yaitu (1) membiasakan mengerjakan tugas; (2) menyiapkan kebutuhan sekolah; (3) membiasakan hadir tepat waktu, dan (4) menerapkan peraturan sekolah. Keempat pembiasaan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Mengerjakan tugas sekolah di rumah
Kegiatan mengerjakan tugas di rumah dilakukan oleh siswa dilakukan dengan meminimalisir tugas-tugas.Pertimbangan meminimalisir tugas tersebut adalah Seolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom menerapkan sistem fullday. Kebijakan sekolah melalui fullday school, mendorong kepada guru agar dapat menghilangkan tugas di rumah atau jika tidak bisa dihindari, maka tugas di rumah menjadi bagian lifeskillsiswa. Hal ini sebagaimana pernyataan guru (R), menyatakan: “Untuk PR ya mbak tidak sering diadakan, karena jaman sekarang apalagi sekolah swasta itu rata-rata meniadakan PR. Tapi mungkin disini ada beberapa tugas yang memang bisa dikerjakan dirumah kayak lifeskill begitu. Lifeskill kan lebih mengembangkan sikap kemandiriannya mbak” ([R], 12 Mei 2022). Kebijakan membiasakan mengerjakan tugas sekolah untuk mengembangkan life skill siswa, juga dilakukan oleh guru [V] dengan memberikan target hafalan perkalian dan pembagian yang bertujuan agar mau disiplin belajar setiap di rumah. Hal ini guru (V) menyatakan:“… saya beri PR agar anaknya mau belajar setiap hariyang bertujuan untuk melatih tanggung jawab dan disiplin dalam belajar…”([V], 13 Mei 2022).
Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas, dapat dipahami bahwa pembiasaan karakter kedisiplinan siswa yang dilakukan guru di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom Sidoarjo dengan membiasakan mengerjakan tugas yang berorientasi pada mengembangkan life skill kemandirian siswa dengan cara memberikan target hafalan perkalian dan pembagian.
2. Menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah
Guru dalam membiasakan siswa untuk menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah, dalam hal ini guru juga sekaligus memerankan diri sebagai orang tua siswa. Guru dalam membiasakan tersebut dengan mengontrol kondisi siswanya di dalam kelas. Sebagaimana yang dilakukan salah satu guru, pada setiap malam hari sebelum belajar di sekolah guru mengingatkan keperluan yang dibawa oleh siswa melalui grup whatsapp. Hal ini dapat dipahami dari pernyataan guru [R]:
“…kelas saya h-1 ketika habis maghrib atau habis isyak selalu ada warning, ada pesan dari saya di grup di kelas saya pasti kirimkan agenda untuk kegiatan besok dan selanjunya untuk jadwal masuk jam berapa pulang jam berapa pakek seragam apa perlengkapan apa yang harus dibawa, itu sebagai catatan. Jika tidak sesuai akan di kembali lagi ke my point” ([R], 12 Mei 2022)
Memberlakukan sistem my point bagi siswa bagi siswa yang tidak membawa alat belajar lengkap sebagai upaya guru dalam membiasakan karakter kedisiplinan siswa di atas, guru Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom dengan cara mengingatkan kelengkapan alat belajar siswa dan kelengkapan seragam. Hal inidilakukan oleh guru kelas III Zaid. Tujuan pembiasaan agar pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan lancar. Pembiasaan karakter displin tersebut dapat dipahami dari pernyataan salah satu guru kelas III, Zaid menyatakan: “Ya mbak, kalau semisal tidak bawa pasti anak itu akan usil jahil karena tidak ada alat maupun bahan ajar yang membuatnya fokus. Jadine anak e bisa ganggu teman e.” ([V], 13 Mei 2022)
Pembisaan karakter kedisiplinan yang dilakukan oleh guru Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom melalui pembiasaan menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah dengan cara mengingatkan keperluan yang dibawa oleh siswa melalui grup whatsapp, yaitu kebutuhan kelengkapan alat belajar dan kelengkapan seragamsiswa. Tujuan pembiasaan karakter kedisiplinan tersebut diharapkan siswa menjadi lebih fokus saat mengikuti pembelajaran di kelas dan terlatih disiplin dalam menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah.
3. Kehadiran siswa
Guru membiasakan karakter kedisiplinan melalui membiasakan siswa datang ke sekolah tepat waktu dan absensi di dalam kelas dengan memberlakukan sistem my point. Pemberlakuan sistem my point tersebut guru bekerjasama dengan guru BK. Pembiasaan karakter kedisiplinan ini dapat dipahami sebagaimana pernyataan subjek: “Iya, ini kalau terlambat 1- 2 kali ini masih ranahnya wali kelas ya mbak sambil diingatkandan ke poin lagi baliknya, nanti kalau diulangi sampai 4-5 x itu sudah menjadi ranahnya BK. Jadi harus ada kerjasama antara wali kelas dengan BK.” ([R], 12 Mei 2022).
Penjelasan subjek di atas, senada dengan guru kelas III Zaid yang menjelaskan jika ada bentuk kerjasama dengan bagian BK mengenai kehadiran siswa. Hal ini disampaikan oleh guru kelas III Zaid: “Eeemmmm kalau saya ya mbak 3 kali dinasehati, untuk selanjutnya ada konsekuensi muraja’ah surat Al-Fajr 4kali dan point dikurangi. Kalau sudah keterlaluan itu saya bawa anaknya ke ruang BK, karena di BK nanti anaknya juga akan mendapat peringatan.” ([V], 12 Mei 2022)
Pembiasaan karakter kedisiplinan sebagaimana pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa guru memberlakukan kegiatan punishment berupa muroja’ah yang sesuai dengan target hafalan kelas dan shalat Dhuha sendiri di luar kelas. Hal ini sesuai observasi yang dilakukan peneliti, bahwa siswa yang mendapat punishmentdikarenkan siswa datang terlambat di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat dipahami bahwa guru bekerjasama dengan BK membiasakan karakter kedisiplinan siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom melalui pembiasaan siswa datang ke sekolah tepat waktu dan absensi di dalam kelas dengan memberlakukan sistem my point serta memberikan punishmentbagi siswa yang datang terlambat sekolahdalam bentuk melaksanakan shalat Dzuha dan muraja’ah di luar kelas.
4. Menerapkan peraturan sekolah
Subjek berupaya membiasakan karakter kedisiplinan melalui menerapkan segala bentuk tata tertib yang berlaku di sekolah sembari dengan cara mengingatkkan siswa untuk tetap patuh dan menjalankan tata tertib. Usaha yang dilakukan subjek tersebut bertujuan agar siswa dapat konsisten untuk bersikap disiplin. Hal ini sebagaimana pernyataan subjek: “terapan aturan sekolah Alhamdulillah banyak anak-anak yang mematuhi daripada tidak karena aturan sekolah tercatat dalam buku my note yang perlu diisi oleh anak-anak sendiri.” ([R], 12 Mei 2022).
Ungkapan subjek [R] di atas, juga disepakati oleh subjek [V] yang mengatakan: “jadi karena sekolah sudah membuat aturan tertulis, jadi siswa itu harus mau mematuhi ya mbak aturan yang sudah dibuat, kalau tidak pasti ada nasihat diikuti dengan hukuman”.Penerapan tata tertib tentunya diberlakukan nasihat dan diikuti dengan hukuman apabila siswa melanggar. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara bersama guru BK menyatakan berikut:
“Ketika anak-anakditerapkan untuk datang tepat waktu di sekolah, maka gurunya pun dikondisikan datang tepat waktu. Eeeee…budaya mereka bisa menata sandal dengan rapi meletakkan di raknya, ketuk pintu dan budaya itu itu semua sudah kita polakan, jadi sekolah sudah menyediakan ada labelnya terus kita ajarkan datang tepat waktu terus habis itu meletakkan sepatu, masuk kelas duduk dikelas itu bagaimana nah waktunya sholat duha ya sholat duha, nah semuanya kan sudah ada timelinenya apa namanya eee.. aturan wakunya, nah guru-guru disini memang mengkondisikan benar-benar mengkondisikan murid nya supaya bisa tepat waktu dan pulang nya juga..tepat waktu.” ([D], 13 Mei 2022)
Pernyataan subjek di atas, diperkuat hasil observasi bahwa bagi siswa yang tidak menggunakan seragam sesuai jadwal dan siswa yang meletakkan sepatu dengan rapi di rak depan kelasnya.
Upaya membiasakan karakter kedisiplinan siswa dapat dipahami melalui penerapan aturan Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom yang di awali dengan adanya aturan yang jelas terlebih dahulu, kemudian sekolah juga menyediakan fasilitas yang menunjang pembiasaan karakter disiplin siswa di sekolah dan diikuti dengan adanya penegakan aturan melalui adanya suatu hukuman.
Berdasarkan temuan penelitian, menunjukkan bahwa peran guru Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom dalam membiasakan karakter disiplin siswa berperan sebagai pengajar, pembimbing, konselor, evaluator, model, dan kreator. Keenam peran yang dilakukan guru tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar di Sekolah Muhammadiyah 3 Ikrom mengawali pembelajaram dengan pemberian apersepsi yang bertujuan untuk mengetahui konsep awal materi pembelajaran. Sebelum apersepsi guru membiasakan siswa untuk mengajak melaksanakan shalat Dhuha dan muraja’ah secara bersama-sama. Hal ini sesuai pernyataan subjek [R]:“Saya biasanya melakukan appersepsi di pagi hari sesudah ini mbak shalat Dhuha dan muraja’ah yang dilakukan setiap harinya, karena itu kan salah satu menumbuhkan rasa keingin tahuan anak-anak” ([R] 12 Mei 2022). Hal yang sama juga dilakukan sebagaimana subjek V dengan memberikan pembelajaran bermakna sebagaimana pernyataannya: “Pembelajaran bermakna itu saya selalu kasih contohnya ketika membuka pelajaran itu mbak, sebagai pembuka dan supaya anak-anak tau kegiatan apa yang mau kita pelajari di hari itu, respon siswanya yaa tergantung kepemahaman siswanya juga mbak ada yang kesulitan ada yang memang sudah bisa.”([V], 13 Mei 2022)
Guru berperan sebagai pengajar dalam kegiatan belajar siswa berperan penting dalam membiasakan karakter disiplin siswa. Guru sebagai pengajar dalam hal ini mengawali kegiatan pembelajaran di dalam kelas pada pagi hari dengan mengajak melaksanakan shalat Dhuha berjama’ah dan muraja’ah surat-surat pendek serta doa keseharian secara bersama-sama. Kegiatan sholat Dhuha dan muraja’ah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan guru melakukan kegiatan apersepsi sebagai pembuka materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini di dukung pada saat peneliti melakukan observasi, guru kelas III dalam membuka pelajaran dengan memberikan appersepsi berupa menghubungkan materi dalam kehidupan sehari-hari siswa dan mempermudahnya dengan pemberian contoh-contoh sederhana yang banyak ditemukan oleh siswa.
2. Peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai pembimbing
Guru berperan sebagai pembimbing untuk membiasakan karakter disiplin siswa dengan menganalisis siswanya terkait kepehamanan materi yang telah dijelaskan. Materi yang disampaikan oleh guru tidak semua dapat cepat dipahami oleh siswa. Adanya siswa yang memiliki keterlambatan dalam memahami materi dapat memperhambat jalannya kegiatan pelajaran. Siswa yang sulit dalam memahami materi dapat dipengaruhi oleh faktor pola belajar, dimana berkaitan dengan bagaimana cara siswa belajar mandiri di rumah. Hasil observasi, guru sedang memberikanpenjelasanberulang dan pemberiancontoh yang memudahkanpemahamansiswa.
Guru juga memiliki trik pada siswa yang memiliki kesulitan dalam memahami materi, melalui kegiatan menjelaskan dengan cara mendekati dan memberikan contoh gambaran yang memudahkan siswa dalam memahami. Kegiatan itu juga dilakukan secara spontan, namun tetap terkesan dalam satu kelas semua siswa telihat sama. Hal inisesuaidengan yang disampaikan oleh guru kelas III Usman:
“Nah itu dia ada treatment khusus, entah itu dipanggil kita harus memperhatikan “oh anak ini kayaknya belum paham” langsung kita dekati anaknya, kita samperin kita bilang dan kita tau karena ekspresi muka kan tau ya mbak kalau anak paham nggak paham itu tapi secara gak sadar supaya kita nyamperin dia temen-temennya itu biar gak mikir “emmm ngapain ya kok di samperin ustadzah?” biar terlihat sama.” ([R], 12 Mei 2022)
Cara guru membimbing siswa dilakukan dengan adanya treatmentkhusus dan diberikan secara langsung tanpa disadari oleh siswa, supaya siswa tidak merasa dibedakan. Hal ini senada dengan hasil wawancara bersama guru kelas Zaid, bahwa:
“Beberapa anak-anak ada juga yg masih kesulitan mbak, karena memang setiap kemampuan anak berbeda mbak. Jadi di kelas ada yg kemampuan nya cepat, sedang dan kurang. Jadi harus dijelaskan dengan pelan-pelan. Cara menjelaskannya harus lebih intern mbak, harus face to face. Eee… jadi anaknya dijelaskan harus mendetail banget baru anaknya bisa paham mbak.” ([V], 13 Mei 2022)
Pernyataan di atas, juga sesuai dengan hasil pengamatan peneliti, ketika guru memberikan bimbingan secara intern dengan mendekati siswa secara fisik.
Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat dipahami peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai pembimbing ketika di dalam kelas dengan menganalisis siswanya terkait kepehamanan materi yang telah dijelaskan serta pemberian penjelasan yang mendetail dan dilakukan secara face to face pada anak yang memiliki kelemahan dalam memahami suatu materi pembelajaran.
3. Peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai konselor
Pemberian konseling dilakukan pada sela-sela belajar siswa dengan memanggil siswa yang membutuhkan konseling. Namun untuk selebihnya apabila konseling yang dilakukan guru kelas masih kurang, maka siswa tersebut dirahkan ke ruang BK. Hal ini sesuai pernyataan guru [R]:
“Kalau untuk konseling mbak, sekolah itu sudah menyediakan BK untuk mengatasi anak-anak yang memiliki permasalahan sama sikapnya. Tapi kalau kepehamaman masih bisa dikendalikan sama guru kelas sendiri melalui bimbingan tadi. Teruus untuk konseling sederhana dalam kelas, contohnya yaa anaknya buat kegaduhan nah itu bisa kita panggil tapi di sela-sela pembelajaran, kalau saya saat menjelaskan materi saya sekedar mengingatkan dengan nada tegas..tujuannya biar yang lain tidak terganggu, jadi konseling dilakukan di sela-sela belajar gitu dengan anaknya dipanggil mbak”.([R], 12 Mei 2022)
Pembiasaan karakter disiplin dengan memberikan konseling melalui kegiatan motivasi dan dilakukan disela-sela pembelajaran pada siswa yang memiliki permasalahan. Selain sikap siswa, konseling yang berkaitan dengan gaya belajar siswa juga membutuhkan konseling. Tingkat kepemahaman siswa kemungkinan dipengaruhi oleh gaya belajar ataupun faktor lain yang mengganggu belajar siswa. Gaya belajar siswa tidak sekedar yang terlihat di dalam kelas ataupun di lingkungan sekolah, tetapi gaya belajar yang di rumah juga perlu di ketahui oleh guru. Guru kelas III Zaid melakukan konseling pada siswa-siswinya di kelas terutama pada anak yang kesulitan dalam belajar dengan memberikan pertanyaan untuk mencari tau sebab dari permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan penjelasan subjek: “…karena mereka jarang belajar pernah saya tanyain anak yang sulit tadi itu jawabannya karena jarang belajar. Bisa dilihat kok mbak, kalau anak itu sulit dalam pemahaman dan anak-anak yang punya disiplin baik itu pasti bisa diajak untuk nalar.” ([V], 13 Mei 2022)
Berdasarkan hasil temuan di atas, peran guru SD Muhammadiyah 3 Ikrom dalam membiasakan karakter disiplin sebagai konselor dengan memberikan motivasi setiap harinya dan memberikan konseling sederhana pada sikap serta cara belajar siswa yang sedikit bermasalah. Siswa yang memiliki masalah lebih pada sikapnya, akan mendapat layanan khusus di ruang BK.
4. Peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai evaluator
Guru sebagai evaluator dalam melakukan pembiasaan karakter disiplin memiliki tugas dalam mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran. Guru SD Muhammadiyah 3 Ikrom dari hasil observasi, telah melakukan kegiatan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang berkaitan dengan akademik, sikap dan keterampilan siswa. Evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam kelas disampaikan pada akhir pembelajaran, dengan sebelum mengawali pembelajaran guru selalu mengingatkan siswa-siswinya agar dapat belajar dengan lebih baik dan tertib dari pada hari kemarin.
Guru kelas III Usman melakukan evaluasi terhadap sikap siswa selain melalui pembelajaran langsung, juga adanya pengecekan dari buku my note dan sistem my point. Siswa kelas III Ustman dapat dikondisikan dengan adanya sistem my point yang bertujuan untuk memotivasi siswa agar disiplin dan bertanggung jawab. Contohnya selalu berbuat baik terhadap sesama, selalu merapikan tempat belajar, datang tepat waktu, bersikap sopan di dalam kelas, menggunakan bahasa yang sopan dan perilaku yang berkaitan dengan tata tertib di sekolah. Penilaian berikutnya diambil dari buku my note sebagai monitoring kegiatan siswa sesuai dengan pemaparan guru kelas III Usman:
“Nah, kalau dari kelas saya kelas tiga usman ini, kan memang dari kelas 1 sudah ada my note buku itu dan karena pandemi makanya diganti dengan buku miki (monitoring ibadah) itu. Lah kemudian, tapi di dalam kelas saya ini saya buat my point, jadi awalnya tujuan saya itu saya buat gimana sih biar jadi motivasi anak-anak ini tanpa disuruh bisa jadi disiplin dengan sendirinya, tanggung jawab dengan sendirinya.” ([R], 12 Mei 2022)
Kegiatanevaluasikelas III Usman sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti, bahwa guru kelas III Usman memberlakukan my pointuntuk membantu kegiatan evaluasi berikut:
Kegiatan monitoring untuk siswa memang telah dibuatkan buku, agar guru dapat lebih mudah dalam mengevaluasi sikap siswa. Buku my note berisikan tata tertib sekolah, punishment apabila melanggar, dan kegiatan yang wajib dilakukan siswa-siswi setiap hari.Guru kelas III Zaid juga melakukan evaluasi melalui akhir kegiatan belajar, sebelum pulang ada jeda lima belas menit untuk melakukan evaluasi. Sikap siswa mengenai kedisiplinan selalu mendapat koreksi di akhir pembelajaran. Hal ini sesuai dengan paparan hasil wawancara dengan guru kelas III Zaid: “iya mbak, jadi untuk evaluasi atau biasa disebut refleksi itu saya pasti memberikan dilima belas menit akhir pembelajaran. Kebanyakan evaluasinya itu mencakup sikap selama kegiatan belajar tentang kondisi kelas saat belajar. Memang namanya anak-anak ya mbak masih perlu diingatkan setiap hari supaya tertib dan disiplin saat belajar.” ([V], 13 Mei 2022)
Pembiasaan karakter melalui peran guru sebagai evaluator dapat dipahami guru melakukan kegiatan evaluasi hasil belajar siswa yang berkaitan dengan akademik, sikap dan keterampilan siswa pada setiap hari dilakukan di akhir pembelajaran. Guru juga memotivasi dan mengevaluasi secara lisan, menggunakan sistem my point, dan pengecekan buku my note.
5. Peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai model
Guru sebagai model selalu mencontohkan sikap yang baik dan dapat ditiru oleh siswanya. Guru [R] sering mencontohkan sikap patuh terhadap aturan seperti: datang tepat waktu, menggunakan seragam yang lengkap, menyiapkan alat dan media belajar, keadaan meja yang selalu rapi,serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam berbicara. Berdasar hasil wawancara, guru [R] menyatakan: “ya salah satunya saya memberi contoh datang tepat waktu, menggunakan seragam lengkap, membawa perlengkapan alat tulis lengkap, meja selalu rapi, menyelesaikan tugas tepat waktu itu juga termasuk poin disiplin.” ([R], 12 Mei 2022).
Hal senada juga disampaikan oleh guru [V], menjadi teladan bagi siswanya harus dapat mencontohkan sikap dan perilaku yang baik. berikut hasil wawancara dengan guru [V]:
“Kalau saya pastinya datang tepat waktu ya mbak, karena ceklok guru disini maksimal 6.45, terus saya juga membiasakan diri untuk masuk kelas ketuk pintu dan salam, berbicara ke anak-anak juga memakai bahasa Indonesia dan penggunaaan kata maaf, tolong, terimakasih itu mbak, pokoknya disiplin juga harus saya terapkan sendiri termasuk kerapian baju seragam itu sama mengembalikan sesuatu pada tempatnya.” ([V], 13 Mei 2022).
Hasil wawancaradi atas, diperkuat hasil observasi bahwa guru SD Muhammadiyah 3 Ikrom datang tepat waktu, menyambut siswa menggunakan seragam yang rapi sesuai jadwal.
Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, bahwa guru SD Muhammmadiyah 3 Ikrom dalam membiasakan karakter disiplin siswa dengan berperan menjadi teladan yang baik, seperti menggunakan seragam sesuai jadwal, sapa dan salam kepada guru maupun siswa, menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dan selalu berpenampilan rapi baik diluar maupun di dalam kelas.
6. Peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai kreator
Guru berperan sevagai kreator dalam pembiasaan karakter disiplin siswa dengan melakukan cara yang kreatif saat mengatur kegiatan siswa di kelas, lebih memiliki pengaruh dalam merubah daripada sekedar menggunakan perintah atau menyuruh dalam melakukan sikap yang baik. Hal ini sebagaimana pernyataan guru [R]: “ya menurut saya itu berdampak banget ke anak-anak, kelihatan sekali perubahannya, daripada kita hanya sekedar “nak ayo dirapikan” tanpa ada cara memotivasi dan yang kreatif, jadi kita kesannya menyuruh menyuruh” ([R], 12 Mei 2022).
Cara yang kreatif yang dilakukan oleh guru di atas berupa adanya reward ini sangat membangun antusias siswa supaya lebih disiplin di sekolah. Hal ini sesuai paparan guru [V]:“ditambah iming-iming hadiah ketika akhir semester itu anak-anak III Zaid Alhamdulillah banyak yang antusias, walaupun masih ada saja yang melanggar.”([V], 13 Mei 2022).
Peran guru dalam membiasakan karakter disiplin siswa sebagai kreator, guru SD Muhammadiyah 3 Ikrom melakukan cara yang kreatif dalam pembelajaran dengan menerapkan metode mengajar yang asik dan adanya penghargaan sebagai motivasi siswa supaya lebih disiplin lagi.
Pembahasan
Berdasarkan fokus penelitian, sub bab ini menganalisis temuan penelitian dari sub bab sebelumnya. Analisis dimulai dari analisis temuan pembiasaan karakter disiplin siswa dan dilanjut dengan menganalisis peran guru dalam melakukan pembiasaan karakter disiplin.
1. Analsis pembiasaan karakter disiplin siswa
Pembiasaan karakter disiplin siswa dilakukan dengan empat cara, yaitu (1) membiasakan mengerjakan tugas; (2) menyiapkan kebutuhan sekolah; (3) membiasakan hadir tepat waktu, dan (4) menerapkan peraturan sekolah. Temuan pembiasaan karaker disiplin siswa di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom tersebut, sejalan dengan yang diuraikan Arikunto[10]tentang kedisiplinan siswa terlihat dari aspek lingkungan keluarga dan aspek lingkungan sekolah.
Pertama, pembiasaan karakter kedisiplinan siswa yang dilakukan guru di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom Sidoarjo dengan membiasakan mengerjakan tugas yang berorientasi pada mengembangkan life skill kemandirian siswa dengan cara memberikan target hafalan perkalian dan pembagian. Mengerjakan tugas sekolah di rumah, artinya jika ada pekerjaan rumah (PR) dari guru, siswa selalu mengerjakannya di rumah secara individu atau kelompok dan bertanya kepada ayah atau ibunya[10]. Temuan penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan Akmaluddin[11], menunjukkanbahwa adanya tugas sekolah di rumah yang diberikan oleh guru salah satu upaya penanaman kedisiplinan belajar siswa. Pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, banyak siswa yang tidak mengerjakan dengan alasan mengaji atau membantu orang tuanya sehingga hal ini mengganggu kemampuan siswa dalam memahami materi.
Kedua, pembiasaan karakter kedisiplinan yang dilakukan oleh guru Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom melalui pembiasaan menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah dengan cara mengingatkan keperluan yang dibawa oleh siswa melalui grup whatsapp, yaitu kebutuhan kelengkapan alat belajar dan kelengkapan seragamsiswa. Tujuan pembiasaan karakter kedisiplinan tersebut diharapkan siswa menjadi lebih fokus saat mengikuti pembelajaran di kelas dan terlatih disiplin dalam menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah. Senada dengan Arikunto bahwa pembiasaan karakteri dengan memberikan perhatian pada kebutuhan sekolah di rumah, yaitu perlengkapan belajar seperti buku tulis, buku pelajaran, dan alat tulis untuk dibawa ke sekolah[10]. Pembiasaan ini siswa dapat terbiasa menyiapkan kebutuhan sekolah nya secara mandiri dengan diingatkan oleh guru sebelum hari pembelajaran. Kelengkapan alat belajar menunjang kefokusan belajar siswa. Hal ini sebagaimana penelitian yang dilakukan Astuti[12], bahwa menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah tidak sekedar mengingatkan. Guru dapat menggunakan model discoverylearninguntuk membimbing siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk aktif serta dapat meningkatkan disiplin siswa dalam menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah. Intinya dari model discoverylearningdapat mengubah pembelajaran yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Ketiga, guru bekerjasama dengan BK membiasakan karakter kedisiplinan siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom melalui pembiasaan siswa datang ke sekolah tepat waktu dan absensi di dalam kelas dengan memberlakukan sistem my point serta memberikan punishment bagi siswa yang datang terlambat sekolah dalam bentuk melaksanakan shalat Dzuha dan muraja’ah di luar kelas. Kehadiran siswa berarti siswa tidak terlambat saat pembelajaran akan dimulai, siswa akan datang ke kelas lebih awal dan siswa tidak membolos saat pembelajaran dimulai[10]. Guru dapat menggunakan cara yang bervariasi saat belajar, karena dengan cara yang variatif siswa akan merasa senang ketika bersekolah. Hal itu dapat membuat siswa datang lebih awal dan tidak terlambat saat masuk sekolah.
Keempat, membiasakan karakter kedisiplinan siswa melalui penerapan aturan sekolah, menyediakan fasilitas yang menunjang pembiasaan karakter disiplin siswa di sekolah dan diikuti dengan adanya penegakan aturan melalui adanya suatu hukuman. Menerapkan tata tertib sekolah berarti semua peraturan tertulis mengenai seragam dan sikap di sekolah harus ditaati[10]. Setiap sekolah memilki tata tertib yang harus dipatuhi oleh setiap warga sekolah. Adanya aturan yang jelas terlebih dahulu serta sekolah yang menyediakan fasilitas dapat menunjang pembiasaan disiplin siswa di sekolah[13]. Selain adanya aturan yang tegas, perlu diikuti pemberlakuan hukuman ataupun sanksi bagi siswa yang melanggar tata tertib dengan diawasi oleh guru.Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan Astuti[12], bahwa melalui pembelajaran discovery yang dirancang sedemikian rupa dan dikaitkan dengan peraturan di sekolah, siswa akan dapat menemukan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya lebih baik. Inti dari model discoverylearningdapat menjadikan siswa lebih aktif. Penelitian yang dilakukan Akmaluddin[11],memperkuat temuan penelitian ini bahwa membiasakan sikap disiplin siswa diupayakan dengan cara melaksanakan peraturan kelas dan memberikan peringatan kepada siswa yang melanggar.
2. Analisis peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa
Berdasarkan temuan penelitian, menunjukkan bahwa peran guru Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom dalam membiasakan karakter disiplin siswa berperan sebagai pengajar, pembimbing, konselor, evaluator, model, dan kreator.Peran guru sebagai pendidik tidak lain berkaitan dengan tugas memberi dorongan, tugas memberikan pengawasan dan bimbingan dan juga berkaitan dengan mendisiplinkan siswa agar dapat mentaati aturan-aturan yang berlaku di sekolah dan norma-norma kehidupan. dalam keluarga dan masyarakat[14]. Keenam peranguru Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Ikrom dalam membiasakan karakter disiplin siswa telah menjalankan perannya sebagai pengajar, pembimbing, konselor, evaluator, model dan kreator[15].
Pertama, guru berperan sebagai pengajar dalam kegiatan belajar siswa berperan penting dalam membiasakan karakter disiplin siswa. Guru sebagai pengajar dalam hal ini mengawali kegiatan pembelajaran di dalam kelas pada pagi hari dengan mengajak melaksanakan shalat Dhuha berjama’ah dan muraja’ah surat-surat pendek serta doa keseharian secara bersama-sama. Kegiatan sholat Dhuha dan muraja’ah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan guru melakukan kegiatan apersepsi sebagai pembuka materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal ini di dukung pada saat peneliti melakukan observasi, guru kelas III dalam membuka pelajaran dengan memberikan appersepsi berupa menghubungkan materi dalam kehidupan sehari-hari siswa dan mempermudahnya dengan pemberian contoh-contoh sederhana yang banyak ditemukan oleh siswa.
Kedua, peran guru dalam pembiasaan karakter disiplin siswa sebagai pembimbing ketika di dalam kelas dengan menganalisis siswanya terkait kepehamanan materi yang telah dijelaskan serta pemberian penjelasan yang mendetail dan dilakukan secara face to face pada anak yang memiliki kelemahan dalam memahami suatu materi pembelajaran. Ketiga, peran guru SD Muhammadiyah 3 Ikrom dalam membiasakan karakter disiplin sebagai konselor dengan memberikan motivasi setiap harinya dan memberikan konseling sederhana pada sikap serta cara belajar siswa yang sedikit bermasalah. Siswa yang memilki masalah lebih pada sikapnya, akan mendapat layanan khusus di ruang BK.
Keempat, pembiasaan karakter melalui peran guru sebagai evaluator dapat dipahami guru melakukan kegiatan evaluasi hasil belajar siswa yang berkaitan dengan akademik, sikap dan keterampilan siswa pada setiaphari dilakukan di akhir pembelajaran. Guru juga memotivasi dan mengevaluasi secara lisan, menggunakan sistem my point, dan pengecekan buku my note.Kelima, guru SD Muhammmadiyah 3 Ikrom dalam membiasakan karakter disiplin siswa dengan berperan menjadi teladan yang baik, seperti menggunakan seragam sesuai jadwal, sapa dan salam kepada guru maupun siswa, menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dan selalu berpenampilan rapi baik diluar maupun di dalam kelas. Kelima, peran guru dalam membiasakan karakter disiplin siswa sebagai kreator, guru SD Muhammadiyah 3 Ikrom melakukan cara yang kreatif dalam pembelajaran dengan menerapkan metode mengajar yang asik dan adanya penghargaan sebagai motivasi siswa supaya lebih disiplin lagi.
Temuan penelitian ini senada dengan penelitian Pradina[7], bahwa guru dalam membentuk karakter disiplin siswa yaitu dengan cara membiasakan kegiatan kedisiplinan seperti halnya datang tepat waktu, menggunakan tutur kata yang sopan, memakai baju yang rapi dan bersih serta sesuai dengan jadwal. Selain itu guru berperan menjadi motivator yang memotivasi siswanya dalam peduli dengan rasa kedisiplinannya, dengan memberikan penghargaan maupun hukuman sebagai apresiasi membentuk karakter disiplin siswa
Simpulan
Pembiasaan karakter disiplin siswa dilakukan dengan empat cara, yaitu (1) membiasakan mengerjakan tugas; (2) menyiapkan kebutuhan sekolah; (3) membiasakan hadir tepat waktu, dan (4) menerapkan peraturan sekolah. Pertama, pembiasaan karakter kedisiplinan siswa yang dilakukan dengan membiasakan mengerjakan tugas yang berorientasi pada mengembangkan life skill kemandirian siswa dengan cara memberikan target hafalan perkalian dan pembagian. Kedua, pembisaan karakter kedisiplinan melalui pembiasaan menyiapkan kebutuhan sekolah di rumah dengan cara mengingatkan keperluan yang dibawa oleh siswa melalui grup whatsapp. Ketiga, guru bekerjasama dengan BK membiasakan karakter kedisiplinan siswa melalui pembiasaan siswa datang ke sekolah tepat waktu dan absensi di dalam kelas dengan memberlakukan sistem my point serta memberikan punishment bagi siswa yang datang terlambat sekolah dalam bentuk melaksanakan shalat Dzuha dan muraja’ah di luar kelas. Keempat, membiasakan karakter kedisiplinan siswa melalui penerapan aturan sekolah, menyediakan fasilitas yang menunjang pembiasaan karakter disiplin siswa di sekolah dan diikuti dengan adanya penegakan aturan melalui adanya suatu hukuman.Guru dalam membiasakan karakter disiplin siswa berperan sebagai pengajar, pembimbing, konselor, evaluator, model, dan kreator.
References
- Palunga, Rina&Marzuki M. (2017)."Peran Guru dalam Pengembangan Karakter Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Depok Sleman,” Jurnal: PendidikKarakter, 7(1), 109-123.
- Hasan, Said. (2018), Profesi dan Profesionalisme Guru. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
- Dewantara, Hadjar. (2009).Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika.
- Fitri, Wahidah. (2017). “Implementasi Pendidikan Karakter melalui Peran Guru dalam Membentuk Perilaku Disiplin Siswa Kelas XII IPS di Madrasah Aliyah SMIP 1946 Banjarmasin,” Jurnal: SOCIUS, 6(2), 246-254.
- Dewi, Luh Saka Nirmala, Ndara Tanggu Rendra, & I. Ketut Dibia. (2020). "Korelasi antara Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa," Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru, 3(3), 429-435.
- Sobri, M., N. Nursaptini, Arif Widodo, &Deni Sutisna. (2019). “Pembentukan Karakter Disiplin Siswa melalui Kultur Sekolah,” Jurnal:Harmoni Sosial (Jurnal Pendidikan IPS), 6(1), 61–71.
- Pradina, Qanita, Aiman Faiz, &Dewi Yuningsih. (2021). “Peran Guru dalam Membentuk Karakter Disiplin,” Jurnal:Edukatif (Jurnal Ilmu Pendidik), 3(6), 4118–4125.
- Sugiyono. (2017). "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D". Bandung: Alfabeta.
- Miles, Huberman,&Saldana.(2014),QualitativeData Analysis: A Methods Source Book Arizona State University. Third Edition, Copyrigt SAGE Publications.
- Arikunto, Suharini. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
- Akmaluddin&Boy Haqqi. (2019). “Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Cot Keu Eung Kabupaten Aceh Besar (Studi Kasus),” Jurnal: JES (Journal of Education Science, 5(2), 1–12.
- Astuti, Sri Wahyuni Budi. (2020). "Peningkatan Kedisiplinan dan Hasil Belajar Model Discovery Learning," Jurnal: Media Manajemen Pendidikan, 2(3), 379-388.
- Mulyasa, E. (2017).Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Winarsieh, Indah & Itsni Putri Rizqiyah. (2020). "Peranan Guru dalam Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19," Jurnal: IJTE (Indonesia Journal of Teacher Education), 1(4), 159-164.
- Nurdin, Syafrudin,& Andriantoni. (2019). Profesi Keguruan. Depok: Jakarta Pers.