Abstract

The Institution of Amil Zakat Infaq and Sadaqah Muhammadiyah (Lazismu) have a vital role in the economic development of the Ummah (Muslim Society) in Indonesia. In this context, Indonesia state which constitutionally gets the main mandate in Article 34 of the 1945 Constitution to improve the welfare of the people of Indonesia is not so significant in carrying out this function with many poor people who have not been alleviated in terms of economy, health or education. Lazismu then equips with a strategic role in efforts to become a back-up solution for the Indonesian state. As part of the Ummah and nation Lazismu becomes a solution, more specifically in the context of this research the object is the Lazismu Service Office (KLL) Muhammadiyah University of Sidoarjo (UMSIDA) in increasing the level of education of the ummah. Through the Lazismu scholarship program Sang Surya, more than a thousand students of higher education managed to continue and complete their undergraduate education. This scientific work in a descriptive phenomenological way reveals the strategic role of the UMSIDA KLL in graduating scholars in Indonesia. It is hoped that this research can become a benchmark for other campuses to take the same role in graduating scholars through zakat infaq and shadaqah funds.

Pendahuluan

Indonesia harus mampu memainkan peran yang bermanfaat dalam periode globalisasi ini. Kita tidak ingin hanya menjadi objek dan bulan bagi negara lain. Oleh karena itu, kita harus bersiap menyambut periode ini. Salah satu pilihannya adalah mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan tinggi. Dalam konteks ini, pengembangan sumber daya manusia mengacu pada peningkatan kualitas pendidikan tinggi.

Menurut data dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), jumlah mahasiswa di Indonesia mencapai sekitar 7,5 juta. Namun, angka ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan populasi usia pendidikan di negara tersebut. Mayoritas pendidikan biasanya diikuti oleh individu yang berusia antara 19 hingga 23 tahun, dengan jumlah populasi yang berkisar antara 80 hingga 107 juta orang. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 32,9 persen yang menerima layanan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada potensi besar untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi di Indonesia guna memenuhi kebutuhan pendidikan sebagian besar populasi usia pendidikan [1]. Jumlah ini masih kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia pendidikan di negara ini. Pendudukan biasanya berusia antara 19 dan 23 tahun, dan populasinya berkisar antara 80 hingga 107 juta. Dari jumlah ini, hanya sekitar juta orang yang menerima layanan pendidikan tinggi, angka ini masih jauh, yaitu sekitar 32,9 persen. Dengan demikian, terdapat kesenjangan yang signifikan antara jumlah individu yang memperoleh pendidikan tinggi dan potensi populasi yang dapat dijangkau. Hal ini menyoroti perlunya upaya lebih lanjut untuk memperluas akses dan meningkatkan partisipasi dalam pendidikan tinggi di negara ini.

Berdasarkan data di atas, dengan jumlah lulusan yang masih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduknya, Indonesia akan menghadapi kesulitan dalam bertransisi menjadi negara berpendapatan menengah atas pada tahun-tahun mendatang. Hal ini semakin diperparah dengan kualitas lulusan pendidikan tinggi yang tidak siap bersaing di pasar tenaga kerja. Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ketiga RI, menyatakan bahwa pemerintah harus mengatasi situasi yang tidak menguntungkan ini. Republik Indonesia menyatakan bahwa pemerintah harus mengatasi situasi yang tidak menguntungkan ini [2].

Fenomena tersebut saat ini belum mampu mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penggerak perekonomian. Memang benar, sekelompok besar orang produktif di negara-negara industri telah menyelesaikan studi di universitas. Sebagai perbandingan, 90 persen warga Korea Selatan berusia 18-24 tahun melanjutkan program sarjana, sementara di Indonesia, angka tersebut jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal jauh dalam hal partisipasi dalam pendidikan tinggi. Bahkan jika Indonesia ingin mengejar ketertinggalannya dengan rata-rata jumlah pelajar di negara-negara maju, harus mengambil pendekatan yang berbeda dalam meningkatkan akses dan partisipasi dalam pendidikan tinggi.

Kita sering mendengar bahwa Indonesia saat ini sedang menerima bonus demografi. Namun, keberhasilan dalam mengelola bonus demografi ini menjadi krusial. Jika berhasil, Indonesia akan memperoleh manfaat ekonomi yang besar; namun, jika tidak, dapat menghadapi bencana demografi. McKinsey Study Institute mengklaim bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi kekuatan ekonomi ketujuh di dunia. Proyeksi ini menarik perhatian, terutama karena dapat dicapai pada tahun 2030. Hal ini terkait dengan peningkatan konsumsi di kalangan kelas menengah, yang diprediksi mendekati 100 juta orang. Presiden Joko Widodo juga telah mengumumkan investasi dalam sumber daya manusia (SDM). Dalam konteks ini, perguruan tinggi memiliki peran strategis yang sangat penting. Mereka dapat menjadi pusat investasi bagi kemajuan bangsa dan negara di masa depan. Oleh karena itu, memperhatikan peran kampus dalam memajukan SDM menjadi esensial dalam rencana pembangunan jangka panjang Indonesia.

Faktor utama minimnya jumlah usia pendidikan di Indonesia, dari berbagai riset mengungkapkan adalah factor biaya alias kemiskinan. Pengentasa kemiskinan telah menjadi prioritas program negara. Namun sayangnya hal ini tidak menunjukkan hasil signifikan dengan masih banyaknya jumlah usia pendidikan tinggi yang belum terdidik dengan adanya fenomena di atas. Masyarakat juga berkontribusi dengan mendirikan sejumlah organisasi filantropi yang didedikasikan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Salah satu contohnya adalah Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Muhammadiyah (Lazimu), yang telah memainkan peran penting dalam upaya tersebut. Lazimu memiliki berbagai program yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, baik melalui pemberian zakat, infaq, maupun shadaqah. Melalui inisiatif-inisiatif seperti ini, masyarakat berupaya aktif dalam memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi di sekitarnya, menciptakan dampak yang positif bagi masyarakat luas.

Ada dua penyebab yang melatarbelakangi terciptanya Lazismu. Pertama, Indonesia menghadapi masalah kemiskinan, kebodohan, dan pembangunan manusia yang buruk. Semua ini merupakan akibat dan penyebab lemahnya sistem keadilan sosial. Dampaknya, Lazismu muncul sebagai respons untuk mengatasi ketidaksetaraan tersebut. Kedua, Lazismu memanfaatkan kantor layanan yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, sebagai titik fokus organisasi. Hal ini memungkinkan program-programnya menjangkau seluruh wilayah dengan cepat, efektif, dan tepat. Dengan demikian, Lazismu telah memperluas cakupannya secara praktis ke seluruh negeri, menjadikannya sebagai upaya konkret untuk memperbaiki kondisi sosial dan kemanusiaan di Indonesia.

Dengan latar belakang di atas, lantas memunculkan pertanyaan, “Bagaimanakah peran Kantor Layanan Lazismu UMSIDA dalam menyukseskan pendidikan Tinggi di Sidoarjo?” Dengan terjawabnya pertanyaan ini maka jawaban tersebut akan menjadi tolok ukur bagi berbagai lembaga perguruan tinggi lain di Indonesia untuk bisa melakukan hal yang sama sehingga tujuan berdirinya negara ini untuk mewuudkan masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT menjadi terwujud.

Metode

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mamahami peran KLL UMSIDA dalam konteks meluluskan mahasiswa UMSIDA. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis studi kasus dari Robert K. Yin. [3] Subyek penelitian adalah Lazismu UMSIDA yang dipilih secara purposif dengan para pengelola KLL UMSIDA sebagai informan utama. Teknik purposive sampling berdasarkan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Menurut Dolores C. Tongco [4] dalam teknik pengambilan sampel purposive ditetapkan secara sengaja oleh para peneliti. Kriteria informan adalah pengurus KLL UMSIDA. Triangulasi sumber dan teknik digunakan untuk mengonfirmasi dan menguji kebenaran informasi.

Penggalian data dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama adalah melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan para pengurus KLL Umsida penanggung jawab, manajer, dan bendahara. FGD ini dilakukan untuk mencari berbagai elemen penting dalam menentukan peran KLL Umsida dalam meningkatkan jumlah lulusan Umsida. Selain itu, FGD juga bertujuan memperoleh informasi tentang KLL Umsida yang memiliki model pentasyarufan yang khas menjadi milik Umsida. Setelah elemen model bisnis ditetapkan, maka penggalian data dilakukan dengan wawancara kepada penanggung jawab KLL Umsida yang diindikasikan memiliki model bisnis yang berbeda.

Studi ini menggunakan metode analisis isi, yang ditandai sebagai strategi untuk menarik kesimpulan dengan mengenali berbagai aspek tertentu dari suatu komunikasi secara obyektif, sistematis, dan luas. Metode ini digunakan untuk menganalisis data dengan karakteristik tertentu, dan dalam konteks ini, metode analisis isi digunakan untuk mengurai dan memahami data yang dikumpulkan. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat mengeksplorasi dan mengidentifikasi pola-pola yang muncul dalam komunikasi yang diselidiki. Analisis isi memungkinkan peneliti untuk menyusun kerangka pemahaman yang komprehensif tentang materi yang dianalisis, yang pada gilirannya dapat mengarah pada kesimpulan yang lebih mendalam dan informatif. Dengan mengikuti metode ini, peneliti dapat memastikan bahwa analisis mereka dilakukan secara sistematis dan objektif, sehingga hasilnya dapat diandalkan dan relevan dengan tujuan penelitian yang ditetapkan [5].

Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis seluruh pembahasan mengenai model bisnis koperasi syariah yang berbeda-beda didasarkan atas elemen yang menentukan model bisnis.

Hasil dan Pembahasan

A. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

Berdasarkan Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 01/PED/I.0/B/2017, Lazismu merupakan lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan Ziska (Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Kemanusiaan) secara nasional. Dalam tugasnya, Lazismu berperan sebagai pengelola dana Ziska. Struktur organisasinya terdiri dari beberapa lembaga, yaitu Dewan Syariah, Dewan Pengawas, Dewan Eksekutif, dan Eksekutif. Dengan demikian, Lazismu tidak hanya menjalankan fungsi administratif, tetapi juga memiliki tanggung jawab yang luas dalam memastikan pengelolaan dana Ziska berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Muhammadiyah serta hukum syariah.

Dewan Pusat Syariah Lazismu adalah komponen pengelolaan dana Ziska yang memiliki tugas utama dalam melakukan pengawasan, pembinaan, dan pengambilan keputusan sesuai dengan prinsip Syariah Islam. Bersama dengan Dewan Syariah, mereka bertanggung jawab untuk mengawasi, membimbing, dan mengambil keputusan terkait pengelolaan dana Ziska sesuai dengan prinsip Syariah Islam. Dewan Pengawas Lazismu, sebagai bagian lain dari struktur pengelolaan dana Ziska, memiliki fungsi penting dalam membantu Dewan Pusat Syariah dalam mengawasi pengelolaan dana Ziska sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Para pengurus juga merupakan bagian integral dalam pengelolaan dana Ziska, membantu Dewan Pengawas Lazismu dalam tugas-tugas pengawasan sesuai dengan tingkat kewenangan yang mereka miliki. Secara keseluruhan, pengelolaan dana Ziska memerlukan kerjasama antara berbagai komponen, termasuk Dewan Pusat Syariah, Dewan Pengawas Lazismu, dan pengurus, yang bekerja sama untuk menjaga agar semua kegiatan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, serta memberikan bantuan kepada Dewan Eksekutif dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Lazismu Center merupakan cabang lembaga Lazismu yang berkantor pusat di Jakarta. Lazismu Wilayah merupakan representasi dari Lazismu Center yang berlokasi di ibu kota provinsi, didukung oleh Lazismu Daerah yang berkedudukan di ibu kota Kabupaten/Kota. Pengurus Daerah Lazismu merupakan komponen pengelola dana Ziska yang bertugas membantu Daerah Lazismu dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengkoordinasikan pengumpulan, penyaluran, dan pemanfaatan dana Ziska di tingkat daerah. Kantor Pelayanan Lazismu (KLL) menjadi fokus penelitian ini, merupakan unit pengumpul Ziska yang dibentuk oleh Lazismu di seluruh tingkatan untuk membantu menghimpun dan mengusulkan penyaluran dana Ziska. Dengan struktur ini, Lazismu dapat efektif mengelola dana Ziska dari tingkat pusat hingga tingkat daerah, melalui koordinasi yang baik antara berbagai unit dan tingkatan organisasi.

B. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) merupakan sebuah universitas swasta yang terletak di Kota Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Umsida memiliki dedikasi untuk menciptakan universitas unggul yang mengembangkan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Ipteks) berdasarkan cita-cita Islam untuk kemaslahatan masyarakat. Visi tersebut tercermin dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang profesional, pengelolaan berkelanjutan, dan pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian, Umsida dapat berperan aktif dalam proses pembangunan nasional, menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Umsida terdiri dari lima fakultas dan 28 program akademik. Dengan struktur organisasi yang jelas, Umsida dapat menjalankan misinya secara efektif dan efisien dalam mencetak lulusan berkualitas yang siap berkontribusi dalam berbagai bidang kehidupan.

No Fakultas Jurusan/Prodi
1 Fakultas Agama Islam 1 Manajemen Pendidikan Islam (S2)
2 Pendidikan Agama Islam (PAI) (S1)
3 Pendidikan Bahasa Arab (PBA) (S1)
4 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) (S1)
5 Perbankan Syari’ah
2. Sains & Teknologi 6 Informatika (S1)
7 Teknik Mesin (S1)
8 Teknik Industri (S1)
9 Teknik Elektro (S1)
10 Agroteknologi (S1)
11 Teknologi Hasil Pertanian (THP) (S1)
3. Bisnis, Hukum & Ilmu Sosial 12 Manajemen (S2)
13 Manajemen (S1)
14 Akuntansi (S1)
15 Hukum (S1)
16 Administrasi Publik (S1)
17 Ilmu Komunikasi (S1)
4. Bisnis, Hukum & Ilmu Sosial 18 Psikologi (S1)
19 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (S1)
20 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) (S1)
21 Pendidikan Bahasa Inggris (S1)
22 Pendidikan IPA (S1)
23 Pendidikan Teknologi Informatika Dan Komputer (S1)
5. Ilmu Kesehatan 24 Kebidanan (D-III)
25 Teknologi Laboratorium Medis (D-IV)
26 Manejemn Informasi Kesehatan (D-IV)
27 Pendidikan Profesi Bidan
28 Fisioterapi (D-III)
Table 1. Fakultas dan Program Studi di UMSIDA

C. KLL UMSIDA: Amil Zakat berbasis Kampus

Secara institusional, UMSIDA berkomitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan layanan pendidikan tinggi kepada masyarakat. Seperti telah yang disampaikan dalam berbagai kesempatan oleh Rektor Umsida Dr. Hidayatulloh, M.Si bahwa tidak boleh kemudian seseorang tidak mendapat pendidikan tinggi hanya karena terhambat oleh faktor biaya. Hal ini mengindikasikan komitmen Umsida untuk meluluskan setiap mahasiswa Umsida tanpa hambatan faktor finansial.

Figure 1. Struktur Kepengurusan KLL Umsida

Komitmen tersebut kemudian terwujud dengan dana zakat infaq dan shadaqah karyawan dan lembaga yang disalurkan secara rutin kepada para mahasiswa Umsida yang tergolong dalam 8 asnaf penerima dana ZISKA. Dengan kesedaran institusional dan professional dalam bidang Ziska, kemudian Umsida pada tahun 2017 membuka Kantor Layanan Lazismu (KLL) Umsida. Fokus utama dari dibukanya KLL ini adalah untuk memberikan beasiswa pada mahasiswa Umsida yang tidak mampu secara finansial untuk membiayai kuliahnya. Di samping itu juga terdapat kegiatan distribusi dana social kemanusiaan yang disalurkan kepada yang membutuhkan [6].

Visi: Menjadi Kantor Layanan Ziska (Zakat, Infaq, Shadaqah dan Dana Kemanusian) yang unggul dan inovatif berdasarkan nilai Islam untuk kesejahteraan masyarakat. Namun dalam konteks ini, sebelum menjadi sebuah KLL yang besar, focus utama dari pelayanan ini adalah pada mahasiswa. KLL ini menjadikan Umsida sebagai Amil Ziska berbabasis kampus pertama yang ada di Indonesia.

Secara organisasional, sturktur kepengurusan terdapat seorang Penanggung Jawab, Badan Pengawas, dan Badan Pengurus. Dalam menjalankan fungsinya, badang pengurus terdiri atas seorang manajer yang memimpin Bagian KFundraising, Bagian Pentasyarufan, Bagian Administrasi, Bagian Keuangan, dan bagian Umum dan Operasional.

D. Program Fundraising dan Pendistribusian ZISKA

Penggumpulan dana pada KLL Umsida memfokuskan pada dua sisi yakni pada sisi internal Umsida sendiri dan eksternal Umsida. Pada internal Umsida sasaran fundraising yakni Ziska karyawan Umsida, Ziska Lembaga Umsida, dan Ziska dari para mahasiswa. Sedangkan pada sisi eksternal, sasaran fundraising adalah pada alumni Umsida, perusahaan di sekitar dan luar kabupaten Sidoarjo dan masyarakat pada umumnya.

Salah satu aspek penting dalam pengumpulan dana Ziksa ini adalah gerakan pengumpulan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta kemanusiaan yang dilakukan oleh Mahasiswa. Gerakan ini dimotori oleh para mahasiwa Umsida yang terkumpul pada kelompok Gerakan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Mahasiswa yang disingkat menjadi Gizma [7].

Figure 2.Struktur Kepengurusan GIZMA

Gizma ini menjadi penting karena menerapkan prinsip pengumpulan dana crowdfund [8], yakni dengan menjadi gerakan social yang mengumpulan dana dari setiap mahasiswa. Dengan bahasa lain bahwa Gizma ini merupakan gerakan dari mahasiswa, oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa yang dalam hal ini bergerak atas nama Kantor Layanan Lazismu Umsida. Sementara, dana Ziska karyawan dan lembaga Umsida secara rutin disetorkan kepada KLL Umsida untuk membantu para mahasiswa yang berkesulitan untuk kuliah.

Dalam Gizma sendiri dikoordinasi oleh KLL Umsida. Gizma terstruktur hingga pada level fakultas. Pada fakultas tedapat koordinator dengan anggota relawan yang mayoritas terdiri atas para mahasiswa penerima beasiswa pendidikan dari KLL Umsida. Secara rutin Gizma ini melakkukan pengumpulan dana sukarela pada setiap kelas. Sejak dimunculkan KLL Umsida dana yang terkumpul setiap tahunnya pun meningkat seiring dengan jumlah penerima manfaat ZISKA yang juga turut meningkat setiap tahunnya.

Pada berbagai kegiatan fundraising baik untuk dana pendidikan maupun social ekonomi lainnya, KLL Umsida yang terdiir

No Tahun Semester Jumlah (Rp.) Jumlah mahasiswa Ket Lepas
1 Oktober 2017 Ganjil 2017/2018 424.791.281 254 Baru
2 Oktober 2017 Ganjil 2017/2018 123.489.532 252
3 Februari 2018 Genap 2017/2018 256.693.969 371
804.974.782 877
4 Nopember 2018 Ganjil 2018/2019 731.390.000 411 Baru
5 Februari 2019 Genap 2018/2019 341.244.850 311
1.072.634.850 722 -155
6 Oktober 2019 Ganjil 2019/2020 662.985.067 606
7 Oktober 2019 Ganjil 2019/2020 534.321.250 190 Baru
1.197.306.317 796 +74
Table 2.Fundrasing dan Pendistrinbusian dana ZISKA KLL UMSIDA

Dari table di atas diketahui bahw setiap periode tahun ajaran baru, terjadi peningkatan jumlah pemberian beasiswa yang disalurkan. Pada tahun ajaran 2017/2018 didistribusikan dana ZIS sebanyak Rp. 804.974.782 dengan jumlah penerima sebanyak 877 mahasiswa. Pada tahun ajaran 2017/2018 terdapat sebanyak Rp. 1.072.634.8560 dengna jumlah mahasiswa penerima sebanyak 722 mahasiswa. Pada tahun ajaran 2019/2020 sebanyak Rp. 1.197.306.317 didistribusikan kepada sebanyak 796 mahasiswa. Dari sini dapat kita lihat terdapat peningkatan jumlah pendapatan ZISKA dan juga mahasiswa penerima manfaat ZISKA.

Dari data di atas terdapat jumlah mahasiswa baru penerima beasiswa. Juga terdapat mahasiswa lama yang tidak lagi menerima manfaat karena sudah lulus menjadi sarjana. Dalam konteks ini KLL Umsida memiliki peran strategis untuk mengentaskan mahasiswa yang masuk dalam kategori 8 asnaf penerima ZISKA untuk agar dapat meneyelesaikan kuliahnya tanpa hambatan finansial.

Simpulan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi di Indonesia memiliki peran strategis dalam peran sertanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti tertuang pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Lembaga pendidikan tinggi ini pada faktanya mengalami kesulitan dalam mengembangkan lulusan karena terkendala oleh kebutuhan finansial yang dialami oleh mahassiwanya. KLL Umsida merupakan ujung tombak dari pelayanan pemungutan dana zakat infaq shadaqah dan kemanusiaan Lazismu. Dalam konteks ini KLL memiliki peranan yang strategis untuk mewujudkan para sarjana yang memiliki peran dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

References

  1. Republika, "Jumlah Mahasiswa Indonesia Masih Sedikit," Republika, 12 November 2018. [Online]. Available: https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/11/12/pi2o7r366-jumlah-mahasiswa-indonesia-masih-sedikit. [Accessed 18 November 2019].
  2. Merdeka, "Baru 20 Persen Penduduk Kuliah, Indonesia Sulit Jadi Negara Maju," Merdeka.com. [Online]. Available: https://www.merdeka.com/uang/baru-20-persen-penduduk-kuliah-indonesia-sulit-jadi-negara-maju.html. [Accessed: 18 November 2019].
  3. R. K. Yin, "Case Study Research Design and Methods," 5th ed. Thousand Oaks, CA: Sage, 2014.
  4. M. D. C. Tongco, "Purposive Sampling as a Tool for Informant Selection," Ethnobotany Research & Applications, vol. 5, pp. 147-158, 2007.
  5. O. R. Holsti, "Content Analysis for Social Sciences and Humanities." Reading, Mass: Addison-Wesley, 1969.
  6. P. Muhammadiyah, "Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 01/PED/I.0/B/2017 Tentang LAZISMU," Yogyakarta, 2017.
  7. K. UMSIDA, "Laporan Keuangan KLL UMSIDA," Sidoarjo: KLL UMSIDA, 2019.
  8. A Kallio, L Vuola, "History of Crowdfunding." [Online]. Available: http://www.freedman-chicago.com/ec4i/History-of-Crowdfunding.pdf.